Investor Asing Masih Bersemangat, IHSG Kokoh di Zona Hijau

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
10 July 2019 12:49
Investor Asing Masih Bersemangat, IHSG Kokoh di Zona Hijau
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Mengawali perdagangan dengan kenaikan tipis 0,08%, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) belum pernah merasakan pahitnya zona merah pada hari ini. Per akhir sesi satu, IHSG berhasil memperlebar penguatannya menjadi 0,21% ke level 6.401,94.

Saham-saham yang berkontribusi signifikan bagi kenaikan IHSG di antaranya: PT Astra International Tbk/ASII (+1,37%), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (+1,13%), PT Perusahaan Gas Negara Tbk/PGAS (+2,43%), PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (+0,63%), dan PT United Tractors Tbk/UNTR (+1,08%).

Kinerja IHSG senada dengan mayoritas bursa saham utama kawasan Asia yang juga sedang ditransaksikan di zona hijau: indeks Hang Seng menguat 0,32%, indeks Straits Times naik 0,59%, dan indeks Kospi bertambah 0,61%.

Sentimen positif yang menyelimuti perdagangan di bursa saham Benua Kuning datang dari aura damai dagang AS-China yang kian terasa. Kemarin (9/7/2019) waktu AS, delegasi AS dan China melakukan pembicaraan via telepon.

Delegasi AS terdiri dari Kepala Perwakilan Dagang Robert Lighthizer dan Menteri Keuangan Steven Mnuchin, sementara delegasi China terdiri dari Wakil Perdana Menteri Liu He dan Menteri Perdagangan Zhong San.



Menurut seorang pejabat AS, pembicaraan via telepon tersebut dilakukan "untuk melanjutkan negosiasi yang bertujuan menyelesaikan sengketa perdagangan yang belum terselesaikan", dilansir dari CNBC International.

Pejabat tersebut kemudian menambahkan bahwa "kedua belah pihak akan melanjutkan pembicaraan itu sebagaimana mestinya".

Pernyataan dari pejabat AS tersebut kemudian dikonfirmasi sendiri oleh Kementerian Perdagangan China dalam sebuah pernyataan yang dirilis pada pagi hari ini waktu setempat.

Kesepakatan dagang antara AS dan China menjadi sangat krusial guna menghindarkan perekonomian keduanya dari yang namanya hard landing. Di AS yang merupakan negara dengan nilai perekonomian terbesar di dunia, belum lama ini Manufacturing PMI periode Juni 2019 diumumkan di level 51,7 oleh Institute for Supply Management (ISM), menandai ekspansi sektor manufaktur terlemah yang pernah dicatatkan AS sejak September 2016 silam.

Sementara di China yang merupakan negara dengan nilai perekonomian terbesar kedua di dunia, dalam enam bulan pertama tahun 2019 data resmi pemerintahnya mencatat bahwa aktivitas manufaktur membukukan kontraksi sebanyak empat kali yakni pada bulan Januari, Februari, Mei, dan Juni.

[Gambas:Video CNBC] Aksi beli yang dilakukan investor asing ikut berkontribusi dalam membuat IHSG melaju di zona hijau. Hingga tengah hari, investor asing membukukan beli bersih senilai Rp 226,4 miliar di pasar reguler. Pada perdagangan kemarin, investor asing juga membukukan beli bersih, yakni senilai Rp 735,7 miliar.

Saham-saham yang banyak diburu investor asing di antaranya: PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (Rp 120,7 miliar), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (Rp 63,2 miliar), PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (Rp 50,8 miliar), PT Astra International Tbk/ASII (Rp 40,3 miliar), dan PT United Tractors Tbk/UNTR (Rp 11,8 miliar).

Sejatinya, kinerja rupiah masih tak mendukung bagi investor asing untuk melakukan aksi beli. Kemarin, rupiah melemah 0,14% di pasar spot ke level Rp 14.125/dolar AS. Pada hari ini, rupiah kembali melemah yakni sebesar 0,07% ke level 14.135/dolar AS. Jika bertahan hingga akhir perdagangan, maka rupiah akan membukukan depresiasi selama tiga hari beruntun.

Kala rupiah melemah, investor asing berpotensi menanggung yang namanya kerugian kurs sehingga aksi jual menjadi opsi yang paling mungkin diambil.

Optimisme bahwa AS-China akan segera meneken kesepakatan dagang membuat investor asing tetap menyasar saham-saham di Indonesia. Kala dua negara dengan nilai perekonomian terbesar di dunia tersebut berhasil meneken kesepakatan dagang, laju perekonomian negara-negara lain, termasuk Indonesia, diharapkan bisa dikerek naik.

Apalagi, AS dan China merupakan mitra dagang penting Indonesia. Dalam perioe Januari-Mei 2019, Indonesia diketahui mengekspor produk non-migas senilai US$ 7,25 miliar ke AS, sementara ekspor ke China dalam periode yang sama mencapai US$ 9,55 miliar.

Melihat perkembangan yang ada sejauh ini, IHSG berada dalam jalur yang tepat untuk membukukan apresiasi selama dua hari beruntun.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/ank) Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular