Tak Cuma IHSG, Nasib Buruk Juga Menimpa Bursa Asia: Rontok!

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
03 July 2019 16:55
Seluruh bursa saham utama kawasan Asia kompak mengakhiri perdagangan hari ini di zona merah.
Foto: Ilustrasi Bursa China (REUTERS/Jason Lee)
Jakarta, CNBC Indonesia - Seluruh bursa saham utama kawasan Asia kompak mengakhiri perdagangan hari ini, Rabu (3/7/2019) di zona merah.

Data perdagangan menunjukkan indeks Nikkei turun 0,53%, indeks Shanghai terkoreksi 0,94%, indeks Hang Seng minus 0,07%, indeks Straits Times turun 0,12%, dan indeks Kospi anjlok 1,23%.

Di sisi lain, per akhir sesi dua, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga melemah 0,35% ke level 6.362,62. Setelah mencetak reli selama 4 hari, kini pelaku pasar saham tanah air memilih untuk 'ambil nafas' terlebih dahulu.

Kekhawatiran bahwa hubungan AS dengan China di bidang perdagangan akan memanas sukses memantik aksi jual di bursa saham Benua Kuning.

Seperti yang diketahui, setelah berbincang sekitar 80 menit di sela-sela gelaran KTT G20 di Jepang pada akhir pekan kemarin, Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping menyetujui gencatan senjata di bidang perdagangan sekaligus membuka kembali pintu negosiasi yang sempat tertutup.


Dilansir dari CNBC International, kedua negara secara terpisah mengumumkan bahwa mereka telah setuju untuk tak saling mengenakan bea masuk baru terhadap produk impor dari masing-masing negara.

Media milik pemerintah China Xinhua menyebut bahwa kedua pimpinan negara setuju "untuk memulai kembali negosiasi dagang antar kedua negara dengan dasar kesetaraan dan rasa hormat."

Namun, kini Trump justru ingin kesepakatan dagang AS-China dibuat untuk lebih menguntungkan AS.

"Itu (kesepakatan dagang) haruslah lebih menguntungkan kita ketimbang China karena mereka telah mengambil keuntungan yang sangat besar (dari AS) untuk begitu lama," cetus Trump di Gedung Putih pada hari Senin (1/7/2019), dilansir dari CNBC International.

"Sudah jelas Anda tidak bisa membuat kesepakatan 50-50. Itu (kesepakatan dagang) haruslah lebih menguntungkan kami," lanjut presiden AS ke-45 tersebut.

Jika AS tetap bersikap keras seperti ini, dikhawatirkan kubu China akan panas dan membuat negosiasi dagang kembali menjadi mandek. Jika ini yang terjadi, nampaknya eskalasi perang dagang akan sulit untuk dihindarkan.

Perang dagang belum tereskalasi kembali saja, perekonomian China terlihat sudah begitu tertekan. Pada hari ini, data Services PMI China periode Juni 2019 versi Caixin diumumkan di level 52, lebih rendah ketimbang konsensus yang sebesar 52,6, seperti dilansir dari Trading Economics. Capaian pada bulan Juni juga lebih rendah ketimbang bulan Mei yang sebesar 52,7.

Kemudian, data Composite PMI China periode Juni 2019 versi Caixin diumumkan di level 50,6, lebih rendah ketimbang capaian bulan Mei yang sebesar 51,5, seperti dilansir dari Trading Economics.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ank/tas) Next Article Investor Tunggu Inflasi AS & Risalah The Fed, Bursa Saham Asia Lesu

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular