Rehat Sejenak, Harga Emas Turun Setelah Reli 4 Hari

Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
26 June 2019 10:09
Rehat Sejenak, Harga Emas Turun Setelah Reli 4 Hari
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas global akhirnya terkoreksi setelah naik selama empat hari berturut-turut. Meski demikian harga emas masih berada di dekat posisi tertinggi dalam 6 tahun.

Pada perdagangan hari Rabu (26/6/2019) pukul 09:30 WIB, harga emas kontrak pengiriman Agustus di bursa New York Commodity Exchange (COMEX) terkoreksi 0,14% ke level US$ 1.416,7/troy ounce. Sedangkan harga emas di pasar spot melemah 0,71% menjadi US$ 1.412,8/troy ounce.



Kali ini dolar Amerika Serikat (AS) mampu menekan harga emas.

Pasalnya, Gubernur The Federal Reserve (The Fed), Jerome Powell agak menurunkan harapan pelaku pasar akan penurunan suku bunga yang cukup besar.

Dalam sebuah forum dengan Dewan Hubungan Internasional dini hari tadi, Powell mengatakan bahwa bank sentral masih akan memasang mode wait and see untuk menghitung seberapa cepat perubahan ekonomi saat ini. Dirinya juga menambahkan bahwa bank sentral tidak akan mengambil keputusan atas pertimbangan ekonomi jangka pendek.

"Kami tidak dalam kondisi untuk bekerja berdasarkan pergerakan finansial jangka pendek. Kami harus melihat lebih jauh dari itu," ujar Powell.

Gubernur The Fed St. Louis, James Bullard juga turut membuat pelaku pasar agak kurang bergairah. Ia mengatakan bahwa ekspektasi pelaku pasar akan penurunan suku bunga acuan terlalu tinggi.

"Saya pikir 50 basis poin terlalu berlebihan," ujar Bullard dalam wawancara dengan BloombergTV, seperti yang dikutip dari Reuters.

Alhasil, sederet penyataan tersebut dibaca sebagai sinyal yang kurang dovish dibanding beberapa pidato sebelumnya. Pelaku pasar mulai berhitung ulang perihal proyeksi suku bunga acuan The Fed (Federal Funds Rate/FFR).

Padahal sebelumnya sebagian pelaku pasar meyakini FFR bisa turun 50 basis poin bulan depan.

Mengutip CME Fedwatch, pada hari Senin (24/6/2019), probabilitas FFR diturunkan 50 basis poin pada bulan Juli mencapai 42,6%. Sedangkan saat ini, setelah Powell dan Bullard berbicara, probabilitas itu turun menjadi tinggal 29,2%.

Data tersebut membuktikan bahwa harapan pelaku pasar telah berubah. Penurunan suku bunga secara besar-besaran agaknya menjadi hal yang sulit untuk terjadi.


Alhasil investor kembali masuk ke aset-aset yang berbasis dolar. Membuat nilai tukarnya mendapat suntikan energi.  Saat ini, nilai Dollar Index (DXY) yang mencerminkan posisi greenback terhadap enam mata uang utama dunia menguat hingga 0,16% ke level 96.29.

Dolar yang perkasa tentu saja bukan berita baik untuk emas. Harga emas menjadi lebih mahal bagi pemegang mata uang selain dolar. Maklum, transaksi emas global saat ini masih menggunakan dolar AS.

Namun harga emas masih mendapat fondasi dari ketidakpastian nasib hubungan dagang AS dengan China.

BERLANJUT KE HALAMAN 2>>>
Memang aura negorsiasi Amerika Serikat (AS) dengan China, sejauh ini masih positif. Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping sudah sama-sama mengonfirmasi rencana pertemuan di sela-sela Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 akhir pekan ini di Osaka, Jepang.

Namun pelaku pasar masih merasa perlu untuk mengantisipasi segala kemungkinan yang ada. Apalagi Trump diketahui punya tabiat untuk memutuskan suatu kebijakan dengan tiba-tiba.

Contohnya beberapa waktu lalu, dimana Trump dikabarkan membatalkan perintah penyerangan ke Iran di menit-menit terakhir.



Pun pada bulan lalu, Trump secara tiba-tiba membatalkan kesepakatan dengan dengan China setelah berbulan-bulan melakukan rangkaian negosiasi yang positif.

Bila sampai pada pertemuan besok, Trump dan Jinping malah menghasilkan sesuatu yang negatif, eskalasi perang dagang sangat mungkin terjadi.

Trump sudah beberapa kali mengancam akan mengenakan bea impor 25% pada produk China senilai US$ 325 miliar. Produk-produk tersebut berbeda dengan yang sebelumnya sudah dikenakan bea impor 25% senilai US$ 200 miliar.

Beberapa pihak meyakini bahwa eskalasi perang dagang bisa menyebabkan resesi ekonomi global.

"Peluang bahwa kita akan mengalami resesi global akan meningkat bila tidak ada penurunan ketegangan antara AS dan China," kata Peter Boockvar, chief investment strategist di Bleakly Advisory Group, dilansir dari CNBC International.

Resesi merupakan kondisi dimana investasi menjadi sangat berisiko. Menyikapi hal itu, emas seringkali diburu untuk dijadikan pelindung nilai (hedging) dan membuat harganya mendapat tarikan ke atas.

TIM RISET CNBC INDONESIA
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular