
Top! Sejak Awal Bulan, Asing Masuk Rp 2,4 T ke Pasar Saham RI
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
11 July 2019 11:37

Jakarta, CNBC Indonesia - Sepanjang bulan ini, investor asing terlihat begitu gencar menyasar saham-saham di tanah air. Melansir data yang dipublikasikan RTI, dalam periode 1 hingga 10 Juli, secara total investor asing membukukan beli bersih senilai Rp 2,4 triliun di pasar saham Indonesia. Aksi beli terbesar terjadi pada tanggal 2 Juli dengan nilai bersih senilai Rp 847,7 miliar.
Pada perdagangan hari ini (hingga pukul 11:20 WIB), investor asing kembali menyasar pasar saham Indonesia dengan mencatatkan beli bersih senilai Rp 56,4 miliar, mendorong Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melaju di zona hijau dengan apresiasi sebesar 0,07%.
Ada dua faktor yang memantik aksi beli investor asing di pasar saham Indonesia. Pertama, membuncahnya optimisme bahwa The Federal Reserve selaku bank sentral AS akan segera memangkas tingkat suku bunga acuan.
Optimisme tersebut datang seiring dengan rilis data ekonomi AS yang mengecewakan. Penciptaan lapangan kerja (sektor non-pertanian) periode Juni 2019 versi Automatic Data Processing (ADP) misalnya, diumumkan sebanyak 102.000 saja, jauh di bawah ekspektasi yang sebanyak 140.000, dilansir dari Forex Factory.
Sebagai informasi, data tenaga kerja memang merupakan data yang dipantau dengan ketat oleh The Fed guna merumuskan kebijakan suku bunga acuannya.
Lebih lanjut, Manufacturing PMI periode Juni 2019 diumumkan di level 51,7 oleh Institute for Supply Management (ISM), menandai ekspansi sektor manufaktur terlemah yang pernah dicatatkan AS sejak September 2016 silam.
Pemangkasan tingkat suku bunga acuan menjadi kian mungkin untuk segera dilakukan mengingat tekanan inflasi (indikator lain yang dipantau The Fed dalam merumuskan kebijakan suku bunga acuan) sangatlah rendah.
Berbicara mengenai inflasi, The Fed menggunakan Core Personal Consumption Expenditures (PCE) price index sebagai ukurannya. Target jangka panjang untuk inflasi ada di level 2%. Untuk data teranyar yakni periode Mei 2019, Core PCE price index tercatat hanya tumbuh sebesar 1,6% YoY, jauh di bawah target The Fed.
"Ada peluang nyaris sebesar 100% bahwa The Fed akan memangkas tingkat suku bunga acuan pada pertemuan bulan Juli. Saya rasa The Fed akan melihat bahwa indikator-indikator ekonomi di AS telah mulai melambat," kata Scott Colyer, Chief Investment Officer di Advisors Asset Management, pada awal bulan ini, dilansir dari CNBC International.
Sentimen positif lainnya yang berhasil menarik aliran dana investor asing ke pasar saham Indonesia adalah mendinginnya hubungan AS-China di bidang perdagangan. Seperti yang diketahui, pasca berbincang sekitar 80 menit di sela-sela gelaran KTT G20 di Jepang pada akhir bulan lalu, Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping menyetujui gencatan senjata di bidang perdagangan sekaligus membuka kembali pintu negosiasi yang sempat tertutup.
Dilansir dari CNBC International, kedua negara secara terpisah mengumumkan bahwa mereka telah setuju untuk tak saling mengenakan bea masuk baru terhadap produk impor dari masing-masing negara.
Media milik pemerintah China Xinhua menyebut bahwa kedua pimpinan negara setuju "untuk memulai kembali negosiasi dagang antar kedua negara dengan dasar kesetaraan dan rasa hormat."
Perkembangan terbaru, pada hari Selasa (9/7/2019) waktu AS, delegasi AS dan China diketahui telah melakukan pembicaraan via telepon.
Delegasi AS terdiri dari Kepala Perwakilan Dagang Robert Lighthizer dan Menteri Keuangan Steven Mnuchin, sementara delegasi China terdiri dari Wakil Perdana Menteri Liu He dan Menteri Perdagangan Zhong San.
Menurut seorang pejabat AS, pembicaraan via telepon tersebut dilakukan "untuk melanjutkan negosiasi yang bertujuan menyelesaikan sengketa perdagangan yang belum terselesaikan", dilansir dari CNBC International.
Pernyataan dari pejabat AS tersebut kemudian dikonfirmasi sendiri oleh Kementerian Perdagangan China dalam sebuah pernyataan yang dirilis kemarin (10/7/2019) waktu setempat.
Kala The Fed memangkas tingkat suku bunga acuan dan kala hubungan AS-China mendingin, perekonomian dunia bisa dipacu untuk melaju di level yang relatif kencang. Kondisi ini tentu menguntungkan bagi pasar saham.
Pada perdagangan hari ini (hingga pukul 11:20 WIB), investor asing kembali menyasar pasar saham Indonesia dengan mencatatkan beli bersih senilai Rp 56,4 miliar, mendorong Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melaju di zona hijau dengan apresiasi sebesar 0,07%.
Ada dua faktor yang memantik aksi beli investor asing di pasar saham Indonesia. Pertama, membuncahnya optimisme bahwa The Federal Reserve selaku bank sentral AS akan segera memangkas tingkat suku bunga acuan.
Sebagai informasi, data tenaga kerja memang merupakan data yang dipantau dengan ketat oleh The Fed guna merumuskan kebijakan suku bunga acuannya.
Lebih lanjut, Manufacturing PMI periode Juni 2019 diumumkan di level 51,7 oleh Institute for Supply Management (ISM), menandai ekspansi sektor manufaktur terlemah yang pernah dicatatkan AS sejak September 2016 silam.
Pemangkasan tingkat suku bunga acuan menjadi kian mungkin untuk segera dilakukan mengingat tekanan inflasi (indikator lain yang dipantau The Fed dalam merumuskan kebijakan suku bunga acuan) sangatlah rendah.
Berbicara mengenai inflasi, The Fed menggunakan Core Personal Consumption Expenditures (PCE) price index sebagai ukurannya. Target jangka panjang untuk inflasi ada di level 2%. Untuk data teranyar yakni periode Mei 2019, Core PCE price index tercatat hanya tumbuh sebesar 1,6% YoY, jauh di bawah target The Fed.
"Ada peluang nyaris sebesar 100% bahwa The Fed akan memangkas tingkat suku bunga acuan pada pertemuan bulan Juli. Saya rasa The Fed akan melihat bahwa indikator-indikator ekonomi di AS telah mulai melambat," kata Scott Colyer, Chief Investment Officer di Advisors Asset Management, pada awal bulan ini, dilansir dari CNBC International.
Sentimen positif lainnya yang berhasil menarik aliran dana investor asing ke pasar saham Indonesia adalah mendinginnya hubungan AS-China di bidang perdagangan. Seperti yang diketahui, pasca berbincang sekitar 80 menit di sela-sela gelaran KTT G20 di Jepang pada akhir bulan lalu, Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping menyetujui gencatan senjata di bidang perdagangan sekaligus membuka kembali pintu negosiasi yang sempat tertutup.
Dilansir dari CNBC International, kedua negara secara terpisah mengumumkan bahwa mereka telah setuju untuk tak saling mengenakan bea masuk baru terhadap produk impor dari masing-masing negara.
Media milik pemerintah China Xinhua menyebut bahwa kedua pimpinan negara setuju "untuk memulai kembali negosiasi dagang antar kedua negara dengan dasar kesetaraan dan rasa hormat."
Perkembangan terbaru, pada hari Selasa (9/7/2019) waktu AS, delegasi AS dan China diketahui telah melakukan pembicaraan via telepon.
Delegasi AS terdiri dari Kepala Perwakilan Dagang Robert Lighthizer dan Menteri Keuangan Steven Mnuchin, sementara delegasi China terdiri dari Wakil Perdana Menteri Liu He dan Menteri Perdagangan Zhong San.
Menurut seorang pejabat AS, pembicaraan via telepon tersebut dilakukan "untuk melanjutkan negosiasi yang bertujuan menyelesaikan sengketa perdagangan yang belum terselesaikan", dilansir dari CNBC International.
Pernyataan dari pejabat AS tersebut kemudian dikonfirmasi sendiri oleh Kementerian Perdagangan China dalam sebuah pernyataan yang dirilis kemarin (10/7/2019) waktu setempat.
Kala The Fed memangkas tingkat suku bunga acuan dan kala hubungan AS-China mendingin, perekonomian dunia bisa dipacu untuk melaju di level yang relatif kencang. Kondisi ini tentu menguntungkan bagi pasar saham.
Next Page
The Fed Sangat Dovish
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular