
The Fed Dovish, Harga Emas Dunia Terbang Lagi Rp 644.862/gram
Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
11 July 2019 10:15

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas dunia terus menguat seiring harapan penurunan suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve (The Fed).
Pada perdagangan hari Kamis (11/7/2019) pukul 09:30 WIB, harga emas kontrak pengiriman Agustus di bursa New York Commodity Exchange (COMEX) menguat 0,82% ke level US$ 1.424,1/troy ounce atau setara Rp 644.862/gram.
Adapun harga emas di pasar spot juga menguat 0,2% menjadi US$ 1.421,69/troy ounce. Harga emas juga kembali berada di posisi tertinggi dalam enam tahun terakhir.
Dini hari tadi waktu Indonesia, The Fed telah merilis notulen (minutes of meeting) rapat Komite Pengambil Kebijakan (FOMC) edisi Juni 2019.
Dalam notulen tersebut, nada-nada yang sangat kalem (dovish) terpancar. The Fed sudah merasa perlu untuk memangkas tingkat suku bunga acuan (Federal Funds Rate/FFR).
"Beberapa anggota melihat bahwa pemangkasan federal funds rate dalam waktu dekat dapat membantu meminimalisir dampak dari guncangan terhadap ekonomi di masa depan," tulis risalah rapat The Fed, dilansir dari CNBC International.
Perang dagang antara AS dan China menjadi faktor yang dianggap berisiko mengguncang perekonomian AS.
Sebagaimana yang telah diketahui, hingga saat ini AS telah mengenakan bea impor produk China senilai US$ 250 miliar. Sementara China juga telah memberlakukan bea masuk pada produk-produk asal AS senilai US$ 110 miliar.
Kejar Cuan dari Investasi Emas
[Gambas:Video CNBC]
Kini, pelaku pasar makin yakin The Fed akan agresif memangkas suku bunga acuan.
Mengutip CME Fedwatch, probabilitas The Fed menurunkan suku bunga acuan sebesar 50 basis poin bulan Juli berada berada di level 26,6%. Angka probabilitas tersebut melonjak dari posisi hari sebelumnya yang hanya 3,3% saja.
Sementara probabilitas tingkat suku bunga acuan dipangkas 25 basis poin turun menjadi 73,4% dari posisi satu hari sebelumnya sebesar 96,7%.
Tanpa tingkat suku bunga acuan yang memadai, keperkasaan dolar memang mudah diruntuhkan. Likuiditas akan mengalir ke pasar. Dolar melimpah, yang pada akhirnya akan menurunkan nilainya terhadap mata uang lain.
Alhasil nilai aset-aset yang berbasis dolar berisiko terkoreksi akibat penurunan nilai tukar.
Investor tentu saja tidak ingin mengalami kerugian yang masif akibat hal itu, sehingga emas banyak diborong.
Emas memang seringkali dijadikan instrumen pelindung nilai (hedging) alih-alih investasi karena nilainya yang relatif lebih stabil.
Bahkan sebelum The Fed menurunkan suku bunga, pelaku pasar juga sudah mengambil ancang-ancang dengan melepas dolar.
Terbukti dari nilai Dollar Indeks (DXY) yang terkoreksi 0,13% ke posisi 96,97 pada pukul 09:30 WIB. Posisi DXY saat ini juga merupakan yang paling rendah sejak akhir pekan lalu.
Sebagai informasi, nilai DXY menyatakan posisi greenback relatif terhadap enam mata uang utama dunia. Kala DXY melemah, mata uang lain akan lebih mudah melibas dolar Amerika Serikat.
Dolar yang melemah membuat harga emas makin murah bagi pemegang mata uang lain. Itu terjadi karena emas dunia ditransaksikan dalam dolar. Tak heran emas banyak diborong hari ini.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(taa/hps) Next Article Emas, How High Can You Fly
Pada perdagangan hari Kamis (11/7/2019) pukul 09:30 WIB, harga emas kontrak pengiriman Agustus di bursa New York Commodity Exchange (COMEX) menguat 0,82% ke level US$ 1.424,1/troy ounce atau setara Rp 644.862/gram.
Adapun harga emas di pasar spot juga menguat 0,2% menjadi US$ 1.421,69/troy ounce. Harga emas juga kembali berada di posisi tertinggi dalam enam tahun terakhir.
Dalam notulen tersebut, nada-nada yang sangat kalem (dovish) terpancar. The Fed sudah merasa perlu untuk memangkas tingkat suku bunga acuan (Federal Funds Rate/FFR).
"Beberapa anggota melihat bahwa pemangkasan federal funds rate dalam waktu dekat dapat membantu meminimalisir dampak dari guncangan terhadap ekonomi di masa depan," tulis risalah rapat The Fed, dilansir dari CNBC International.
Perang dagang antara AS dan China menjadi faktor yang dianggap berisiko mengguncang perekonomian AS.
Sebagaimana yang telah diketahui, hingga saat ini AS telah mengenakan bea impor produk China senilai US$ 250 miliar. Sementara China juga telah memberlakukan bea masuk pada produk-produk asal AS senilai US$ 110 miliar.
Kejar Cuan dari Investasi Emas
[Gambas:Video CNBC]
Kini, pelaku pasar makin yakin The Fed akan agresif memangkas suku bunga acuan.
Mengutip CME Fedwatch, probabilitas The Fed menurunkan suku bunga acuan sebesar 50 basis poin bulan Juli berada berada di level 26,6%. Angka probabilitas tersebut melonjak dari posisi hari sebelumnya yang hanya 3,3% saja.
Sementara probabilitas tingkat suku bunga acuan dipangkas 25 basis poin turun menjadi 73,4% dari posisi satu hari sebelumnya sebesar 96,7%.
Tanpa tingkat suku bunga acuan yang memadai, keperkasaan dolar memang mudah diruntuhkan. Likuiditas akan mengalir ke pasar. Dolar melimpah, yang pada akhirnya akan menurunkan nilainya terhadap mata uang lain.
Alhasil nilai aset-aset yang berbasis dolar berisiko terkoreksi akibat penurunan nilai tukar.
Investor tentu saja tidak ingin mengalami kerugian yang masif akibat hal itu, sehingga emas banyak diborong.
Emas memang seringkali dijadikan instrumen pelindung nilai (hedging) alih-alih investasi karena nilainya yang relatif lebih stabil.
Bahkan sebelum The Fed menurunkan suku bunga, pelaku pasar juga sudah mengambil ancang-ancang dengan melepas dolar.
Terbukti dari nilai Dollar Indeks (DXY) yang terkoreksi 0,13% ke posisi 96,97 pada pukul 09:30 WIB. Posisi DXY saat ini juga merupakan yang paling rendah sejak akhir pekan lalu.
Sebagai informasi, nilai DXY menyatakan posisi greenback relatif terhadap enam mata uang utama dunia. Kala DXY melemah, mata uang lain akan lebih mudah melibas dolar Amerika Serikat.
Dolar yang melemah membuat harga emas makin murah bagi pemegang mata uang lain. Itu terjadi karena emas dunia ditransaksikan dalam dolar. Tak heran emas banyak diborong hari ini.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(taa/hps) Next Article Emas, How High Can You Fly
Most Popular