Analisis

Rupiah Melemah Signifikan, tapi Masih dalam Skala Wajar

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
08 July 2019 12:13
Rupiah melemah signifikan melawan dolar AS pada Senin, setelah pada pekan lalu berhasil mencatat penguatan 0,32% secara point-to-point
Foto: Muhammad Luthfi Rahman
Jakarta, CNBC Indonesia - Mata uang rupiah melemah cukup signifikan melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Senin (8/7/19), setelah pada pekan lalu berhasil mencatat penguatan 0,32% secara point-to-point.

Pelemahan Mata Uang Garuda terlihat wajar melihat pola pergerakan pada pelan lalu, serta faktor fundamental Negeri Paman Sam.

Pada perdagangan Jumat (5/7/19) rupiah sebenarnya tidak banyak bergerak, tetapi menjelang akhir perdagangan tiba-tiba terjadi penguatan yang signifikan, sekitar 0,41%. Pergerakan tersebut terlihat "tidak wajar", pasalnya pada malam hari AS akan melaporkan data tenaga kerja yang sering memberikan dampak besar di pasar finansial.



Secara psikologis, jelang rilis data ekonomi penting dari AS, para pelaku pasar cenderung wait and see apalagi perdagangan rupiah berakhir pukul 16:00 WIB, dan rilis data tenaga kerja AS pukul 19:30 WIB, sehingga tidak akan sempat merespon rilis data tersebut.

Benar saja rilis data tenaga kerja AS cukup bagus, dolar AS mendapat momentum penguatan, dan penguatan "tidak wajar" rupiah di hari Jumat berbuah pelemahan pada hari ini. Data tenaga kerja tersebut di antaranya adalah penyerapan pekerja di luar sektor pertanian (Non-Farm Payroll), tingkat pengangguran, serta rata-rata gaji per jam.

Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan Non-farm payroll sebanyak 224.000 orang, jauh di atas bulan Mei sebanyak 75.000 orang. Sementara tingkat pengangguran meski naik menjadi 3,7% dari semula 3,6% tetapi masih dekat level terendah 50 tahun. Pada periode yang sama, rata-rata gaji per jam naik 0,2% month-on-month dan 3,1% year-on-year.

Rilis data tersebut membuat pelaku pasar memprediksi Bank Sentral AS (Federal Reserve/The Fed) tidak akan agresif menurunkan suku bunga di tahun ini. Menurut piranti FedWatch milik CME Group, pelaku pasar kini memprediksi The Fed maksimal memangkas suku bunga dua kali di 2019. Sebelum data tenaga kerja AS dirilis, prediksi pemangkasan masih sebanyak tiga kali.

Pada pukul 11:50 WIB, rupiah bisa memangkas pelemahan dan diperdagangkan di kisaran Rp 14.117/US$, melansir data investing.com.



Analisis Teknikal

Rupiah Melemah Signifikan, Tapi Masih Terlihat WajarGrafik: Rupiah (USD/IDR) Harian 
Sumber: investing.com


Melihat grafik harian, rupiah yang disimbolkan dengan USD/IDR kini berada di kisaran rerata pergerakan (Moving Average/MA) 5 hari (garis biru) dan di bawah MA20 /rerata 20 hari (garis merah).

Indikator rerata pergerakan konvergen dan devergen (MACD) masih di wilayah negatif yang memberikan gambaran sentimen bearish atau pelemahan dolar AS. Indikator-indikator tersebut memberikan gambaran penguatan rupiah (USD/IDR bergerak turun) dalam jangka menengah.

Rupiah Melemah Signifikan, Tapi Masih Terlihat WajarGrafik: Rupiah (USD/IDR) Harian 
Sumber: investing.com


Pada time frame 1 jam, rupiah berada di bawah MA 5 (rerata pergerakan 5 jam/garis biru) dan di bawah MA 20 (rerata pergerakan 20 jam/garis merah). Indikator Stochastic bergerak turun dari wilayah jenuh beli (overbought), sehingga bisa memberikan peluang rupiah memangkas pelemahan.

Pada perdagangan Jumat, penguatan "tidak wajar" rupiah hingga menyentuh target Rp 14.082, dan pada hari ini sempat melemah hingga mencapai resisten (tahanan atas) Rp 14.152.

Support (tahanan terdekat) berada di kisaran Rp 14.115, jika mampu ditembus, rupiah berpeluang memangkas pelemahan dan kembali menuju area Rp 14.082.

Sementara selama bertahan di atas support, Mata Uang Garuda berpotensi kembali melemah ke level Rp 14.152.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap) Next Article Jaga Kestabilan Rupiah, BI-7 D RRR Diprediksi Sulit

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular