Duh! Jokowi Effect Pudar, IHSG Rehat Siang di Zona Merah

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
28 June 2019 12:19
Duh! Jokowi Effect Pudar, IHSG Rehat Siang di Zona Merah
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Mengawali perdagangan hari ini dengan apresiasi sebesar 0,23%, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menghaiskan mayoritas waktunya di zona hijau. Sayang, per akhir sesi satu IHSG justru melemah tipis 0,01% ke level 6.352,19.

Saham-saham yang berkontribusi signifikan dalam mendorong IHSG menguat di antaranya: PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (+1,47%), PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (+0,59%), PT Bank Negara Indonesia Tbk/BBNI (+2,53%), PT Unilever Indonesia Tbk/UNVR (+0,33%), dan PT Indomobil Sukses Internasional Tbk/IMAS (+10,47%).

Kinerja IHSG senada dengan seluruh bursa saham utama kawasan Asia yang juga sedang ditransaksikan di zona merah: indeks Nikkei turun 0,4%, indeks Shanghai turun 0,88%, indeks Hang Seng turun 0,56%, indeks Straits Times turun 0,13%, dan indeks Kospi turun 0,15%.

Sentimen yang menyelimuti perdagangan di bursa saham regional memang bisa dibilang tak menguntungkan. Kini, eskalasi perang dagang AS-China menjadi sesuatu yang sangat mungkin terjadi.

Sebagai informasi, pada hari ini KTT G-20 resmi dimulai di Jepang. Besok (29/6/2019), Presiden AS Donald Trump dijadwalkan untuk menggelar diskusi dengan Presiden China Xi Jinping.

Kemarin (27/6/2019), South China Morning Post (SCMP) mengabarkan bahwa AS dan China telah secara tentatif setuju untuk memberlakukan gencatan senjata di bidang perdagangan guna menyambung lagi rantai negosiasi yang sudah terputus sejak bulan Mei. Media asal China tersebut mengutip berbagai sumber yang mengetahui masalah tersebut.

Seorang sumber mengatakan bahwa keputusan Presiden AS Donald Trump terkait pemberlakuan gencatan senjata tersebut merupakan syarat dari Presiden China Xi Jinping jika Trump ingin melakukan pertemuan dengannya di sela-sela KTT G-20.

Dengan kesepakatan tersebut, AS akan menunda kenaikan bea masuk bagi produk impor asal China senilai US$ 300 miliar yang sebelumnya belum terdampak oleh perang dagang. Sebelumnya, Trump sudah berkali-kali mengancam akan mengenakan bea masuk sebesar 25% bagi produk impor senilai US$ 300 miliar tersebut.

Namun, pemberitaan tersebut justru kemudian dibantah oleh Penasihat Ekonomi Gedung Putih Larry Kudlow. Dalam sebuah wawancara dengan Fox News, Kudlow menegaskan bahwa pertemuan Trump dengan Xi akan berlangsung tanpa adanya syarat apapun yang harus dipenuhi sebelumnya.

Jika AS jadi mengeksekusi kenaikan bea masuk bagi produk impor asal China senilai US$ 300 miliar, rasanya tak mungkin jika China tak meluncurkan kebijakan balasan. Pasalnya, selama ini langkah agresif yang diambil Washington selalu ditandingi oleh Beijing.

Pada akhirnya, laju perekonomian keduanya akan semakin tertekan dan berdampak negatif bagi laju perekonomian dunia, mengingat AS dan China merupakan dua negara dengan nilai perekonomian terbesar di dunia.
Dari dalam negeri, Joko Widodo (Jokowi) effect yang kemarin berhasil mengerek kinerja IHSG nampak sudah mulai pudar. Kemarin, Mahkamah Konstitusi (MK) membacakan putusan terkait dengan sengketa perselisihan hasil pemilihan umum presiden 2019-2024.

Pembacaan putusan yang dimulai kemarin siang dan berakhir pada malam hari tersebut resmi mengukuhkan kemenangan pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 01 Joko Widodo dan Ma’ruf Amin (Jokowi-Amin).

"Menolak permohonan pemohon (Prabowo-Sandi) untuk seluruhnya," ujar Ketua Majelis Hakim yang juga Ketua MK Anwar Usman di gedung MK, Jakarta, Kamis (27/6/2019).

Jika berkaca kepada sejarah, IHSG selalu memberikan imbal hasil yang menggiurkan di tahun pemilihan presiden (Pilpres), dengan catatan bahwa hasil Pilpres sesuai dengan proyeksi dari mayoritas lembaga survei. Pada Pilpres edisi 2019, mayoritas lembaga survei memang sebelumnya menjagokan Jokowi-Amin sebagai pemenang.

Pada tahun 2004, IHSG melejit hingga 44,6%. Kala itu, pasangan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)-Muhammad Jusuf Kalla memenangkan pertarungan melawan Megawati Soekarnoputri-Hasyim Muzadi (putaran 2).

Pada tahun 2009, IHSG meroket hingga 87%. Pada pertarungan tahun 2009, SBY berhasil mempertahankan posisi RI-1, namun dengan wakil yang berbeda. Ia didampingi oleh Boediono yang sebelumnya menjabat Gubernur Bank Indonesia (BI). SBY-Boediono berhasil mengalahkan 2 pasangan calon yakni Megawati Soekarnoputri-Prabowo Subianto dan Jusuf Kalla-Wiranto.

Beralih ke tahun 2014, mantan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo berhasil menempati tahta kepemimpinan tertinggi di Indonesia dengan menggandeng Jusuf Kalla sebagai wakilnya. Pada saat itu, IHSG melejit 22,3%.

Sebagai informasi, imbal hasil IHSG sepanjang tahun ini (hingga penutupan perdagangan kemarin) baru sebesar 2,55% sehingga menyisakan upside yang begitu besar jika berkaca kepada performa IHSG di tahun-tahun Pilpres sebelumnya.

Namun apa mau dikata, sentimen perang dagang AS-China lebih dominan dalam mendikte jalannya perdagangan di bursa saham tanah air.

TIM RISET CNBC INDONESIA
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular