
Setahun DIreksi BEI
Bawa IHSG Jadi Jawara Asia di Tengah Risiko Global & Politik
Arif Gunawan, CNBC Indonesia
26 June 2019 09:32

Inarno bukanlah sosok yang baru di dunia pasar modal. Pria yang lahir di Yogyakarta pada 31 Desember 1962 lalu itu sudah menjadi komisaris BEI sejak Juni 2017. Sebelumnya, dia merintis karir di pasar modal dari bawah.
Peraih Sarjana Ekonomi dari Universitas Gadjah Mada tahun 1988 ini memulai karirnya pada 1989 sebagai Treassury Officer di PT Bank Uppindo. Lalu, ia menjadi direktur di PT Aspac Upindo Sekuritas pada 1991-1997.
Di tengah gonjang-ganjing krisis Asia 1997, dia pindah menjadi Direktur PT Mitra Duta Sekuritas pada tahun 1997-1999, sebelum kemudian menjadi Direktur PT Widari Securities pada tahun 1999 dan Presiden Direktur PT Madani Securities pada tahun 2000-2003.
Karirnya di self regulatory organization (SRO) dimulai pada 2003 dengan menjadi Presiden Direktur PT Kliring Penjamin Efek Indonesia (KPEI) hingga 2009 dan Komisaris PT KPEI pada 2013-2016. Lalu, dia menjadi Presiden Komisaris PT KPEI pada tahun 2013-2016 dan Presiden Komisaris PT Maybank Kim Eng Securities pada tahun 2013-2014.
Kini, setahun setelah dia menjabat, IHSG dan nilai kapitalisasi bursa terus meningkat meski dibayangi risiko global dan risiko politik. Bahkan, jika dibandingkan dengan bursa-bursa saham utama di Kawasan Asia Pasifik, IHSG masuk menjadi jawara, sebagai indeks harga saham dengan kenaikan tertinggi kelima se-kawasan Asia Pasifik.
Berdasarkan data Refinitiv, IHSG dalam setahun terakhir tumbuh sebesar 7,9%, mengekor indeks Sensex (India) yang terbang 9%, indeks saham Selandia Baru (11,4%), indeks saham Thailand (13,6%) dan indeks saham Filipina (+19,4%).
Dengan performa tersebut Inarno tentu saja belum bisa berpuas diri pada tahun ini. Tantangan pasar modal ke depannya semakin menantang di tengah kenaikan eskalasi konflik di Timur Tengah, berlarutnya perang dagang dua raksasa ekonomi dunia, dan tensi politik dalam negeri.
Di tengah kondisi demikian, tambahan pasokan emiten baru dan kenaikan nilai transaksi harian tetap menjadi tuntutan utama. Akankah ada terobosan yang bakal dilancarkan misalnya dengan mengizinkan transaksi saham menggunakan kartu kredit? Kita tunggu saja.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/ags)
Peraih Sarjana Ekonomi dari Universitas Gadjah Mada tahun 1988 ini memulai karirnya pada 1989 sebagai Treassury Officer di PT Bank Uppindo. Lalu, ia menjadi direktur di PT Aspac Upindo Sekuritas pada 1991-1997.
Di tengah gonjang-ganjing krisis Asia 1997, dia pindah menjadi Direktur PT Mitra Duta Sekuritas pada tahun 1997-1999, sebelum kemudian menjadi Direktur PT Widari Securities pada tahun 1999 dan Presiden Direktur PT Madani Securities pada tahun 2000-2003.
Kini, setahun setelah dia menjabat, IHSG dan nilai kapitalisasi bursa terus meningkat meski dibayangi risiko global dan risiko politik. Bahkan, jika dibandingkan dengan bursa-bursa saham utama di Kawasan Asia Pasifik, IHSG masuk menjadi jawara, sebagai indeks harga saham dengan kenaikan tertinggi kelima se-kawasan Asia Pasifik.
Berdasarkan data Refinitiv, IHSG dalam setahun terakhir tumbuh sebesar 7,9%, mengekor indeks Sensex (India) yang terbang 9%, indeks saham Selandia Baru (11,4%), indeks saham Thailand (13,6%) dan indeks saham Filipina (+19,4%).
Dengan performa tersebut Inarno tentu saja belum bisa berpuas diri pada tahun ini. Tantangan pasar modal ke depannya semakin menantang di tengah kenaikan eskalasi konflik di Timur Tengah, berlarutnya perang dagang dua raksasa ekonomi dunia, dan tensi politik dalam negeri.
Di tengah kondisi demikian, tambahan pasokan emiten baru dan kenaikan nilai transaksi harian tetap menjadi tuntutan utama. Akankah ada terobosan yang bakal dilancarkan misalnya dengan mengizinkan transaksi saham menggunakan kartu kredit? Kita tunggu saja.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/ags)
Pages
Most Popular