Akhirnya, Laba Industri China Mampu Naik 1,1% di Mei

Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
27 June 2019 14:54
Laba bersih industri China pada bulan Mei naik 1,1% menjadi 565,6 miliar yuan (sekitar Rp 1.165 triliun).
Foto: Seorang wanita bekerja di bengkel produsen tekstil di Binzhou, provinsi Shandong, China 11 Februari 2019. (China Daily via REUTERS)
Beijing, CNBC Indonesia - Laba bersih industri China pada bulan Mei naik 1,1% menjadi 565,6 miliar yuan (sekitar Rp 1.165 triliun), menurut data yang dirilis oleh Biro Statistik Nasional (NBS), Kamis (27/6/2019).

Kenaikan itu melawan tren penurunan yang telah terjadi selama berbulan-bulan. Sebelumnya pada April, laba bersih industri China mencatatkan penurunan 3,7%.


Tetapi analis tidak yakin apakah kenaikan yang moderat itu dapat bertahan. Laba bersih industri China telah goyah selama lebih dari setahun karena ekonomi melambat dan perang dagang Amerika Serikat (AS)-China meningkat, membebani investasi dan hasil produksi.

Mengutip Reuters, dalam lima bulan pertama tahun ini, perusahaan industri memperoleh laba 2,38 triliun yuan, turun 2,3% dari tahun sebelumnya, dibandingkan dengan penurunan 3,4% pada Januari-April.

Zhu Hong dari biro statistik mengatakan kenaikan itu disebabkan oleh peningkatan penjualan dan penurunan biaya perusahaan. Ia juga mengatakan margin yang lebih baik dalam pembuatan peralatan dan sektor batubara telah membantu kenaikan tersebut.

Akhirnya, Laba Industri China Mampu Naik 1,1% di MeiFoto: Seorang wanita bekerja di bengkel produsen tekstil di Binzhou, provinsi Shandong, China 11 Februari 2019. (China Daily via REUTERS)

Selain itu, laba di bidang manufaktur teknologi tinggi dan industri yang baru muncul juga mencatatkan kenaikan pada bulan Mei setelah menurun sebulan sebelumnya.

"Peningkatan moderat dalam industri teknologi tinggi mungkin menunjukkan efek pemotongan pajak pertambahan nilai (PPN) semakin meningkat," kata Lu Ting, kepala ekonom China di Nomura.

Namun Ting juga mengatakan rebound ini masih relatif lemah dan kemungkinan tidak akan bertahan lama karena perang dagang berlarut-larut.

Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping akan bertemu di Jepang pada hari Sabtu untuk menentukan apakah kedua negara akan kembali mengadakan negosiasi dagang, setelah gagal menghasilkan kesepakatan pada Mei lalu.


Perang dagang kedua negara juga telah merambat ke sektor teknologi. AS telah memasukkan beberapa perusahaan telekomunikasi dan teknologi China ke dalam daftar hitam, menyulitkan perusahaan-perusahaan tersebut untuk membeli perlengkapan dari perusahaan AS.

Salah satu perusahaan China yang dimasukkan ke daftar hitam adalah Huawei Technologies, pembuat peralatan jaringan telekomunikasi terbesar di dunia.
(prm) Next Article Duh! Perlambatan China Makin Jelas, Laba Perusahaan Turun

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular