
Kacau! Harga Timah Terjun Bebas dan Terendah Sejak Juli 2016
Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
03 July 2019 16:38

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga timah di bursa London Metal Exchange (LME) anjlok ke level terendah sejak Juli 2016. Aktivitas manufaktur yang loyo di sejumlah negara membuat permintaan komoditas bahan baku, termasuk timah, berisiko melambat.
Pada penutupan perdagangan hari Selasa (2/7/2019) harga timah kontrak tiga bulan ke depan amblas 6,35% ke level US$ 17.700/ton.
Awal pekan ini, berbagai lembaga merilis data Purchasing Manager's Indeks (PMI) manufaktur periode Juni di sejumlah negara. Data tersebut menggambarkan gairah industri manufaktur.
Sayangnya, data-data tersebut mengindikasikan industri manufaktur secara global makin tidak bergairah.
Di Amerika Serikat (AS), PMI manufaktur bulan Juni dibacakan sebesar 51,7 oleh Institute Supply Management (IHS). Meskipun angka di atas 50 berarti masih terjadi ekspansi, namun capaian bulan Juni merupakan yang paling rendah sejak Oktober 2016.
Kabar dari China lebih buruk lagi, yang mana PMI manufaktur bulan Juni versi Caixin hanya 49,4 dan merupakan yang paling rendah sejak Januari 2019. Bahkan aktivitas industri manufaktur di China tengah mengalami kontraksi.
Sama halnya di Jepang, di mana pembacaan awal PMI manufaktur bulan Juni versi NIkkei yang sebesar 49,5 telah direvisi menjadi 49,3. Angka tersebut menunjukkan kontraksi yang paling parah dalam tiga bulan terakhir.
Sementara di Korea Selatan, PMI manufaktur bulan Juni jatuh ke posisi 47,5 dari 48,4 di bulan sebelumnya. Nikkei menyebutkan bahwa penurunan angka PMI tersebut merupakan yang paling tajam dalam empat bulan terakhir. Sementara posisi bulan Juni merupakan kontraksi paling parah sejak Juni 2015.
Amerika Serikat, China, dan Jepang merupakan negara dengan perekonomian dan aktivitas industri terbesar di dunia. Sementara Korea Selatan juga termasuk dalam negara dengan kekuatan ekonomi papan atas dunia.
Kala aktivitas industri di negara-negara tersebut menunjukkan gejala perlambatan, maka kemungkinan besar seluruh dunia turut terdampak. Rantai pasokan global terganggu dan menyebabkan perlambatan ekonomi secara umum.
Alhasil pelaku pasar cenderung meninggalkan kontrak pembelian komoditas-komoditas bahan baku industri, termasuk timah.
Sebagaimana yang telah diketahui, timah banyak digunakan dalam industri baterai, elektronik, dan campuran baja.
Indonesia dan China diketahui merupakan pemasok utama timah dunia.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
Saksikan Video Pecah Rekor Harga, Emas Masih Diburu
[Gambas:Video CNBC]
(taa/dob) Next Article Genjot Produksi, Timah Alokasikan Belanja Modal Rp 2,58 T
Pada penutupan perdagangan hari Selasa (2/7/2019) harga timah kontrak tiga bulan ke depan amblas 6,35% ke level US$ 17.700/ton.
Sayangnya, data-data tersebut mengindikasikan industri manufaktur secara global makin tidak bergairah.
Di Amerika Serikat (AS), PMI manufaktur bulan Juni dibacakan sebesar 51,7 oleh Institute Supply Management (IHS). Meskipun angka di atas 50 berarti masih terjadi ekspansi, namun capaian bulan Juni merupakan yang paling rendah sejak Oktober 2016.
Kabar dari China lebih buruk lagi, yang mana PMI manufaktur bulan Juni versi Caixin hanya 49,4 dan merupakan yang paling rendah sejak Januari 2019. Bahkan aktivitas industri manufaktur di China tengah mengalami kontraksi.
Sama halnya di Jepang, di mana pembacaan awal PMI manufaktur bulan Juni versi NIkkei yang sebesar 49,5 telah direvisi menjadi 49,3. Angka tersebut menunjukkan kontraksi yang paling parah dalam tiga bulan terakhir.
Sementara di Korea Selatan, PMI manufaktur bulan Juni jatuh ke posisi 47,5 dari 48,4 di bulan sebelumnya. Nikkei menyebutkan bahwa penurunan angka PMI tersebut merupakan yang paling tajam dalam empat bulan terakhir. Sementara posisi bulan Juni merupakan kontraksi paling parah sejak Juni 2015.
Amerika Serikat, China, dan Jepang merupakan negara dengan perekonomian dan aktivitas industri terbesar di dunia. Sementara Korea Selatan juga termasuk dalam negara dengan kekuatan ekonomi papan atas dunia.
Kala aktivitas industri di negara-negara tersebut menunjukkan gejala perlambatan, maka kemungkinan besar seluruh dunia turut terdampak. Rantai pasokan global terganggu dan menyebabkan perlambatan ekonomi secara umum.
Alhasil pelaku pasar cenderung meninggalkan kontrak pembelian komoditas-komoditas bahan baku industri, termasuk timah.
Sebagaimana yang telah diketahui, timah banyak digunakan dalam industri baterai, elektronik, dan campuran baja.
Indonesia dan China diketahui merupakan pemasok utama timah dunia.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
Saksikan Video Pecah Rekor Harga, Emas Masih Diburu
[Gambas:Video CNBC]
(taa/dob) Next Article Genjot Produksi, Timah Alokasikan Belanja Modal Rp 2,58 T
Most Popular