
Ada Jokowi Effect, IHSG Menutup Hari di Zona Hijau
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
27 June 2019 16:27

Pada awal-awal perdagangan, IHSG sempat terlihat kurang bensin. Menguat memang, tapi tipis saja di kisaran 0,2%. Namun, seiring berjalannya waktu, perlahan tapi pasti IHSG memperlebar penguatannya.
Joko Widodo (Jokowi) effect menjadi faktor domestik yang memantik aksi beli di bursa saham tanah air. Sebagai informasi, mulai siang hari ini Mahkamah Konstitusi (MK) sudah membacakan putusan terkait dengan sengketa perselisihan hasil pemilihan umum presiden 2019-2024.
Putusan ini akan menentukan apakah gugatan Pemohon, dalam hal ini pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno (Prabowo-Sandi) terhadap Termohon (Komisi Pemilihan Umum/KPU) dikabulkan oleh Majelis Hakim MK.
Terdapat 15 petitum yang dibacakan oleh Tim Kuasa Hukum Prabowo-Sandi dalam sidang perdana pada hari Jumat (15/6/2019), salah satunya adalah memerintahkan kepada Termohon untuk seketika mengeluarkan surat keputusan tentang penetapan Prabowo-Sandi sebagai presiden dan wakil presiden terpilih periode 2019-2024.
Hingga berita ini diturunkan, pembacaan hasil putusan MK sedang diskors.
Pelaku pasar nampak optimistis bahwa kemenangan pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 02 Joko Widodo dan Ma’ruf Amin (Jokowi-Amin) akan dikukuhkan oleh MK pada hari ini.
Jika berkaca kepada sejarah, IHSG selalu memberikan imbal hasil yang menggiurkan di tahun pemilihan presiden (Pilpres), dengan catatan bahwa hasil Pilpres sesuai dengan proyeksi dari mayoritas lembaga survei. Pada Pilpres edisi 2019, mayoritas lembaga survei memang sebelumnya menjagokan Jokowi-Amin sebagai pemenang.
Pada tahun 2004, IHSG melejit hingga 44,6%. Kala itu, pasangan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)-Muhammad Jusuf Kalla memenangkan pertarungan melawan Megawati Soekarnoputri-Hasyim Muzadi (putaran 2).
Pada tahun 2009, IHSG meroket hingga 87%. Pada pertarungan tahun 2009, SBY berhasil mempertahankan posisi RI-1, namun dengan wakil yang berbeda. Ia didampingi oleh Boediono yang sebelumnya menjabat Gubernur Bank Indonesia (BI). SBY-Boediono berhasil mengalahkan 2 pasangan calon yakni Megawati Soekarnoputri-Prabowo Subianto dan Jusuf Kalla-Wiranto.
Beralih ke tahun 2014, mantan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo berhasil menempati tahta kepemimpinan tertinggi di Indonesia dengan menggandeng Jusuf Kalla sebagai wakilnya. Pada saat itu, IHSG melejit 22,3%.
Perlu diingat, imbal hasil IHSG sepanjang tahun ini (hingga penutupan perdagangan hari Rabu, 26/6/2019) baru sebesar 1,87% sehingga menyisakan upside yang begitu besar jika berkaca kepada performa IHSG di tahun-tahun Pilpres sebelumnya.
Wajar saja jika investor cukup gencar menyasar saham-saham di Indonesia. Mereka tak mau kehilangan potensi cuan yang masih begitu besar.
TIM RISET CNBC INDONESIA (ank/hps)
Joko Widodo (Jokowi) effect menjadi faktor domestik yang memantik aksi beli di bursa saham tanah air. Sebagai informasi, mulai siang hari ini Mahkamah Konstitusi (MK) sudah membacakan putusan terkait dengan sengketa perselisihan hasil pemilihan umum presiden 2019-2024.
Putusan ini akan menentukan apakah gugatan Pemohon, dalam hal ini pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno (Prabowo-Sandi) terhadap Termohon (Komisi Pemilihan Umum/KPU) dikabulkan oleh Majelis Hakim MK.
Hingga berita ini diturunkan, pembacaan hasil putusan MK sedang diskors.
Pelaku pasar nampak optimistis bahwa kemenangan pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 02 Joko Widodo dan Ma’ruf Amin (Jokowi-Amin) akan dikukuhkan oleh MK pada hari ini.
Jika berkaca kepada sejarah, IHSG selalu memberikan imbal hasil yang menggiurkan di tahun pemilihan presiden (Pilpres), dengan catatan bahwa hasil Pilpres sesuai dengan proyeksi dari mayoritas lembaga survei. Pada Pilpres edisi 2019, mayoritas lembaga survei memang sebelumnya menjagokan Jokowi-Amin sebagai pemenang.
Pada tahun 2004, IHSG melejit hingga 44,6%. Kala itu, pasangan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)-Muhammad Jusuf Kalla memenangkan pertarungan melawan Megawati Soekarnoputri-Hasyim Muzadi (putaran 2).
Pada tahun 2009, IHSG meroket hingga 87%. Pada pertarungan tahun 2009, SBY berhasil mempertahankan posisi RI-1, namun dengan wakil yang berbeda. Ia didampingi oleh Boediono yang sebelumnya menjabat Gubernur Bank Indonesia (BI). SBY-Boediono berhasil mengalahkan 2 pasangan calon yakni Megawati Soekarnoputri-Prabowo Subianto dan Jusuf Kalla-Wiranto.
Beralih ke tahun 2014, mantan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo berhasil menempati tahta kepemimpinan tertinggi di Indonesia dengan menggandeng Jusuf Kalla sebagai wakilnya. Pada saat itu, IHSG melejit 22,3%.
Perlu diingat, imbal hasil IHSG sepanjang tahun ini (hingga penutupan perdagangan hari Rabu, 26/6/2019) baru sebesar 1,87% sehingga menyisakan upside yang begitu besar jika berkaca kepada performa IHSG di tahun-tahun Pilpres sebelumnya.
Wajar saja jika investor cukup gencar menyasar saham-saham di Indonesia. Mereka tak mau kehilangan potensi cuan yang masih begitu besar.
TIM RISET CNBC INDONESIA (ank/hps)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular