KTT G20 Tokyo-Jepang Dimulai, Yen Kembali Menguat

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
28 June 2019 09:30
Mata uang yen Jepang menguat melawan dolar Amerika Serikat.
Foto: Mata Uang Yen. (REUTERS/Yuriko Nakao/Files)
Jakarta, CNBC Indonesia - Mata uang yen Jepang menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Jumat (28/6/19) bersamaan dengan dimulainya Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Tokyo.

Pada pukul 7:30 WIB, yen diperdagangkan di kisaran 107,68/US$ atau menguat 0,08% di pasar spot, mengutip data Reuters.




Para menteri keuangan dan pimpinan bank sentral dari negara-negara G20 akan melangsungkan pertemuan pada hari ini, sementara para pemimpin negara akan memulainya Sabtu besok.

Adapun yang menjadi fokus tentunya pertemuan Presiden AS Donald Trump dengan Presiden China Xi Jinping yang akan membahas perang dagang kedua negara.


Di saat harapan akan adanya damai dagang muncul, penasihat ekonomi Presiden Trump, Larry Kudlow malah mengatakan Gedung Putih masih bisa mengenakan bea impor baru yang sudah direncanakan sebelumnya terhadap berbagai produk dari China.

Ketika ditanya mengenai pernyataan Trump sebelumnya terkait hubungan dagang AS-China, Kudlow mengatakan kepada Fox News bahwa sang presiden menunjukkan ia sangat senang dengan kondisi saat ini dan dengan posisi negaranya dalam perundingan dagang.

"Dan, jika diperlukan, kami mungkin bergerak, kami mungkin mengenakan bea impor tambahan," lanjutnya, dilansir dari CNBC International.

Pernyataan Kudlow tersebut membuat harapan akan adanya damai dagang menipis, melihat sejarah perundingan dagang kedua negara yang selalu berakhir buntu. Hal tersebut membuat aset-aset aman atau safe haven seperti yen kembali menjadi buruan pelaku pasar.
Tidak ada pengenaan bea impor baru saja diantara kedua negara sudah cukup bagus.

Sementara itu, data ekonomi dari Jepang hari ini menunjukkan inflasi inti di Tokyo melambat menjadi 0,9% year-on-year (YoY) di bulan ini, dari bulan sebelumnya sebesar 1,1%, bahkan lebih rendah dari prediksi di Forex Factory sebesar 1,0%.

Inflasi merupakan salah satu acuan Bank of Japan (BOJ) untuk menerapkan kebijakan moneter. Kenaikan harga-harga yang terus melambat bisa jadi membuat Gubernur BOJ, Haruhiko Kuroda, segera menggelontorkan stimulus moneter.

Hal ini membuat penguatan yen menjadi terbatas, stimulus moneter berarti semakin banyak jumlah uang yang beredar, dan nilai mata uang akan menjadi tertekan.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(tas) Next Article Dolar AS Mengerikan, Safe Haven Yen Ambrol Hingga 6,8%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular