Bank Dunia Pangkas Proyeksi PDB RI, IHSG Cuma Naik Tipis

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
02 July 2019 10:07
Pemangkasan Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Batasi Kinerja IHSG
Foto: Bank Dunia merilis Indonesia Economic-Quarterly edisi Juni 2019 di kantor Bank Dunia, Soehanna Hall, The Energy Building, SCBD. (CNBC Indonesia/Rehia Sebayang)
Walaupun masih berada di zona hijau, penguatan IHSG saat ini terbilang sangat tipis sehingga rentan sekali diseret ke zona merah. Bahkan, IHSG memang sudah sempat melemah pada hari ini.

Sentimen negatif bagi IHSG datang dari keputusan Bank Dunia (World Bank) untuk menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Kemarin, lembaga yang berbasis di Washington, AS tersebut memutuskan untuk memangkas proyeksi pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia tahun 2019, dari yang semula 5,2% menjadi 5,1%.

Proyeksi PDB Dipangkas Bank Dunia, IHSG Cuma Bisa Naik TipisFoto: Reuters

Dalam publikasinya, Bank Dunia menjelaskan beberapa faktor yang melandasi pemangkasan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Salah satunya adalah harga komoditas ekspor andalan Indonesia yang melemah di tahun 2019.

Bank Dunia mencatat harga komoditas logam dasar telah turun sepanjang dua kuartal berturut-turut. Pada kuartal I-2019, indeks harga logam dasar turun 12% year-on-year (YoY), sementara pada kuartal sebelumnya juga amblas hingga 9% YoY.

Selain itu, ada pula harga batu bara Australia yang turun setelah pemerintah China memperketat impornya sejak Februari 2019. China yang merupakan konsumen terbesar batu bara dunia sangat berpengaruh terhadap pembentukan harga global.

Alhasil, Harga Batu Bara Acuan (HBA) yang ditetapkan oleh pemerintah Indonesia pun juga ikut turun. Berdasarkan catatan Bank Dunia, rata-rata HBA sepanjang kuartal I-2019 turun hingga 7% YoY.


Nasib serupa juga terjadi pada komoditas ekspor agrikultur. Harga minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil/CPO) melemah hingga 17% YoY di kuartal I-2019, melanjutkan pelemahan 23% YoY di kuartal sebelumnya. Pelemahan harga CPO masih terus terjadi meskipun pemerintah telah meningkatkan konsumsi minyak sawit domestik dengan program B20.

Anjloknya harga-harga komoditas tersebut membuat nilai ekspor terkontraksi. Padahal berdasarkan jumlahnya, ekspor batu bara dan minyak sawit sepanjang kuartal I-2019 naik masing-masing sebesar 10,5% YoY dan 9,8% YoY. Namun karena harga yang melemah, pertumbuhan nilai ekspor keduanya tercatat negatif sekitar 10% YoY.

Dampak dari penurunan harga komoditas adalah nilai investasi yang juga melambat. Pasalnya, imbal hasil investasi yang dihasilkan kala harga-harga komoditas anjlok menjadi tak maksimal. Catatan Bank Dunia memperlihatkan pertumbuhan investasi kuartal I-2019 hanya sebesar 5% YoY atau turun dari posisi kuartal IV-2018 sebesar 6% YoY.

Selain karena pelemahan harga komoditas, perlambatan investasi juga disebabkan oleh dua hal lain yaitu gelaran pemilihan umum (Pemilu) dan perlambatan belanja infrastruktur pemerintah.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ank/tas)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular