'Obat Kuat' dari The Fed Cespleng, Rupiah Terbaik di Asia

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
11 July 2019 13:30
Faktor Domestik dan Eksternal Dukung Rupiah
Ilustrasi Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Dari dalam negeri, rupiah memang punya energi untuk 'membal' setelah melempem sejak awal pekan. Dalam dua hari pertama pekan ini rupiah selalu melemah, dan kemarin hanya berakhir stagnan. 

Oleh karena itu, rupiah memiliki peluang untuk mengalami technical rebound. Rupiah yang sudah murah menjadi menarik di mata investor sehingga terjadilah aksi borong. 


Sementara dari sisi eksternal, ini yang sepertinya lebih dominan, kekuatan rupiah (dan mata uang Asia lainnya) datang dari Bank Sentral AS, The Federal Reserves/The Fed. Malam tadi waktu Indonesia, Ketua The Fed Jerome 'Jay' Powell berpidato di depan Komite Perbankan Senat AS dan menyampaikan bahwa perekonomian Negeri Paman Sam dihantui ketidakpastian (uncertainty) yang tinggi. 

"Manufaktur, perdagangan, dan investasi begitu lemah di penjuru dunia. Kita memang melihat AS dan China memulai kembali proses negosiasi, tetapi itu tidak menghapus yang namanya ketidakpastian. 

"Data-data yang masuk dan berbagai perkembangan yang ada menunjukkan ketidakpastian karena tensi perdagangan dan perlambatan ekonomi global telah dan terus membebani perekonomian AS. Investasi dunia usaha sepertinya melambat," papar Powell di depan Senat AS, seperti diwartakan Reuters. 

Kemudian, pada dini hari tadi waktu Indonesia, The Fed merilis notula rapat (minutes of meeting) edisi Juni 2019. Dalam rapat tersebut, suasana muram begitu terlihat. 

"Sejumlah peserta rapat telah merevisi proyeksi angka pengangguran dalam jangka menengah, dan hasilnya adalah tekanan inflasi semakin berkurang. Ini menjadi kondisi yang memungkinkan terjadinya penurunan suku bunga acuan," sebut notula rapat The Fed. 

Berbagai pernyataan yang sangat pesimistis itu membuat pelaku pasar kembali yakin bahwa The Fed akan memangkas suku bunga acuan secara agresif. Kemungkinan penurunan Federal Funds Rate sampai tiga kali sampai akhir 2019 kembali meninggi. 

Mengutip CME Fedwatch, probabilitas suku bunga acuan dikurangi 75 basis poin (bps) sampai akhir 2019 adalah 37,%. Lebih tinggi dibandingkan pengurangan 50 bps yaitu 33,1%. 

Oleh karena itu, berinvestasi di dolar AS menjadi kurang seksi karena tidak ada pemanis dari sisi suku bunga. Arus modal keluar dari mata uang Negeri Adidaya dan hinggap ke aset-aset yang memberikan cuan lebih tinggi, termasuk Indonesia.



TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular