Tuh kan! Jokowi 2 Periode, Asing Mulai Borong Saham Rp 187 M

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
28 June 2019 10:21
Tuh kan! Jokowi 2 Periode, Asing Mulai Borong Saham Rp 187 M
Foto: Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia - Mengawali perdagangan hari ini dengan apresiasi sebesar 0,23%, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terus bertahan di zona hijau walau sempat tergelincir ke zona merah untuk sesaat. Pada pukul 10:10 WIB, penguatan IHSG adalah sebesar 0,12% ke level 6.360,59.

Penguatan IHSG pada hari ini patut disyukuri. Pasalnya, seluruh bursa saham utama kawasan Asia justru sedang ditransaksikan di zona merah: indeks Nikkei turun 0,55%, indeks Shanghai turun 0,88%, indeks Hang Seng turun 0,59%, indeks Straits Times turun 0,14%, dan indeks Kospi turun 0,46%.

Investor asing memegang peranan penting dalam mendongkrak laju IHSG. Baru juga satu jam lebih sedikit perdagangan berjalan, investor asing sudah membukukan beli bersih senilai Rp 187 miliar di pasar reguler.

Saham-saham yang banyak dikoleksi oleh investor asing di antaranya: PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (Rp 96,6 miliar), PT Bank Negara Indonesia Tbk/BBNI (Rp 38,8 miliar), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (Rp 35,9 miliar), PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Syaria Tbk/BTPS (Rp 15,6 miliar), dan PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (Rp 12,1 miliar).

Padahal, sentimen yang menyelimuti perdagangan di bursa saham regional memang bisa dibilang tak menguntungkan. Kini, eskalasi perang dagang AS-China menjadi sesuatu yang sangat mungkin terjadi.

Sebagai informasi, pada hari ini KTT G-20 resmi dimulai di Jepang. Besok (29/6/2019), Presiden AS Donald Trump dijadwalkan untuk menggelar diskusi dengan Presiden China Xi Jinping.

Kemarin (27/6/2019), South China Morning Post (SCMP) mengabarkan bahwa AS dan China telah secara tentatif setuju untuk memberlakukan gencatan senjata di bidang perdagangan guna menyambung lagi rantai negosiasi yang sudah terputus sejak bulan Mei. Media asal China tersebut mengutip berbagai sumber yang mengetahui masalah tersebut.

Seorang sumber mengatakan bahwa keputusan Presiden AS Donald Trump terkait pemberlakuan gencatan senjata tersebut merupakan syarat dari Presiden China Xi Jinping jika Trump ingin melakukan pertemuan dengannya di sela-sela KTT G-20.

Dengan kesepakatan tersebut, AS akan menunda kenaikan bea masuk bagi produk impor asal China senilai US$ 300 miliar yang sebelumnya belum terdampak oleh perang dagang. Sebelumnya, Trump sudah berkali-kali mengancam akan mengenakan bea masuk sebesar 25% bagi produk impor senilai US$ 300 miliar tersebut.

Namun, pemberitaan tersebut justru kemudian dibantah oleh Penasihat Ekonomi Gedung Putih Larry Kudlow. Dalam sebuah wawancara dengan Fox News, Kudlow menegaskan bahwa pertemuan Trump dengan Xi akan berlangsung tanpa adanya syarat apapun yang harus dipenuhi sebelumnya.
Jika AS jadi mengeksekusi kenaikan bea masuk bagi produk impor asal China senilai US$ 300 miliar, rasanya tak mungkin jika China tak meluncurkan kebijakan balasan. Pasalnya, selama ini langkah agresif yang diambil Washington selalu ditandingi oleh Beijing.

Pada akhirnya, laju perekonomian keduanya akan semakin tertekan dan berdampak negatif bagi laju perekonomian dunia, mengingat AS dan China merupakan dua negara dengan nilai perekonomian terbesar di dunia.
Aksi beli yang dilakukan investor asing dipicu oleh pengumuman putusan Mahkamah Konstitusi (MK) terkait dengan sengketa perselisihan hasil pemilihan umum presiden 2019-2024. Pembacaan putusan yang dimulai kemarin siang dan berakhir pada malam hari tersebut resmi mengukuhkan kemenangan pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 01 Joko Widodo dan Ma’ruf Amin (Jokowi-Amin).

"Menolak permohonan pemohon (Prabowo-Sandi) untuk seluruhnya," ujar Ketua Majelis Hakim yang juga Ketua MK Anwar Usman di gedung MK, Jakarta, Kamis (27/6/2019).

Jika berkaca kepada sejarah, IHSG selalu memberikan imbal hasil yang menggiurkan di tahun pemilihan presiden (Pilpres), dengan catatan bahwa hasil Pilpres sesuai dengan proyeksi dari mayoritas lembaga survei. Pada Pilpres edisi 2019, mayoritas lembaga survei memang sebelumnya menjagokan Jokowi-Amin sebagai pemenang.

Pada tahun 2004, IHSG melejit hingga 44,6%. Kala itu, pasangan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)-Muhammad Jusuf Kalla memenangkan pertarungan melawan Megawati Soekarnoputri-Hasyim Muzadi (putaran 2).

Pada tahun 2009, IHSG meroket hingga 87%. Pada pertarungan tahun 2009, SBY berhasil mempertahankan posisi RI-1, namun dengan wakil yang berbeda. Ia didampingi oleh Boediono yang sebelumnya menjabat Gubernur Bank Indonesia (BI). SBY-Boediono berhasil mengalahkan 2 pasangan calon yakni Megawati Soekarnoputri-Prabowo Subianto dan Jusuf Kalla-Wiranto.

Beralih ke tahun 2014, mantan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo berhasil menempati tahta kepemimpinan tertinggi di Indonesia dengan menggandeng Jusuf Kalla sebagai wakilnya. Pada saat itu, IHSG melejit 22,3%.

Perlu diingat, imbal hasil IHSG sepanjang tahun ini (hingga penutupan perdagangan kemarin) baru sebesar 2,55% sehingga menyisakan upside yang begitu besar jika berkaca kepada performa IHSG di tahun-tahun Pilpres sebelumnya.

Lantas, aksi beli dengan intensitas yang besar dilakukan oleh investor asing. Apalagi, melajunya Jokowi ke periode keduanya sebagai presiden ikut direspons positif oleh rupiah. Hingga berita ini diturunkan, rupiah membukukan apresiasi sebesar 0,04% di pasar spot ke level Rp 14.130/dolar AS.

TIM RISET CNBC INDONESIA
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular