
Jelang Sidang MK, Penguatan Pasar Obligasi Rehat Sejenak
Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
27 June 2019 12:03

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah mulai terkoreksi tipis dan menghentikan reli menjelang pengumuman hasil sidang Mahkamah Konstitusi terkait gugatan sengketa Pilpres 2019, Kamis ini (27/6/2019).
Dari pasar global, investor masih menunggu dan mencermati hasil pertemuan Presiden AS Donald Trump-Presiden China Xi Jin Ping pada Jumat besok sehingga lebih memilih keluar dari pasar obligasi terlebih dahulu.
Turunnya harga surat utang negara (SUN) itu seiring dengan koreksi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang yang lain.
Data Refinitiv menunjukkan terkoreksinya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menaikkan tingkat imbal hasilnya (yield).
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder.
Yield yang menjadi acuan hasil investasi yang didapat inverstor juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum.
Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun.
Seri acuan yang paling melemah adalah FR0077 yang bertenor 5 tahun dengan kenaikan yield 1,5 basis poin (bps) menjadi 6,91%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Yield Obligasi Negara Acuan 27 Jun'19
Sumber: Refinitiv
Koreksi SBN hari ini juga membuat selisih (spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 537 bps, menyempit dari posisi kemarin 542 bps.
Yield US Treasury 10 tahun stagnan pada 2,06% dari posisi kemarin.
Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 984,24 triliun SBN, atau 38,98% dari total beredar Rp 2.525 triliun berdasarkan data per 25 Juni.
Angka kepemilikannya masih positif atau bertambah Rp 90,99 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama.
Dari pasar surat utang negara berkembang dan negara maju, koreksi masih terjadi di hampir semua negara dan penguatan hanya terjadi di Malaysia dan Afsel.
Kondisi tersebut mencerminkan pelaku pasar global masih menunggu dan keluar dari pasar menyikapi hasil dari pertemuan Trump-Jin Ping besok.
Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang
Sumber: Refinitiv
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/tas) Next Article Analis: Penjualan SUN RI Masih Tergantung Investor Asing
Dari pasar global, investor masih menunggu dan mencermati hasil pertemuan Presiden AS Donald Trump-Presiden China Xi Jin Ping pada Jumat besok sehingga lebih memilih keluar dari pasar obligasi terlebih dahulu.
Turunnya harga surat utang negara (SUN) itu seiring dengan koreksi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang yang lain.
Data Refinitiv menunjukkan terkoreksinya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menaikkan tingkat imbal hasilnya (yield).
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder.
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum.
Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun.
Seri acuan yang paling melemah adalah FR0077 yang bertenor 5 tahun dengan kenaikan yield 1,5 basis poin (bps) menjadi 6,91%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Yield Obligasi Negara Acuan 27 Jun'19
Seri | Jatuh tempo | Yield 26 Jun'19 (%) | Yield 27 Jun'19 (%) | Selisih (basis poin) | Yield wajar IBPA 26 Jun'19 |
FR0077 | 5 tahun | 6.901 | 6.916 | 1.50 | 6.8753 |
FR0078 | 10 tahun | 7.441 | 7.438 | -0.30 | 7.4206 |
FR0068 | 15 tahun | 7.766 | 7.766 | 0.00 | 7.7347 |
FR0079 | 20 tahun | 7.984 | 7.981 | -0.30 | 7.9723 |
Avg movement | 0.23 |
Koreksi SBN hari ini juga membuat selisih (spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 537 bps, menyempit dari posisi kemarin 542 bps.
Yield US Treasury 10 tahun stagnan pada 2,06% dari posisi kemarin.
Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 984,24 triliun SBN, atau 38,98% dari total beredar Rp 2.525 triliun berdasarkan data per 25 Juni.
Angka kepemilikannya masih positif atau bertambah Rp 90,99 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama.
Dari pasar surat utang negara berkembang dan negara maju, koreksi masih terjadi di hampir semua negara dan penguatan hanya terjadi di Malaysia dan Afsel.
Kondisi tersebut mencerminkan pelaku pasar global masih menunggu dan keluar dari pasar menyikapi hasil dari pertemuan Trump-Jin Ping besok.
Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang
Negara | Yield 26 Jun'19 (%) | Yield 27 Jun'19 (%) | Selisih (basis poin) |
Brasil | 7.715 | 7.63 | -8.50 |
China | 3.273 | 3.278 | 0.50 |
Jerman | -0.3 | -0.298 | 0.20 |
Perancis | -0.029 | 0.022 | 5.10 |
Inggris | 0.827 | 0.834 | 0.70 |
India | 6.933 | 6.933 | 0.00 |
Jepang | -0.137 | -0.137 | 0.00 |
Malaysia | 3.659 | 3.655 | -0.40 |
Filipina | 5.081 | 5.106 | 2.50 |
Rusia | 7.42 | 7.44 | 2.00 |
Singapura | 2.009 | 2.028 | 1.90 |
Thailand | 2.18 | 2.18 | 0.00 |
Amerika Serikat | 2.068 | 2.068 | 0.00 |
Afrika Selatan | 8.17 | 8.13 | -4.00 |
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/tas) Next Article Analis: Penjualan SUN RI Masih Tergantung Investor Asing
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular