
Semoga Cuan! IHSG Siap Menguat 3 Hari Beruntun
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
11 July 2019 09:51

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengawali perdagangan hari ini dengan apresiasi sebesar 0,22% ke level 6.424,63. Pada pukul 09:30 WIB, IHSG telah memperlebar penguatannya menjadi 0,32% ke level 6.431,2. Jika bertahan hingga akhir perdagangan, maka IHSG akan membukukan penguatan selama tiga hari beruntun.
Kinerja IHSG senada dengan seluruh bursa saham utama kawasan Asia yang juga sedang ditransaksikan di zona hijau: indeks Nikkei naik 0,37%, indeks Shanghai menguat 0,87%, indeks Hang Seng melejit 1,27%, indeks Straits Times terapresiasi 0,83%, dan indeks Kospi melesat 1,11%.
Sentimen positif bagi bursa saham Benua Kuning datang dari rilis risalah (minutes of meeting) pertemuan The Federal Reserve (The Fed) edisi Juni 2019.
Melalui risalah ini, semakin terkonfirmasi bahwa The Fed memiliki intensi untuk memangkas tingkat suku bunga acuan dalam waktu dekat. Para pejabat bank sentral Negeri Paman Sam memandang bahwa pemangkasan tingkat suku bunga acuan perlu dieksekusi guna menjaga laju perekonomian.
"Beberapa anggota melihat bahwa pemangkasan federal funds rate dalam waktu dekat dapat membantu meminimalisir dampak dari guncangan terhadap ekonomi di masa depan," tulis risalah rapat The Fed, dilansir dari CNBC International.
Perang dagang antara AS dengan China menjadi faktor yang dianggap berpotensi membawa guncangan bagi perekonomian AS. Sejauh ini, AS telah mengenakan bea masuk baru terhadap produk impor asal China senilai US$ 250 miliar, sementara China membalas dengan mengenakan bea masuk baru bagi produk impor asal AS senilai US$ 110 miliar.
"Para anggota secara umum setuju bahwa risiko terhadap prospek perekonomian telah meningkat semenjak pertemuan pada bulan Mei, utamanya risiko yang berkaitan dengan negosiasi dagang yang tengah berlangsung dan perlambatan ekonomi di negara-negara lain."
Lebih lanjut, testimoni Gubernur The Fed Jerome Powell semakin mengukuhkan optimisme bahwa tingkat suku bunga acuan akan segera dipangkas. Kemarin (10/7/2019) waktu setempat, Powell memberikan testiomi di hadapan House Financial Services Committee terkait laporan kebijakan moneter semi tahunan.
Dalam testimoninya, Powell menyebut bahwa investasi dari pelaku usaha di sana telah menunjukkan perlambatan yang signifikan dalam beberapa waktu terakhir seiring dengan ketidakpastian yang menyelimuti prospek perekonomian.
"Banyak anggota FOMC sebelumnya melihat bahwa urgensi untuk mengadopsi kebijakan moneter yang lebih akomodatif telah meningkat. Sejak saat itu, berdasarkan data yang dirilis dan berbagai perkembangan lainnya, nampak bahwa ketidakpastian terkait perang dagang dan kekhawatiran mengenai laju perekonomian dunia telah terus membebani prospek perekonomian AS."
Di tengah perang dagang AS-China yang belum juga bisa diselesaikan, tentu pemangkasan tingkat suku bunga acuan, apalagi jika signifikan, merupakan opsi terbaik guna menyelamatkan perekonomian AS dari yang namanya hard landing.
Mengingat AS merupakan negara dengan nilai perekonomian terbesar di dunia, laju perekonomian AS yang relatif oke tentu akan memberi dampak positif bagi perekonomian negara-negara lain. Aksi beli yang dilakukan investor asing ikut berkontribusi dalam mendorong IHSG melaju di zona hijau. Hingga berita ini diturunkan, investor asing membukukan beli bersih senilai Rp 29 miliar di pasar reguler.
Penguatan rupiah melandasi aksi beli yang dilakukan oleh investor asing. Pasca tak pernah membukukan apresiasi melawan dolar AS dalam tiga hari perdagangan terakhir, pada perdagangan hari ini rupiah menguat 0,28% melawan dolar AS di pasar spot ke level Rp 14.085/dolar AS.
Ekspektasi bahwa The Fed akan segera memangkas tingkat suku bunga acuan membuat rupiah mampu menaklukan dolar AS. Kala rupiah terapresiasi, investor asing bisa menghindari yang namanya kerugian kurs sehingga aksi beli di pasar saham pun dilakukan.
Kini, pelaku pasar begitu yakin bahwa tingkat suku bunga acuan akan dipangkas dalam pertemuan The Fed di akhir bulan. Bahkan, cukup banyak pihak yang meyakini bahwa pemangkasannya bukan hanya 25 bps, namun mencapai 50 bps.
Mengutip situs resmi CME Group yang merupakan pengelola bursa derivatif terkemuka di dunia, berdasarkan harga kontrak fed fund futures per 10 Juli 2019, probabilitas bahwa The Fed akan memangkas tingkat suku bunga acuan sebesar 50 bps pada pertemuan bulan ini berada di level 28,7%, melonjak dari posisi sehari sebelumnya yang sebesar 3,3%. Sementara itu, probabilitas tingkat suku bunga acuan dipangkas sebesar 25 bps turun menjadi 71,4%, dari 96,7% sehari sebelumnya.
Kala tingkat suku bunga acuan di AS dipangkas, apalagi dengan besaran hingga 50 bps, imbal hasil instrumen berpendapatan tetap di sana seperti deposito dan obligasi juga akan turun. Akibatnya, daya tariknya berkurang sehingga berpotensi membuat dolar AS dilego (untuk dibelikan instrumen berpendapatan tetap di negara-negara lain).
Guna mengantisipasi hal tersebut, aksi jual atas dolar AS sudah dilakukan oleh pelaku pasar keuangan dunia sedari saat ini juga, mendorong indeks dolar AS jatuh sebesar 0,14%. Rupiah pun berhasil memanfaatkan momentum ini dengan baik.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Jelang Musim Laporan Keuangan, Ini Emiten Yang Mulai Diborong
Kinerja IHSG senada dengan seluruh bursa saham utama kawasan Asia yang juga sedang ditransaksikan di zona hijau: indeks Nikkei naik 0,37%, indeks Shanghai menguat 0,87%, indeks Hang Seng melejit 1,27%, indeks Straits Times terapresiasi 0,83%, dan indeks Kospi melesat 1,11%.
Sentimen positif bagi bursa saham Benua Kuning datang dari rilis risalah (minutes of meeting) pertemuan The Federal Reserve (The Fed) edisi Juni 2019.
"Beberapa anggota melihat bahwa pemangkasan federal funds rate dalam waktu dekat dapat membantu meminimalisir dampak dari guncangan terhadap ekonomi di masa depan," tulis risalah rapat The Fed, dilansir dari CNBC International.
Perang dagang antara AS dengan China menjadi faktor yang dianggap berpotensi membawa guncangan bagi perekonomian AS. Sejauh ini, AS telah mengenakan bea masuk baru terhadap produk impor asal China senilai US$ 250 miliar, sementara China membalas dengan mengenakan bea masuk baru bagi produk impor asal AS senilai US$ 110 miliar.
"Para anggota secara umum setuju bahwa risiko terhadap prospek perekonomian telah meningkat semenjak pertemuan pada bulan Mei, utamanya risiko yang berkaitan dengan negosiasi dagang yang tengah berlangsung dan perlambatan ekonomi di negara-negara lain."
Lebih lanjut, testimoni Gubernur The Fed Jerome Powell semakin mengukuhkan optimisme bahwa tingkat suku bunga acuan akan segera dipangkas. Kemarin (10/7/2019) waktu setempat, Powell memberikan testiomi di hadapan House Financial Services Committee terkait laporan kebijakan moneter semi tahunan.
Dalam testimoninya, Powell menyebut bahwa investasi dari pelaku usaha di sana telah menunjukkan perlambatan yang signifikan dalam beberapa waktu terakhir seiring dengan ketidakpastian yang menyelimuti prospek perekonomian.
"Banyak anggota FOMC sebelumnya melihat bahwa urgensi untuk mengadopsi kebijakan moneter yang lebih akomodatif telah meningkat. Sejak saat itu, berdasarkan data yang dirilis dan berbagai perkembangan lainnya, nampak bahwa ketidakpastian terkait perang dagang dan kekhawatiran mengenai laju perekonomian dunia telah terus membebani prospek perekonomian AS."
Di tengah perang dagang AS-China yang belum juga bisa diselesaikan, tentu pemangkasan tingkat suku bunga acuan, apalagi jika signifikan, merupakan opsi terbaik guna menyelamatkan perekonomian AS dari yang namanya hard landing.
Mengingat AS merupakan negara dengan nilai perekonomian terbesar di dunia, laju perekonomian AS yang relatif oke tentu akan memberi dampak positif bagi perekonomian negara-negara lain. Aksi beli yang dilakukan investor asing ikut berkontribusi dalam mendorong IHSG melaju di zona hijau. Hingga berita ini diturunkan, investor asing membukukan beli bersih senilai Rp 29 miliar di pasar reguler.
Penguatan rupiah melandasi aksi beli yang dilakukan oleh investor asing. Pasca tak pernah membukukan apresiasi melawan dolar AS dalam tiga hari perdagangan terakhir, pada perdagangan hari ini rupiah menguat 0,28% melawan dolar AS di pasar spot ke level Rp 14.085/dolar AS.
Ekspektasi bahwa The Fed akan segera memangkas tingkat suku bunga acuan membuat rupiah mampu menaklukan dolar AS. Kala rupiah terapresiasi, investor asing bisa menghindari yang namanya kerugian kurs sehingga aksi beli di pasar saham pun dilakukan.
Kini, pelaku pasar begitu yakin bahwa tingkat suku bunga acuan akan dipangkas dalam pertemuan The Fed di akhir bulan. Bahkan, cukup banyak pihak yang meyakini bahwa pemangkasannya bukan hanya 25 bps, namun mencapai 50 bps.
Mengutip situs resmi CME Group yang merupakan pengelola bursa derivatif terkemuka di dunia, berdasarkan harga kontrak fed fund futures per 10 Juli 2019, probabilitas bahwa The Fed akan memangkas tingkat suku bunga acuan sebesar 50 bps pada pertemuan bulan ini berada di level 28,7%, melonjak dari posisi sehari sebelumnya yang sebesar 3,3%. Sementara itu, probabilitas tingkat suku bunga acuan dipangkas sebesar 25 bps turun menjadi 71,4%, dari 96,7% sehari sebelumnya.
Kala tingkat suku bunga acuan di AS dipangkas, apalagi dengan besaran hingga 50 bps, imbal hasil instrumen berpendapatan tetap di sana seperti deposito dan obligasi juga akan turun. Akibatnya, daya tariknya berkurang sehingga berpotensi membuat dolar AS dilego (untuk dibelikan instrumen berpendapatan tetap di negara-negara lain).
Guna mengantisipasi hal tersebut, aksi jual atas dolar AS sudah dilakukan oleh pelaku pasar keuangan dunia sedari saat ini juga, mendorong indeks dolar AS jatuh sebesar 0,14%. Rupiah pun berhasil memanfaatkan momentum ini dengan baik.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Jelang Musim Laporan Keuangan, Ini Emiten Yang Mulai Diborong
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular