Catat! 5 Sentimen Penggerak Pasar Pekan Depan

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
30 June 2019 21:39
Tali Kasih Trump-Kim Terjalin Lagi
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Aura perdamaian antara AS dengan Korea Utara juga berpotensi menjadi faktor yang akan mengerek kinerja pasar keuangan tanah air pada pekan depan. Selepas gelaran KTT G20 berakhir, Trump bertolak ke Korea Selatan.

Menjelang kunjungannya tersebut, Trump mengungkapkan keinginannya untuk bertemu dengan Pimpinan Korea Utara, Kim Jong Un. Hal ini diungkapkan melalui akun Twitter pribadinya, @realDonaldTrump. Secara mengejutkan, Kim bersedia untuk menemuinya. Pada hari ini waktu setempat, Trump menemui Kim di zona demiliterisasi yang memisahkan Korea Selatan dengan Korea Utara. Usai berjabat tangan dan sedikit berbincang dengan Kim, Trump kemudian diajaknya untuk melewati perbatasan, menjadikannya presiden AS pertama yang menginjakkan kaki di Korea Utara kala sedang menjabat.

Pertemuan kali ini menjadi yang ketiga antara Trump dengan Kim pasca pertemuan kedua di Vietnam beberapa waktu yang lalu berakhir dengan buruk. Kala itu, AS dan Korea Utara bersitegang lantaran tak mencapai titik temu terkait dengan denuklirisasi Korea Utara.

Saat bertemu Kim pada hari ini, Trump mengundang orang nomor satu di Korea Utara itu untuk bertandang ke AS, tepatnya ke Gedung Putih.

"Kapanpun dia mau melakukannya. Saya pikir kami ingin membawa ini ke tingkat selanjutnya, mari kita lihat apa yang akan terjadi," kata Trump seperti dilansir dari detikcom, Minggu (30/6/2019).

Trump mengatakan bahwa pasca pertemuannya dengan Kim, delegasi AS dan Korea Utara akan melakukan pertemuan lanjutan dalam dua atau tiga minggu ke depan guna membicarakan program nuklir milik Pyongyang.

Kala AS dan Korea Utara jauh dari yang namanya peperangan, investor akan terdorong untuk masuk ke instrumen yang relatif berisiko sehingga pasar keuangan Indonesia berpotensi membukukan apresiasi pada pekan depan. Awas, Harga Minyak Bisa Terbang!
Namun, pelaku pasar jangan kelewat senang dulu. Pasalnya, ada sentimen lain yang berpotensi menekan kinerja pasar keuangan tanah air yakni potensi eskalasi harga minyak mentah dunia.

Dalam gelaran KTT G20 pekan ini, Presiden Rusia Vladimir Putin berhasil meyakinkan Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman untuk memperpanjang program pembatasan produksi minyak oleh negara-negara OPEC+ (negara-negara OPEC + Rusia).

Sejatinya, program pembatasan produksi yang ditujukan untuk mempertahankan harga minyak mentah di level yang relatif tinggi itu akan berakhir pada akhir bulan ini. Putin mengatakan bahwa perpanjangan program pembatasan produksi minyak dapat berlaku selama enam atau sembilan bulan.

Kala produksi kembali ditahan, maka pasokan akan menipis dan berpotensi melambungkan harga.

Kala harga minyak mentah melesat, maka defisit transaksi berjalan/Current Account Deficit (CAD) akan menjadi sulit untuk diredam. Jika berbicara mengenai rupiah, transaksi berjalan merupakan hal yang sangat penting lantaran menggambarkan pasokan devisa yang tidak mudah berubah (dari aktivitas ekspor-impor barang dan jasa). Hal ini berbeda dengan pos transaksi finansial (komponen NPI lainnya) yang bisa cepat berubah karena datang dari aliran modal portofolio atau yang biasa disebut sebagai hot money.

Sebagai informasi, CAD pada kuartal-I 2019 adalah senilai US$ 7 miliar atau setara dengan 2,6% dari PDB, sudah jauh lebih dalam dari defisit periode yang sama tahun lalu (kuartal-I 2018) yang hanya senilai US$ 5,19 miliar atau 2,01% dari PDB.

Pelemahan rupiah pada akhirnya berpotensi membuat investor asing melego saham dan obligasi di tanah air. (ank/ank)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular