Perang Dagang AS-Eropa (Apa Lagi Ini!) Lemahkan Rupiah

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
02 July 2019 16:13
Perang Dagang AS-Eropa (Apa Lagi Ini!) Lemahkan Rupiah
Ilustrasi Money Changer (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup melemah di perdagangan pasar spot hari ini. Lega karena AS-China menuju damai dagang, kini investor mengalihkan perhatian ke risiko perang dagang AS-Uni Eropa. 

Pada Selasa (2/7/2019), US$ 1 setara dengan Rp 14.140 kala penutupan pasar spot. Rupiah melemah 0,21% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya. 

Kala pembukaan pasar, rupiah cuma melemah tipis 0,04%. Namun seiring perjalanan, depresiasi rupiah kian dalam dan dolar AS nyaman di kisaran Rp 14.100. 

Berikut pergerakan kurs dolar AS terhadap rupiah sepanjang hari ini: 

 


Dari dalam negeri, ada sentimen yang membebani rupiah. Sebelum hari ini, rupiah sudah menguat selama 3 hari beruntun.  

Oleh karena itu, sebagian investor mungkin berpikir hari ini menjadi saat yang tepat untuk mencairkan cuan. Rupiah yang terkena tekanan jual jadi melemah. 


Akan tetapi, memang faktor eksternal yang lebih berperan membuat rupiah terjebak di zona merah seharian. Terlihat dari mayoritas mata uang utama yang juga tidak berdaya di hadapan dolar AS. 

Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning pukul 16: WIB: 

 


(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Investor kembali menginjak bumi setelah kemarin terbuai ke awan. Risk appetite mulai pudar setelah kemarin terangkat oleh prospek damai dagang AS-China.

Ternyata 'obat kuat' pertemuan Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping akhir pekan lalu hanya ampuh sehari, kemarin saja. Selepas itu, pasar seakan kembali menginjak bumi. Apalagi kala menyadari bahwa damai dagang yang sesungguhnya, dituangkan dalam hitam di atas putih, masih perlu proses negosiasi panjang. 

Ditambah lagi sepertinya ego AS masih terlalu besar. Trump menegaskan perjanjian damai dagang nantinya harus lebih menguntungkan buat Negeri Paman Sam, tidak ada istilah sama-sama untung. 

"Sudah jelas Anda tidak bisa membuat kesepakatan 50-50. Bagaimana pun harus condong ke kepentingan kami," tegas Trump, seperti diwartakan Reuters. 

Pernyataan Trump ini berpotensi menyulut emosi Beijing. Bisa-bisa negosiasi berlangsung alot, dan risiko kebuntuan (deadlock) tidak bisa dinafikan. 


(BERLANJUT KE HALAMAN 3)


Belum lagi kini pelaku pasar mulai mengalihkan pandangan ke isu lain. Masih terkait perang dagang, tetapi kini pelakunya AS dan Uni Eropa. 

Kantor Perwakilan Dagang AS (US Trade Representatives/USTR) telah menyelesaikan kajian rencana pengenaan bea masuk terhadap importasi produk-produk Benua Biru sebesar US$ 4 miliar. Produk-produk tersebut antara lain zaitun, keju Italia, dan wiski Skotlandia. Ini adalah bea masuk kedua setelah pada April AS menerapkannya terhadap impor produk Uni Eropa sebesar US$ 21 miliar. 

Bea masuk ini adalah langkah protes AS terhadap subsidi yang diterima oleh perusahaan dirgantara Airbus. Pemerintahan Trump memang sudah lama memprotes subsidi ini karena dianggap tidak adil terhadap perusahaan asal AS, Boeing. 

Namun ternyata dunia usaha AS tidak seluruhnya sepakat dengan kebijakan bea masuk ini. Pengusaha khawatir Uni Eropa akan membalas sehingga produk AS sulit masuk ke wilayah tersebut. 

"Kami menolak dengan tegas masuknya produk minuman destilasi ke daftar yang kena bea masuk. Perusahaan di AS, mulai dari produsen sampai peritel, sudah merasakan dampak buruk aksi balas dendam dari berbagai negara mitra dagang. Bea masuk tambahan (kepada Uni Eropa) akan menambah luka baru," tegas Lisa Hawkins, Juru Bicara US Distilled Spirits Council, seperti diwartakan Reuters. 

Oleh karena itu, wajar jika investor mulai mengambil posisi hati-hati. Ada hawa main aman yang kuat di pasar, sehingga membuat aset-aset di negara berkembang Asia kekurangan peminat.


TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular