Setahun Direksi BEI

Perlukah Batasan Auto Rejection Diubah?

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
26 June 2019 11:41
Sudah Lama Disuarakan
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto
Sejatinya, wacana revisi batasan auto rejection memang sudah cukup lama menggema. Berdasarkan catatan CNBC Indonesia, Inarno melontarkan wacana ini pada Februari 2019.

Inarno yang menjabat Direktur Utama BEI melalui RUPS pada 29 Juni tahun lalu itu menjelaskan bahwa perubahan batasan auto rejection tersebut menyusul rencana pihaknya yang akan mengubah nilai terendah harga saham yang akan dilaksanakan tahun ini.

Sebagai informasi, saat ini harga terendah dari saham yang diperdagangkan di BEI dipatok di level Rp 50/saham. Nantinya, harga saham bisa meluncur ke bawah level tersebut.

"Aturan auto rejection otomatis berubah, karena harga terendah juga berubah. Namun kami belum tahun besarannya," kata Inarno saat mengunjungi kantor redaksi CNBC Indonesia, Selasa (26/02/2019).

Sebelumnya pada November 2018, BEI mengatakan bahwa pihaknya akan melakukan pengkajian ulang terkait penerapan batasan auto rejection terhadap saham-saham yang pertama kali ditransaksikan di pasar sekunder.

Wacana tersebut disampaikan BEI karena menyimak harga saham yang baru ditransaksikan di pasar sekunder langsung mengalami peningkatan yang signifikan. Lalu, kenaikan harga saham biasanya terus berlangsung di hari-hari berikutnya hingga memaksa BEI memberikan penilaian bahwa transaksi tersebut tak wajar.

"Kami lihat memang saham Initial Public Offering (IPO) kenaikan harganya cukup tinggi. Kita lagi memikirkan untuk meninjau kembali. Kita kaji apakah perlu dua kali dengan ARA (auto reject atas) normal atau disamakan dengan ARA yang non-IPO (saham yang sudah tercatat)," kata Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa BEI Laksono W Widodo di Gedung BEI, Jakarta, Kamis (22/11).

Kini, mari berharap BEI bisa segera mengambil tindakan dengan merivisi batasan auto rejection, baik terhadap saham yang baru melantai maupun saham yang sebelumnya sudah tercatat di bursa. Pasalnya, hal tersebut bisa jadi merupakan kunci dalam mendongkrak jumlah investor di pasar saham.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ank/tas)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular