Pasar Forex Sesi AS, Dolar Kehilangan Momentum Penguatan

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
02 July 2019 21:44
Serangkaian data buruk secara global kembali menguatkan spekulasi Bank Sentral AS (Federal Reserve/The Fed) akan memangkas suku bunga
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks dolar Amerika Serikat (AS) kehilangan momentum penguatan pada perdagangan Selasa (2/7/19), efek hasil Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 akhir pekan lalu terlihat mulai memudar.

Memasuki awal perdagangan sesi AS, indeks dolar berada di kisaran 96,71 atau melemah 0,14% pada pukul 21:16 WIB, melansir data Refinitiv. Indeks dibentuk dari enam mata uang dan dijadikan ukuran tingkat kekuatan dolar AS.



"Optimisme dari KTT G20 telah memudar dan saat ini kembali ke level sebelum pertemuan tersebut" kata Kamal Sharma, Direktur Strategi FX G10 dari Bank of America Merill Lynch di London, mengutip CNBC International. Pernyataannya tersebut mengacu pada sentimen positif dari "gencatan senjata" AS-China, dan dibukanya kembali negosiasi dagang.


Hal tersebut memunculkan harapan akan adanya kesepakatan dagang dua raksasa ekonomi dunia sehingga perekonomian global kembali terpacu. Namun, melambatnya aktivitas manufaktur secara global memicu kecemasan kembali akan pelambatan ekonomi dunia.

Pada Senin kemarin, Markit melaporkan pembacaan akhir indeks aktivitas manufaktur zona euro turun menjadi 47,6 dari rilis awal 47,8. Jerman yang merupakan negara dengan nilai perekonomian terbesar di zona euro mengalami pelambatan lebih dalam menjadi 45,0 dibandingkan sebelumnya 45,4.

Sementara untuk ">Inggris dilaporkan sebesar 48,0, turun dalam dibandingkan bulan Mei sebesar 49,4.

Sebelum zona euro dan Inggris, China terlebih dahulu melaporkan data yang sama. Data dari Caixin menunjukkan sektor manufaktur China berkontraksi di bulan Juni, dengan angka indeks sebesar 49,4. Kontraksi ini merupakan yang pertama setelah berekspansi dalam tiga bulan beruntun.

Dari AS, Data yang dirilis Institute for Supply Management (ISM) menunjukkan indeks manufaktur naik menjadi 51,7 di bulan Juni, meski masih berekspansi tetapi melambat dibandingkan bulan sebelumnya 52,1.

Pengukuran aktivitas manufaktur global milik JPMorgan berada di level terendah dalam tujuh tahun terakhir, dan berkontraksi dalam dua bulan beruntun. Sementara survei dari Morgan Stanley menunjukkan kontraksi untuk pertama kalinya sejak tahun 2016.

Serangkaian data-data buruk secara global tersebut kembali menguatkan spekulasi Bank Sentral AS (Federal Reserve/The Fed) akan memangkas suku bunga 31 Juli (1 Agustus waktu Indonesia) nanti, yang tentunya membebani pergerakan dolar AS. Berdasarkan perangkat FedWatch milik CME Group, pelaku pasar melihat adanya peluang sebesar 78,8% suku bunga akan dipangkas sebesar 25 basis poin menjadi 2,00-2,25%.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(pap/pap) Next Article Cuan Selangit! Ini Mata Uang yang Bikin Dolar AS Takluk

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular