
Harga Sudah Rp 20 Juta/oz, Masih Cuan kah Investasi Emas?
Houtmand P Saragih & Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
24 June 2019 18:22

"Perang" AS-Iran
Di sisi lain, konflik antara AS dengan Iran juga turut memberi dorongan pada harga emas. Dalam kondisi perang, situasi politik dan ekonomi menjadi serba tak pasti, membuat risiko
Namun masalahnya, pada kondisi saat ini, kecil peluang konflik berkembang menjadi adu senjata. Alasan utamanya adalah ketersediaan dana perang AS yang kemungkinan besar amat terbatas.
Berkaca pada perang Irak-Afganistan, dana yang dibutuhkan tidaklah kecil. Mengutip laporan Badan Anggaran kongres AS, perang tersebut menghabisakan dana hingga US$ 604 miliar.
Dalam kondisi anggaran negara yang tengah mengalami defisit yang sangat besar, rasanya sulit bagi AS untuk membiayai perang baru. Tercatat pada tahun anggaran 2019 defisit anggaran AS sudah mencapai US$ 897 miliar dan diprediksi masih akan membengkak hingga US$ 1,3 triliun pada 2029.
Maka dari itu, kemungkinan harga emas merangkak naik akibat konflik AS-Iran agaknya kecil. Meskipun tetap ada.
Bunga The Fed Jadi Kunci
Faktor besar lain yang mungkin bisa mendongkrak harga emas lebih tinggi lagi adalah kebijakan pelonggaran moneter yang kemungkinan diambil oleh Bank Sentral AS, The Fed.
Pelaku pasar meyakini bahwa suku bunga acuan The Fed (Federal Funds Rate/FFR) akan diturunkan 25 basis poin pada rapat komite pengambil kebijakan (FOMC) edisi bulan Juli.
Mengutip CME Fedwatch, probabilitas suku bunga acuan The Fed (Federal Fund Rate/FFR) turun 25 basis poin pada rapat edisi Juli mencapai 67,7%. Ada pula probabilitas FFR turun 50 basis poin sebesar 32,3%.
Bila benar The Fed mengumumkan penurunan suku bunga bulan depan, apalagi diikuti dengan pidato yang bernada semakin dovish, maka kemungkinan harga emas akan terus mendapat dorongan.
Pelonggaran moneter akan membuat pasar akan kebanjiran dolar. Nilai tukar greenback jadi amat rentan untuk terus melemah.
Apalagi saat ini isu perlambatan ekonomi global yang diakibatkan oleh perang dagang tampaknya masih akan membuat kondisi perekonomian AS rentan. Ada kemungkinan isu penurunan suku bunga terus bergulir hingga akhir tahun. Emas bisa terus menguat.
Hal itulah yang terjadi pada harga emas di tahun 2013. Kala itu The Fed melakukan kebijakan pelonggaran moneter (quantitative easing) dengan cara memborong obligasi pemerintah AS. Dampaknya, dolar melemah dan membuat harga emas menyentuh level US$ 1.898,99/troy ounce yang merupakan rekor tertinggi sepanjang sejarah.
Maklum, dampak pelemahan dolar ada dua bagi emas. Pertama, aset-aset berbasis dolar, terutama di pasar obligasi rentan terkoreksi dan membuat pelaku pasar lebih memilih safe haven.
Kedua, harga emas menjadi relatif lebih murah bagi pemegang mata uang lain. Daya tarik emas pun membuncah.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA (taa)
Di sisi lain, konflik antara AS dengan Iran juga turut memberi dorongan pada harga emas. Dalam kondisi perang, situasi politik dan ekonomi menjadi serba tak pasti, membuat risiko
Namun masalahnya, pada kondisi saat ini, kecil peluang konflik berkembang menjadi adu senjata. Alasan utamanya adalah ketersediaan dana perang AS yang kemungkinan besar amat terbatas.
Berkaca pada perang Irak-Afganistan, dana yang dibutuhkan tidaklah kecil. Mengutip laporan Badan Anggaran kongres AS, perang tersebut menghabisakan dana hingga US$ 604 miliar.
Dalam kondisi anggaran negara yang tengah mengalami defisit yang sangat besar, rasanya sulit bagi AS untuk membiayai perang baru. Tercatat pada tahun anggaran 2019 defisit anggaran AS sudah mencapai US$ 897 miliar dan diprediksi masih akan membengkak hingga US$ 1,3 triliun pada 2029.
Maka dari itu, kemungkinan harga emas merangkak naik akibat konflik AS-Iran agaknya kecil. Meskipun tetap ada.
Bunga The Fed Jadi Kunci
Faktor besar lain yang mungkin bisa mendongkrak harga emas lebih tinggi lagi adalah kebijakan pelonggaran moneter yang kemungkinan diambil oleh Bank Sentral AS, The Fed.
Pelaku pasar meyakini bahwa suku bunga acuan The Fed (Federal Funds Rate/FFR) akan diturunkan 25 basis poin pada rapat komite pengambil kebijakan (FOMC) edisi bulan Juli.
Mengutip CME Fedwatch, probabilitas suku bunga acuan The Fed (Federal Fund Rate/FFR) turun 25 basis poin pada rapat edisi Juli mencapai 67,7%. Ada pula probabilitas FFR turun 50 basis poin sebesar 32,3%.
Bila benar The Fed mengumumkan penurunan suku bunga bulan depan, apalagi diikuti dengan pidato yang bernada semakin dovish, maka kemungkinan harga emas akan terus mendapat dorongan.
Pelonggaran moneter akan membuat pasar akan kebanjiran dolar. Nilai tukar greenback jadi amat rentan untuk terus melemah.
Apalagi saat ini isu perlambatan ekonomi global yang diakibatkan oleh perang dagang tampaknya masih akan membuat kondisi perekonomian AS rentan. Ada kemungkinan isu penurunan suku bunga terus bergulir hingga akhir tahun. Emas bisa terus menguat.
Hal itulah yang terjadi pada harga emas di tahun 2013. Kala itu The Fed melakukan kebijakan pelonggaran moneter (quantitative easing) dengan cara memborong obligasi pemerintah AS. Dampaknya, dolar melemah dan membuat harga emas menyentuh level US$ 1.898,99/troy ounce yang merupakan rekor tertinggi sepanjang sejarah.
Maklum, dampak pelemahan dolar ada dua bagi emas. Pertama, aset-aset berbasis dolar, terutama di pasar obligasi rentan terkoreksi dan membuat pelaku pasar lebih memilih safe haven.
Kedua, harga emas menjadi relatif lebih murah bagi pemegang mata uang lain. Daya tarik emas pun membuncah.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA (taa)
Pages
Most Popular