Rupiah Diangkat Jokowi Effect, Tapi Ditahan Trump-Xi

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
28 June 2019 12:45
Rupiah Diangkat Jokowi Effect, Tapi Ditahan Trump-Xi
Ilustrasi Dolar AS dan Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak galau di perdagangan pasar spot hari ini. Rupiah menjadi korban tarik-menarik dua sentimen besar. 

Pada Jumat (28/6/2019) pukul 12:00 WIB, US$ 1 setara dengan Rp 14.125. Rupiah menguat 0,07% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.

Kala pembukaan pasar, rupiah menguat tipis 0,04%. Selepas itu mata uang Tanah Air sempat melemah dan mengalami stagnasi. Naik-turun, penuh fluktuasi. 

Baca:
Rupiah Kuat di Kurs Tengah BI, Tapi Galau di Pasar Spot

Berikut pergerakan kurs dolar AS terhadap rupiah hingga tengah hari ini: 

 

Namun tidak hanya rupiah, mata uang Asia pun cenderung menguat dalam rentang tipis. Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning pada pukul 12:08 WIB: 

 


(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Melihat klasemen mata uang Asia yang bergerak terbatas, terlihat bahwa investor sedang agak enggan masuk ke instrumen berisiko. Pelaku pasar memasang mode wait and see, bermain aman dulu. 

Momen yang ditunggu pasar adalah pertemuan Presiden AS  Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping di sela-sela KTT G20 di Osaka (Jepang), esok hari. Pertemuan tersebut diharapkan mampu membuka jalan menuju damai dagang, mengakhiri perang dagang yang berlangsung selama kurang lebih setahun. 

Presiden Xi menegaskan perang dagang dan proteksionisme adalah ancaman besar bagi perekonomian dunia. Oleh karena itu, semua pihak harus mengedepankan kepentingan bersama. 

"Semua ini (perang dagang) menghancurkan tatanan perdagangan dunia. Ini tentu berpengaruh terhadap kepentingan nasional seluruh negara, menghantui kedamaian dan stabilitas," kata Xi dalam pertemuan dengan para pemimpin negara BRICS (Brasil, Rusia, India, China, Afrika Selatan) di Osaka, mengutip Reuters. 

Oleh karena itu, mari berharap Trump dan Xi bisa kembali mesra. Jika pertemuan ini lancar, maka asa damai dagang AS-China akan terus terpelihara dan dunia boleh berharap akan pertumbuhan ekonomi yang lebih baik. 

Selagi menunggu pertemuan itu, investor tampaknya belum berani mengambil risiko. Lebih baik menahan diri, tidak masuk ke aset berisiko di negara berkembang. Sikap bermain aman ini membuat rupiah tertahan, tidak bisa menguat terlalu tajam.



(BERLANJUT KE HALAMAN 3)


Sementara sentimen lain yang mempengaruhi rupiah adalah kondisi politik dalam negeri. Kemarin, Mahkamah Konstitusi (MK) menolak seluruh permohonan kubu capres-cawapres Prabowo Subianto-Sandiaga Salahuddin Uno dalam sidang sengketa Pilpres 2019.  

Amar putusan ini memperkuat hasil perhitungan suara Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang memenangkan pasangan Joko Widodo (Jokowi)-Ma'ruf Amin. Pasar tidak perlu lagi harap-harap cemas, semua sudah terang-benderang. 

Kembalinya Jokowi menjadi pemimpin Indonesia untuk kali kedua membuat pasar tidak perlu melakukan rekalkulasi. Pola dan arah kebijakan pemerintah kemungkinan tidak akan banyak berubah, mungkin hanya akan ada penguatan. 


Kepastian ini bisa menjadi alasan bagi pelaku pasar untuk kembali masuk ke pasar keuangan Indonesia. Terlihat sudah ada arus modal yang masuk ke pasar saham dan obligasi pemerintah. 

Di pasar saham, investor asing mencatatkan beli bersih Rp 261,66 miliar di pasar reguler. Sementara di pasar reguler dan non-reguler, beli bersih asing mencapai Rp 9,05 triliun.  

Di pasar obligasi pemerintah, imbal hasil (yield) surat utang seri acuan tenor 10 tahun turun 7,9 basis poin (bps) ke 7,346%. Penurunan yield adalah pertanda harga instrumen ini sedang naik karena tingginya minat pelaku pasar. 

Namun, 'obat kuat' bernama Jokowi Effect ini tidak bisa mengangkat rupiah terlalu tinggi. Sebab, rupiah yang sebenarnya siap 'terbang' ditarik ke bawah oleh sikap investor yang wait and see gara-gara pertemuan Trump-Xi.



TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular