Rupiah Perkasa di Kurs Acuan, Tak Jelas di Pasar Spot

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
04 July 2019 10:35
Rupiah Perkasa di Kurs Acuan, Tak Jelas di Pasar Spot
Ilustrasi Dolar AS dan Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) berhasil menguat di kurs tengah Bank Indonesia (BI). Pelemahan rupiah yang sebelumnya terjadi dua hari beruntun pun terputus. 

Pada Kamis (4/7/2019), kurs tengah BI atau kurs acuan Jakarta Interbank Spor Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.106. Rupiah menguat 0,38% dibandingkan posisi hari sebelumnya. 

Penguatan 0,38% merupakan apresiasi harian terbaik sejak 21 Juni. Sementara rupiah di Rp 14.106/US$ adalah yang terkuat sejak 16 April. 

Rupiah akhirnya menguat setelah dua hari sebelumnya terus terdepresiasi. Dalam dua hari tersebut, pelemahan rupiah adalah 0,3%. 

 

Sementara di perdagangan pasar spot, rupiah masih bergerak labil. Kala pembukaan pasar, rupiah menguat 0,11%. Namun seiring perjalanan pasar, penguatan rupiah semakin tipis. 


Akhirnya kejadian. Pada pukul 10:09 WIB, US$ 1 setara dengan Rp 14.130 di mana rupiah sudah melemah 0,11%. 

Rupiah, won Korea Selatan, baht Thailand, dan dolar Taiwan menjadi mata uang Asia yang melemah di hadapan dolar AS. Sementara sebagian besar sisanya masih bertahan di zona hijau. 

Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS mata uang uang utama Benua Kuning pada pukul 10:10 WIB: 

 


(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Dolar AS kembali menemukan momentum setelah sempat tertekan. Penyebabnya adalah perkiraan data tenaga kerja AS yang membaik. 

Akhir pekan ini, akan dirilis data penciptaan lapangan kerja dan angka pengangguran Negeri Paman Sam periode Juni. Konsensus pasar yang dihimpun Reuters memperkirakan penciptaan lapangan kerja pada Juni sebanyak 160.000. Naik lebih dari dua kali lipat ketimbang bulan sebelumnya yang hanya 75.000. 




Memang benar perekonomian AS melambat, sehingga butuh stimulus berupa penurunan suku bunga acuan. Namun dengan kondisi ketenagakerjaan yang belum terlalu terpuruk, sepertinya penurunan Federal Funds Rate tidak perlu terlalu drastis. 

"Perlambatan di sisi penciptaan lapangan kerja sepertinya cukup untuk membuat The Federal Reserves untuk menurunkan suku bunga acuan pada Juli atau September. Namun rasanya penurunan 50 basis poin agak berlebihan," kata Paul Ashworth, Kepala Ekonom Capital Economics untuk wilayah AS, seperti dikutip dari Reuters. 

Sebelumnya, Presiden The Fed St Louis James Bullard menyatakan hal senada. Menurutnya, penurunan suku bunga acuan 50  basis poin sudah berlebihan, 25 basis poin saja cukup. 


Penurunan suku bunga acuan di AS memang rasanya tidak terhindarkan lagi. Pertanyaannya adalah kapan dan seberapa dalam? 

Melihat perkembangan terkini, sepertinya pemangkasan suku bunga acuan tidak akan terlalu besar. Ini menjadi sentimen positif bagi dolar AS, karena ada harapan suku bunga acuan hanya diturunkan sekali.

Jadi berinvestasi di instrumen berbasis dolar AS (terutama di instrumen berpendapatan tetap) masih menguntungkan. Akibatnya, sejumlah mata uang Asia termasuk rupiah belum bisa stabil di zona hijau.

Masih ada sentimen yang bisa menguatkan dolar AS. Rupiah belum bisa tenang.



TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular