Turun Tiga Hari, Euro Sentuh Titik Terendah Tiga Pekan

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
09 July 2019 21:02
Penguatan dolar AS tak terbendung, apalagi European Central Bank (ECB) diprediksi lebih dovish di bawah pimpinan barunya nanti.
Foto: Mata Uang Euro. (REUTERS/Lee Jae-Won)
Jakarta, CNBC Indonesia - Mata uang euro kembali melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Selasa (9/7/19). Rilis data tenaga kerja AS pada Jumat lalu membuat penguatan dolar AS tak terbendung, apalagi European Central Bank (ECB) diprediksi akan lebih dovish di bawah pimpinan barunya nanti.

Pada pukul 20:30 WIB, euro diperdagangkan di kisaran US$ 1,1207 atau melemah 0,06% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Bahkan sebelumnya euro sempat turun ke US$ 1,1192 yang menjadi level terendah tiga pekan terakhir. Dua hari sebelumnya, mata uang 19 negara ini melemah masing-masing 0,53% dan 0,09%.



Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan data tenaga kerja yang terdiri dari penyerapan pekerja di luar sektor pertanian (non-farm payroll), tingkat pengangguran, serta rata-rata gaji per jam pada Jumat (5/7/19) malam.



Non-farm payroll dilaporkan bertambah sebanyak 224.000 orang, jauh di atas bulan Mei sebanyak 75.000 orang. Sementara tingkat pengangguran meski naik menjadi 3,7% dari sebelumnya 3,6% tetapi masih dekat level terendah 50 tahun.

Pada periode yang sama, rata-rata gaji per jam naik 0,2% month-on-month dan 3,1% year-on-year. Rilis data tenaga kerja AS tersebut cukup bagus dan mengubah prediksi pelaku pasar terhadap peluang pemangkasan suku bunga bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed).

Jika sebelumnya pelaku pasar memprediksi The Fed di bawah pimpinan Jerome Powell akan memangkas suku bunga sebanyak tiga kali di tahun ini, kini menjadi maksimal dua kali.

Sementara itu mantan Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF), Christine Lagarde, semakin jelas akan menjadi Presiden European Central Bank (ECB) menggantikan Mario Draghi yang masa baktinya berakhir Oktober nanti.

Para menteri keuangan zona euro sudah menandatangani nominasi Lagarde, proses selanjutnya nominasi tersebut akan dibawa ke dewan gubernur ECB serta Parlemen Eropa.

Jika eks menteri keuangan Perancis resmi menjabat Presiden ECB 1 November nanti, arah kebijakan ECB kemungkinan akan lebih longgar, yakni penurunan suku bunga maupun quantitative easing (program pembelian aset atau surat berharga).

Manakala The Fed diprediksi tidak se-dovish sebelumnya, sedangkan ECB kemungkinan bakal lebih dovish di bawah pimpinan Lagarde, euro pun terus mengalami pelemahan.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(pap/pap) Next Article Trading Cuan Rp 70 Juta, Euro Dulu Dibuang Kini Disayang!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular