Berharap Bunga Acuan BI Turun, Ini Strategi Investasi Saham

Monica Wareza, CNBC Indonesia
08 July 2019 18:41
Diperkirakan penurunan suku bunga akan terjadi pada kuartal keempat.
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto
Jakarta, CNBC Indonesia - Paruh kedua 2019 ini pelaku pasar diimingi dengan adanya kemugkinan penurunan suku bunga acuan bank sentral masing-masing negara. Tak hanya di Amerika Serikat (AS), di Indonesia juga sama harapannya bisa memberikan dampak positif untuk pasar keuangan, baik itu pasar ekuitas maupun surat utang.
S
Executive VP Intermediary Business Schroders Investment Management Indonesia Bonny Iriawan mengatakan The Federal Reserve (The Fed) telah menunjukkan kecenderungan dovish, jadi ada harapan suku bunga acuan turun. Diperkirakan penurunan suku bunga akan terjadi pada kuartal keempat.

"Yang akan jadi perhatian pada semester kedua pemerintah memperhatikan pertumbuhan. AS akan menurunkan suku bunga pada kuartal IV. Jerome Powell harus memperhatikan data fundamental dan bank sentral punya kemungkinan untuk adanya kejelasan dagang dengan China," kata Bonny di kawasan Jakarta Selatan, Senin (8/7/2019).

Diperkirakan penurunan suku bunga The Fed ini akan terjadi sebesar 25bps.

Hal yang sama kemungkinan akan dilakukan otoritas moneter di sejumlah negara di Asia, termasuk Indonesia

Khsusus Indonesia, kata Bonny, ekonomi akan tumbuh dan memberikan stimulus moneter kalau Bank Indonesia (BI) bisa menurunkan tingkat suku bunga. Hingga saat ini BI baru menurunkan Giro Wajib Minimum (GWM).

Kebijakan BI ini dinilai tepat, sebab dengan diturunkannya GWM maka likuiditas di pasar akan bertambah sehingga kemampuan penyaluran pembiayaan oleh perbankan akan meningkat. Peningkatan jumlah pinjaman ini dinilai akan menjdi salah satu pendorong pertumbuhan ekonomi.

"Fiskal stimulus yang diberikan oleh pemerintah berpotensi untuk meningkatkan pertumbuhan. Ini akan good for equity," imbuh dia.

Dengan penurunan tingkat suku bunga tersebut maka akan berdampak positif pada pasar obligasi. "View lebih clear di obligasi, apakah AS turunkan suku bunga, inlasi kita rendah maka obligasi naik. Kalau saham banyak yang harus diperhatikan," terang dia.

Namun demikian, pasar saham juga tak sepenuhnya diabaikan. Investor dinilai tetap harus masuk ke pasar ekuitas secara bertahap. Sebab, kemungkinan pasar ekuitas kembali bertaring adalah ketika Amerika dan China bisa mencapai kesepakatan dagang.

"Jadi paling baik masuk di sini, masuk ke strong portofolio dengan akumulasi, bertahap," imbuh Bonny.

Begini Proyeksi IHSG
[Gambas:Video CNBC]

Penurunan tingkat suku bunga ini akan membuat prospek emiten di sektor perbankan akan menarik. Sebab, selain sektor perbankan merupakan salah satu pemberat di Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Net Interest Margin (NIM) perbankan dinilai masih tetap lebar.

Selain perbankan, sektor konsumer juga dinilai masih positif karena sektor ini selalu mengalami pertumbuhan seiring dengan pertumbuhan ekonomi. "Secara historical 56% dari GDP tumbuh dari konsumsi domesti," imbuh dia.

(hps/hps) Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular