The Fed Bikin Heboh, Bagaimana Nasib Rupiah Hari Ini?

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
11 July 2019 07:35
The Fed Bikin Heboh, Bagaimana Nasib Rupiah Hari Ini?
Foto: Gubernur bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve, Jerome Powell
Jakarta, CNBC Indonesia - The Federal Reserve (The Fed) selaku bank sentral AS membuat pasar keuangan dunia heboh. Bagaimana tidak, Jerome Powell selaku Gubernur The Fed memberikan testimoni di hadapan House Financial Services Committee terkait laporan kebijakan moneter semi tahunan dan selang beberapa jam setelahnya, risalah (minutes of meeting) dari pertemuan The Fed pada bulan Juni dirilis.

Melalui risalah pertemuan bulan Juni, semakin terkonfirmasi bahwa The Fed memiliki intensi untuk memangkas tingkat suku bunga acuan dalam waktu dekat, kemungkinan pada bulan ini juga. Para pejabat bank sentral Negeri Paman Sam memandang bahwa pemangkasan tingkat suku bunga acuan perlu dieksekusi guna menjaga laju perekonomian.

"Beberapa anggota melihat bahwa pemangkasan federal funds rate dalam waktu dekat dapat membantu meminimalisir dampak dari guncangan terhadap ekonomi di masa depan," tulis risalah rapat The Fed, dilansir dari CNBC International.

Perang dagang antara AS dengan China menjadi faktor yang dianggap berpotensi membawa guncangan bagi perekonomian AS. Sejauh ini, AS telah mengenakan bea masuk baru terhadap produk impor asal China senilai US$ 250 miliar, sementara China membalas dengan mengenakan bea masuk baru bagi produk impor asal AS senilai US$ 110 miliar.

"Para anggota secara umum setuju bahwa risiko terhadap prospek perekonomian telah meningkat semenjak pertemuan pada bulan Mei, utamanya risiko yang berkaitan dengan negosiasi dagang yang tengah berlangsung dan perlambatan ekonomi di negara-negara lain."



Beralih ke testimoni Powell, sang The Fed-1 memberikan bumbu-bumbu sedap yang membuat pelaku pasar kian yakin bahwa tingkat suku bunga acuan akan segera dipangkas.

Dalam testimoninya, Powell menyebut bahwa investasi dari pelaku usaha di sana telah menunjukkan perlambatan yang signifikan dalam beberapa waktu terakhir seiring dengan ketidakpastian yang menyelimuti prospek perekonomian.

"Banyak anggota FOMC sebelumnya melihat bahwa urgensi untuk mengadopsi kebijakan moneter yang lebih akomodatif telah meningkat. Sejak saat itu, berdasarkan data yang dirilis dan berbagai perkembangan lainnya, nampak bahwa ketidakpastian terkait perang dagang dan kekhawatiran mengenai laju perekonomian dunia telah terus membebani prospek perekonomian AS."

Sebelumnya, terdapat kekhawatiran yang besar bahwa The Fed tak akan terlalu dovish di masa depan lantaran pasar tenaga kerja Negeri Paman Sam tengah berada dalam kondisi yang oke.

Pada hari Jumat (5/7/2019), angka penciptaan lapangan kerja AS (sektor non-pertanian) periode Juni 2019 diumumkan sebanyak 224.000, jauh di atas ekspektasi yang sebanyak 162.000, seperti dilansir dari Forex Factory. Capaian tersebut juga jauh mengalahkan capaian pada bulan Mei yang sebanyak 72.000 saja.
Berbicara mengenai dampaknya ke rupiah, tampaknya mata uang Garuda pada hari ini akan menguat. Hingga berita ini diturunkan, indeks dolar AS yang menggambarkan pergerakan greenback terhadap mata uang utama dunia lainnya membukukan koreksi sebesar 0,08%.

Rilis risalah The Fed dan testimoni Powell membuat pelaku pasar begitu yakin bahwa tingkat suku bunga acuan akan dipangkas pada bulan ini juga. Bahkan, cukup banyak pihak yang meyakini bahwa pemangkasannya bukan hanya 25 bps, namun mencapai 50 bps.

Mengutip situs resmi CME Group yang merupakan pengelola bursa derivatif terkemuka di dunia, berdasarkan harga kontrak fed fund futures per 10 Juli 2019, probabilitas bahwa The Fed akan memangkas tingkat suku bunga acuan sebesar 50 bps pada pertemuan bulan ini berada di level 27,6%, melonjak dari posisi sehari sebelumnya yang sebesar 3,3%. Sementara itu, probabilitas tingkat suku bunga acuan dipangkas sebesar 25 bps turun menjadi 72,4%, dari 96,7% sehari sebelumnya.

Kala tingkat suku bunga acuan di AS dipangkas, apalagi dengan besaran hingga 50 bps, imbal hasil instrumen berpendapatan tetap di sana seperti deposito dan obligasi juga akan turun. Akibatnya, daya tariknya berkurang sehingga berpotensi membuat dolar AS dilego (untuk dibelikan instrumen berpendapatan tetap di negara-negara lain).

Guna mengantisipasi hal tersebut, aksi jual atas dolar AS sudah dilakukan oleh pelaku pasar keuangan dunia sedari saat ini juga.

Dengan mencermati perkembangan yang ada, rupiah memiliki modal yang besar pada perdagangan hari ini untuk mencetak apresiasi melawan dolar AS. Apalagi, rupiah sudah tak pernah menaklukan greenback dalam tiga hari perdagangan terakhir.

Sebagai informasi, pada perdagangan kemarin rupiah ditransaksikan flat di pasar spot di level Rp 14.125/dolar AS.

TIM RISET CNBC INDONESIA
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular