
Rupiah Perkasa di Kurs Acuan, Tak Jelas di Pasar Spot
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
04 July 2019 10:35

Dolar AS kembali menemukan momentum setelah sempat tertekan. Penyebabnya adalah perkiraan data tenaga kerja AS yang membaik.
Akhir pekan ini, akan dirilis data penciptaan lapangan kerja dan angka pengangguran Negeri Paman Sam periode Juni. Konsensus pasar yang dihimpun Reuters memperkirakan penciptaan lapangan kerja pada Juni sebanyak 160.000. Naik lebih dari dua kali lipat ketimbang bulan sebelumnya yang hanya 75.000.
Memang benar perekonomian AS melambat, sehingga butuh stimulus berupa penurunan suku bunga acuan. Namun dengan kondisi ketenagakerjaan yang belum terlalu terpuruk, sepertinya penurunan Federal Funds Rate tidak perlu terlalu drastis.
"Perlambatan di sisi penciptaan lapangan kerja sepertinya cukup untuk membuat The Federal Reserves untuk menurunkan suku bunga acuan pada Juli atau September. Namun rasanya penurunan 50 basis poin agak berlebihan," kata Paul Ashworth, Kepala Ekonom Capital Economics untuk wilayah AS, seperti dikutip dari Reuters.
Sebelumnya, Presiden The Fed St Louis James Bullard menyatakan hal senada. Menurutnya, penurunan suku bunga acuan 50 basis poin sudah berlebihan, 25 basis poin saja cukup.
Penurunan suku bunga acuan di AS memang rasanya tidak terhindarkan lagi. Pertanyaannya adalah kapan dan seberapa dalam?
Melihat perkembangan terkini, sepertinya pemangkasan suku bunga acuan tidak akan terlalu besar. Ini menjadi sentimen positif bagi dolar AS, karena ada harapan suku bunga acuan hanya diturunkan sekali.
Jadi berinvestasi di instrumen berbasis dolar AS (terutama di instrumen berpendapatan tetap) masih menguntungkan. Akibatnya, sejumlah mata uang Asia termasuk rupiah belum bisa stabil di zona hijau.
Masih ada sentimen yang bisa menguatkan dolar AS. Rupiah belum bisa tenang.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Akhir pekan ini, akan dirilis data penciptaan lapangan kerja dan angka pengangguran Negeri Paman Sam periode Juni. Konsensus pasar yang dihimpun Reuters memperkirakan penciptaan lapangan kerja pada Juni sebanyak 160.000. Naik lebih dari dua kali lipat ketimbang bulan sebelumnya yang hanya 75.000.
Memang benar perekonomian AS melambat, sehingga butuh stimulus berupa penurunan suku bunga acuan. Namun dengan kondisi ketenagakerjaan yang belum terlalu terpuruk, sepertinya penurunan Federal Funds Rate tidak perlu terlalu drastis.
"Perlambatan di sisi penciptaan lapangan kerja sepertinya cukup untuk membuat The Federal Reserves untuk menurunkan suku bunga acuan pada Juli atau September. Namun rasanya penurunan 50 basis poin agak berlebihan," kata Paul Ashworth, Kepala Ekonom Capital Economics untuk wilayah AS, seperti dikutip dari Reuters.
Sebelumnya, Presiden The Fed St Louis James Bullard menyatakan hal senada. Menurutnya, penurunan suku bunga acuan 50 basis poin sudah berlebihan, 25 basis poin saja cukup.
Penurunan suku bunga acuan di AS memang rasanya tidak terhindarkan lagi. Pertanyaannya adalah kapan dan seberapa dalam?
Melihat perkembangan terkini, sepertinya pemangkasan suku bunga acuan tidak akan terlalu besar. Ini menjadi sentimen positif bagi dolar AS, karena ada harapan suku bunga acuan hanya diturunkan sekali.
Jadi berinvestasi di instrumen berbasis dolar AS (terutama di instrumen berpendapatan tetap) masih menguntungkan. Akibatnya, sejumlah mata uang Asia termasuk rupiah belum bisa stabil di zona hijau.
Masih ada sentimen yang bisa menguatkan dolar AS. Rupiah belum bisa tenang.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular