
Rupiah Perkasa di Kurs Tengah BI, Tapi Terlemah Asia di Spot
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
09 July 2019 10:28

Penguatan dolar AS di level global masih berlanjut hari ini. Pada pukul 10:12 WIB, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) menguat 0,02%.
Dalam sepekan terakhir, Dollar Index sudah menguat 0,71%. Sedangkan selama sebulan ke belakang, penguatannya nyaris menyentuh 1%.
Sepertinya rilis data ketenagakerjaan AS akhir pekan lalu masih membekas di benak pelaku pasar. Pada Juni, perekonomian AS menciptakan 224.000 lapangan kerja, angka tertinggi sejak Januari.
Data ini menunjukkan dunia usaha di Negeri Paman Sam masih ekspansif. Penurunan suku bunga acuan mungkin dibutuhkan, tetapi tidak terlalu banyak. Bisa jadi penurunan 25 basis poin (bps) saja sudah cukup.
Peta pun berubah. Mengutip CME Fedwatch, peluang penurunan Federal Funds Rate sebesar 50 bps pada 31 Juli tinggal 5,9%. Padahal sepekan lalu peluangnya nyaris 20%.
Investor sudah memasukkan penurunan suku bunga acuan AS dalam kalkulasi mereka, tetapi tidak cuma sekali. Oleh karena itu, penurunan suku bunga acuan yang mungkin hanya sekali sepanjang 2019 menjadi faktor kejutan dan energi tambahan bagi dolar AS.
Selain itu, pelaku pasar juga menantikan paparan Ketua Bank Sentral AS (The Federal Reserves/The Fed) Jerome 'Jay' Powell di hadapan Kongres pada Rabu waktu Washington. Investor berharap paparan ini memberikan petunjuk mengenai arah kebijakan moneter The Fed ke depan. Apakah dovish, less-dovish, netral, atau malah hawkish-bias?
Sembari menunggu 'arahan' Powell, investor pun memilih bermain aman. Lebih baik wait and see, baru bergerak setelah semuanya sudah jelas. Akibatnya, aset-aset berisiko di negara berkembang Asia masih kekurangan peminat.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Dalam sepekan terakhir, Dollar Index sudah menguat 0,71%. Sedangkan selama sebulan ke belakang, penguatannya nyaris menyentuh 1%.
Data ini menunjukkan dunia usaha di Negeri Paman Sam masih ekspansif. Penurunan suku bunga acuan mungkin dibutuhkan, tetapi tidak terlalu banyak. Bisa jadi penurunan 25 basis poin (bps) saja sudah cukup.
Peta pun berubah. Mengutip CME Fedwatch, peluang penurunan Federal Funds Rate sebesar 50 bps pada 31 Juli tinggal 5,9%. Padahal sepekan lalu peluangnya nyaris 20%.
Investor sudah memasukkan penurunan suku bunga acuan AS dalam kalkulasi mereka, tetapi tidak cuma sekali. Oleh karena itu, penurunan suku bunga acuan yang mungkin hanya sekali sepanjang 2019 menjadi faktor kejutan dan energi tambahan bagi dolar AS.
Selain itu, pelaku pasar juga menantikan paparan Ketua Bank Sentral AS (The Federal Reserves/The Fed) Jerome 'Jay' Powell di hadapan Kongres pada Rabu waktu Washington. Investor berharap paparan ini memberikan petunjuk mengenai arah kebijakan moneter The Fed ke depan. Apakah dovish, less-dovish, netral, atau malah hawkish-bias?
Sembari menunggu 'arahan' Powell, investor pun memilih bermain aman. Lebih baik wait and see, baru bergerak setelah semuanya sudah jelas. Akibatnya, aset-aset berisiko di negara berkembang Asia masih kekurangan peminat.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular