
3 Hari Harga Batu Bara Melemah, Ini Penyebabnya
Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
27 June 2019 10:33

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara Newcastle masih terus terkoreksi akibat proyeksi permintaan global yang melemah. Pada penutupan perdagangan sesi Rabu (26/6/2019) harga batu bara Newcastle acuan kontrak pengiriman Juli terkontraksi hingga 0,66% ke level US$ 68,2/metrik ton.
Sehari sebelumnya, harga batu bara juga sudah terkoreksi hingga 2%.
Hingga saat ini pasar batu bara impor masih terus berada dalam tekanan perlambatan ekonomi global. Pasalnya, pertumbuhan ekonomi akan berbanding lurus dengan pertumbuhan permintaan energi, yang mana salah satunya adalah batu bara.
Terbaru, data dari Kementerian Keuangan Jepang memperlihatkan terjadi penurunan impor batu bara sebesar 7,7% secara month-on-month (MoM) di bulan Mei.
Sementara impor batu bara Jepang yang berasal dari Australia, termasuk briket, turun hingga 13,3% MoM menjadi tinggal 7,8 juta ton.
Data tersebut menunjukkan bahwa permintaan energi di Jepang, sebagai salah satu negara importir batu bara utama di kawasan Asia sedang lesu.
Hal itu diakibatkan aktivitas industri yang juga tak bergairah. Berdasarkan data Nikkei, Purchasing Manager's Index (PMI) manufaktur Jepang dalam dua bulan terakhir (Mei-Juni) selalu berada di bawah angka 50. Itu artinya aktivitas industri-industri manufaktur di Jepang tengah mengalami kontraksi.
Dampak perang dagang Amerika Serikat (AS) China yang berhujung pada perlambatan ekonomi gobal disebut-sebut sebagai faktor penyebab hal tersebut.
Alhasil pelaku pasar semakin kawatir akan terjadinya kelebihan pasokan di pasar batu bara impor (seaborne).
Apalagi tahun ini produksi batu bara domestik di China berpotensi meningkat hingga lebih dari 100 juta ton. Data Biro Statistik Nasional (National Bureau of Statistics/NBS) menunjukkan bahwa ada kapasitas produksi batu bara tambahan sebesar 194 juta ton yang siap untuk digarap tahun ini.
Sudah sejak beberapa tahun terakhir China memang punya gerakan untuk memperbaharui kualitas tambang-tambang batu bara tua. Selain menghasilkan polusi gas metana yang besar, tambang batu bara tua juga memiliki produktivitas yang minim.
Saat ini tambang-tambang modern yang bisa berproduksi lebih banyak mulai mengambil alih.
Tentu saja hal tersebut bisa mengancam posisi batu bara seaborne. Tingkat serapan pasokan batu bara yang diperdagangkan di pasar internasional pun menjadi tanda tanya besar. Pada akhirnya, harganya harus rela terkoreksi.
Sebagai informasi, China saat ini merupakan produsen dan konsumen batu bara terbesar di dunia yang bisa mempengaruhi keseimbangan pasar secara signifikan. Adapun harga batu bara Newcastle mengacu pada tingkat kalori 6.000 kcal dan sering menjadi acuan global.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(taa/hps) Next Article Telisik Penyebab Harga Batu Bara Tak Lagi Membara
Sehari sebelumnya, harga batu bara juga sudah terkoreksi hingga 2%.
Hingga saat ini pasar batu bara impor masih terus berada dalam tekanan perlambatan ekonomi global. Pasalnya, pertumbuhan ekonomi akan berbanding lurus dengan pertumbuhan permintaan energi, yang mana salah satunya adalah batu bara.
Terbaru, data dari Kementerian Keuangan Jepang memperlihatkan terjadi penurunan impor batu bara sebesar 7,7% secara month-on-month (MoM) di bulan Mei.
Sementara impor batu bara Jepang yang berasal dari Australia, termasuk briket, turun hingga 13,3% MoM menjadi tinggal 7,8 juta ton.
Data tersebut menunjukkan bahwa permintaan energi di Jepang, sebagai salah satu negara importir batu bara utama di kawasan Asia sedang lesu.
Hal itu diakibatkan aktivitas industri yang juga tak bergairah. Berdasarkan data Nikkei, Purchasing Manager's Index (PMI) manufaktur Jepang dalam dua bulan terakhir (Mei-Juni) selalu berada di bawah angka 50. Itu artinya aktivitas industri-industri manufaktur di Jepang tengah mengalami kontraksi.
Dampak perang dagang Amerika Serikat (AS) China yang berhujung pada perlambatan ekonomi gobal disebut-sebut sebagai faktor penyebab hal tersebut.
Alhasil pelaku pasar semakin kawatir akan terjadinya kelebihan pasokan di pasar batu bara impor (seaborne).
Apalagi tahun ini produksi batu bara domestik di China berpotensi meningkat hingga lebih dari 100 juta ton. Data Biro Statistik Nasional (National Bureau of Statistics/NBS) menunjukkan bahwa ada kapasitas produksi batu bara tambahan sebesar 194 juta ton yang siap untuk digarap tahun ini.
Sudah sejak beberapa tahun terakhir China memang punya gerakan untuk memperbaharui kualitas tambang-tambang batu bara tua. Selain menghasilkan polusi gas metana yang besar, tambang batu bara tua juga memiliki produktivitas yang minim.
Saat ini tambang-tambang modern yang bisa berproduksi lebih banyak mulai mengambil alih.
Tentu saja hal tersebut bisa mengancam posisi batu bara seaborne. Tingkat serapan pasokan batu bara yang diperdagangkan di pasar internasional pun menjadi tanda tanya besar. Pada akhirnya, harganya harus rela terkoreksi.
Sebagai informasi, China saat ini merupakan produsen dan konsumen batu bara terbesar di dunia yang bisa mempengaruhi keseimbangan pasar secara signifikan. Adapun harga batu bara Newcastle mengacu pada tingkat kalori 6.000 kcal dan sering menjadi acuan global.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(taa/hps) Next Article Telisik Penyebab Harga Batu Bara Tak Lagi Membara
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular