
Rupiah Kuat di Kurs Tengah BI, Tapi Galau di Pasar Spot
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
28 June 2019 10:34

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat di kurs tengah Bank Indonesia (BI). Sementara di pasar spot, rupiah terjepit di antara dua sentimen besar eksternal dan domestik.
Pada Jumat (28/6/2019), kurs tengah BI atau kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.141. Rupiah menguat 0,28% dibandingkan posisi hari sebelumnya.
Penguatan ini memutus rantai depresiasi rupiah yang sebelumnya terjadi dua hari beruntun. Dalam dua hari tersebut, rupiah melemah 0,29%.
Sedangkan di pasar spot, rupiah masih bergerak dinamis. Pada pukul 10:00 WIB, US$ 1 setara dengan Rp 14.130 di mana rupiah menguat tipis 0,04%.
Namun seiring perjalanan pasar, penguatan rupiah habis. Pada pukul 10:18 WIB, US$ 1 dibanderol Rp 14.135, sama persis dengan posisi penutupan kemarin alias stagnan. Sebelumnya, rupiah sempat terpeleset dan jatuh ke zona merah dengan pelemahan 0,04%.
Gerak rupiah masih labil karena tarik-menarik dua sentimen besar. Di satu sisi, investor global sedang bermain aman karena menunggu pertemuan Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping di sela-sela KTT G20 di Osaka (Jepang), esok hari.
Pertemuan ini, seperti di Buenos Aires (Argentina) akhir tahun lalu, diharapkan menjadi pembuka jalan menuju damai dagang AS-China. Sejauh ini aura yang terbangun cukup positif, Washington dan Beijing sama-sama ingin mencapai kesepakatan.
"Jika sesuatu yang positif lahir dari pertemuan tersebut atau China menawarkan sesuatu yang bagus, maka bukan tidak mungkin kami akan berubah pikiran," ujar Lawrence 'Larry' Kudlow, Penasihat Gedung Putih, mengutip Reuters.
Pernyataan Kudlow diartikan pasar sebagai kesiapan AS untuk mencabut berbagai tekanan terhadap China. Mulai dari bea masuk sampai pencantuman perusahaan China seperti Huawei ke daftar hitam.
Namun, pelaku pasar masih waspada karena AS tetap dalam rencananya untuk menerapkan bea masuk baru terhadap impor produk China senilai US$ 300 miliar jika dialog Trump-Xi tidak menuai hasil. AS tetap akan menagih China untuk melakukan reformasi struktural.
"Penegakan hukum harus menjadi bagian dan kami belum tahu bagaimana hasilnya. Kita lihat saja apa yang akan terjadi di sana," ujar Kudlow.
Oleh karena itu, pelaku pasar belum berani terlalu agresif dengan masuk ke instrumen berisiko di negara berkembang. Akibatnya, rupiah dan mata uang Asia tidak bergerak signifikan.
Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning pada pukul 10:20 WIB:
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
Pada Jumat (28/6/2019), kurs tengah BI atau kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.141. Rupiah menguat 0,28% dibandingkan posisi hari sebelumnya.
Penguatan ini memutus rantai depresiasi rupiah yang sebelumnya terjadi dua hari beruntun. Dalam dua hari tersebut, rupiah melemah 0,29%.
Sedangkan di pasar spot, rupiah masih bergerak dinamis. Pada pukul 10:00 WIB, US$ 1 setara dengan Rp 14.130 di mana rupiah menguat tipis 0,04%.
Namun seiring perjalanan pasar, penguatan rupiah habis. Pada pukul 10:18 WIB, US$ 1 dibanderol Rp 14.135, sama persis dengan posisi penutupan kemarin alias stagnan. Sebelumnya, rupiah sempat terpeleset dan jatuh ke zona merah dengan pelemahan 0,04%.
Gerak rupiah masih labil karena tarik-menarik dua sentimen besar. Di satu sisi, investor global sedang bermain aman karena menunggu pertemuan Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping di sela-sela KTT G20 di Osaka (Jepang), esok hari.
Pertemuan ini, seperti di Buenos Aires (Argentina) akhir tahun lalu, diharapkan menjadi pembuka jalan menuju damai dagang AS-China. Sejauh ini aura yang terbangun cukup positif, Washington dan Beijing sama-sama ingin mencapai kesepakatan.
"Jika sesuatu yang positif lahir dari pertemuan tersebut atau China menawarkan sesuatu yang bagus, maka bukan tidak mungkin kami akan berubah pikiran," ujar Lawrence 'Larry' Kudlow, Penasihat Gedung Putih, mengutip Reuters.
Pernyataan Kudlow diartikan pasar sebagai kesiapan AS untuk mencabut berbagai tekanan terhadap China. Mulai dari bea masuk sampai pencantuman perusahaan China seperti Huawei ke daftar hitam.
Namun, pelaku pasar masih waspada karena AS tetap dalam rencananya untuk menerapkan bea masuk baru terhadap impor produk China senilai US$ 300 miliar jika dialog Trump-Xi tidak menuai hasil. AS tetap akan menagih China untuk melakukan reformasi struktural.
"Penegakan hukum harus menjadi bagian dan kami belum tahu bagaimana hasilnya. Kita lihat saja apa yang akan terjadi di sana," ujar Kudlow.
Oleh karena itu, pelaku pasar belum berani terlalu agresif dengan masuk ke instrumen berisiko di negara berkembang. Akibatnya, rupiah dan mata uang Asia tidak bergerak signifikan.
Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning pada pukul 10:20 WIB:
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
Next Page
Jokowi Effect Kurang Terasa
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular