
Ada Relaksasi Pajak, Saham Emiten Properti Ini Meroket 22%
Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
21 June 2019 14:30

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham emiten properti PT Indonesian Paradise Property Tbk (INPP) sepanjang sesi pertama perdagangan menjelang akhir pekan ini, Jumat (21/6/2019) menguat cukup signifikan.
Saham perusahaan dengan kode INPP tersebut naik 21,79% atau 170 poin ke level Rp 950/saham dari posisi sebelumnya Rp 780/saham. Mengacu data perdagangan BEI, saham ini dalam sebulan terakhir naik 13,10%, sedangkan secara year to date melonjak 35,71%.
Emiten yang juga mengelola hotel HARRIS yang tersebar di beberapa kota besar seperti Jakarta, Bali, Batam, Yogyakarta ini melangsungkan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPST) dan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa pada hari ini, Jumat (20/6/). Emiten ini juga mengelola Sheraton Bali Kuta Resort.
Emiten properti lain yang melangsungkan RUPS hari ini adalah PT Forza Land Indonesia Tbk (FORZ). Sayangnya, hingga sesi pertama perdagangan siang ini berakhir, saham FORZ ditransaksikan melemah 1,13% ke level Rp 875/saham. Secara year to date, saham FORZ terkoreksi 4,89%.
Memang, sejak 2015 industri properti tanah air mengalami tekanan berat. Namun, pengembang properti tampaknya merepons positif upaya pemerintah mendongrak industri properti melalui relaksasi pembebasan pajak bagi aset properti yang bernilai di bawah Rp 30 miliar.
Presiden Direktur Summarecon Agung, Adrianto P. Adhi menyatakan, adanya stimulus fiskal itu menjadi katalis positif bagi industri properti yang memang sudah tertekan dalam empat tahun belakangan.
Menurut Adrianto, prospek sektor properti 2019 akan lebih baik dari tahun sebelumnya karena ada harapan gejolak eksternal yang bersumber dari ketegangan perdagangan Amerika Serikat dan China akan mereda dan ekspektasi The Fed yang lebih dovish dengan menurunkan bunga acuan.
"Pertumbuhan ekonomi Indonesia di atas 5 persen, pemerintah juga merelaksasi pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM) [rumah mewah di bawah Rp 30 miliar]," ungkap Adrianto, saat paparan publik di Kelapa Gading, Jakarta Utara, Kamis (20/6/2019).
Sayangnya saham SMRA, pada Jumat sesi II ini minus 1,18% di level Rp 1.255/saham kendati year to date naik 56%.
Wendy Haryanto, Direktur Eksekutif Jakarta Property Institute menyebut, pengembang merepons positif upaya pemerintah memahami permasalahan yang dialami pelaku industri properti.
"Masalah ini sebenarnya sudah lama ditunggu untuk diperbaiki, karena pada saat itu berlaku masih banyak pengembang yang masih membangun unit-unit hunian dengan harga di atas Rp 10 miliar, saat ini sudah amat terbatas yang tersedia di pasar," kata Wendy kepada CNBC Indonesia, Kamis (20/6/2019.
Wendy menilai, adanya relaksasi fiskal ini dapat memberikan appetite kepada pengembang untuk kembali membangun properti dengan harga di atas Rp 10 miliar dan juga akan memberikan opsi pada calon pembeli untuk tidak berpaling kepada secondary market.
Namun, ia mengakui, memang penerbitan PMK ini agak terlambat, sebab, pada saat ini mayoritas pengembang sedang membangun unit-unit hunian yang kecil dan menjangkau masyarakat berpendapatan menengah ke bawah. "Karena daya beli masyarakat memang mengarah ke sana," jelasnya.
(tas) Next Article Wah! Saham Plaza Indonesia Ditransaksikan Rp 8 T, Ada Apa?
Saham perusahaan dengan kode INPP tersebut naik 21,79% atau 170 poin ke level Rp 950/saham dari posisi sebelumnya Rp 780/saham. Mengacu data perdagangan BEI, saham ini dalam sebulan terakhir naik 13,10%, sedangkan secara year to date melonjak 35,71%.
Emiten yang juga mengelola hotel HARRIS yang tersebar di beberapa kota besar seperti Jakarta, Bali, Batam, Yogyakarta ini melangsungkan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPST) dan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa pada hari ini, Jumat (20/6/). Emiten ini juga mengelola Sheraton Bali Kuta Resort.
Emiten properti lain yang melangsungkan RUPS hari ini adalah PT Forza Land Indonesia Tbk (FORZ). Sayangnya, hingga sesi pertama perdagangan siang ini berakhir, saham FORZ ditransaksikan melemah 1,13% ke level Rp 875/saham. Secara year to date, saham FORZ terkoreksi 4,89%.
Memang, sejak 2015 industri properti tanah air mengalami tekanan berat. Namun, pengembang properti tampaknya merepons positif upaya pemerintah mendongrak industri properti melalui relaksasi pembebasan pajak bagi aset properti yang bernilai di bawah Rp 30 miliar.
Presiden Direktur Summarecon Agung, Adrianto P. Adhi menyatakan, adanya stimulus fiskal itu menjadi katalis positif bagi industri properti yang memang sudah tertekan dalam empat tahun belakangan.
Menurut Adrianto, prospek sektor properti 2019 akan lebih baik dari tahun sebelumnya karena ada harapan gejolak eksternal yang bersumber dari ketegangan perdagangan Amerika Serikat dan China akan mereda dan ekspektasi The Fed yang lebih dovish dengan menurunkan bunga acuan.
"Pertumbuhan ekonomi Indonesia di atas 5 persen, pemerintah juga merelaksasi pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM) [rumah mewah di bawah Rp 30 miliar]," ungkap Adrianto, saat paparan publik di Kelapa Gading, Jakarta Utara, Kamis (20/6/2019).
Sayangnya saham SMRA, pada Jumat sesi II ini minus 1,18% di level Rp 1.255/saham kendati year to date naik 56%.
Wendy Haryanto, Direktur Eksekutif Jakarta Property Institute menyebut, pengembang merepons positif upaya pemerintah memahami permasalahan yang dialami pelaku industri properti.
"Masalah ini sebenarnya sudah lama ditunggu untuk diperbaiki, karena pada saat itu berlaku masih banyak pengembang yang masih membangun unit-unit hunian dengan harga di atas Rp 10 miliar, saat ini sudah amat terbatas yang tersedia di pasar," kata Wendy kepada CNBC Indonesia, Kamis (20/6/2019.
Wendy menilai, adanya relaksasi fiskal ini dapat memberikan appetite kepada pengembang untuk kembali membangun properti dengan harga di atas Rp 10 miliar dan juga akan memberikan opsi pada calon pembeli untuk tidak berpaling kepada secondary market.
Namun, ia mengakui, memang penerbitan PMK ini agak terlambat, sebab, pada saat ini mayoritas pengembang sedang membangun unit-unit hunian yang kecil dan menjangkau masyarakat berpendapatan menengah ke bawah. "Karena daya beli masyarakat memang mengarah ke sana," jelasnya.
(tas) Next Article Wah! Saham Plaza Indonesia Ditransaksikan Rp 8 T, Ada Apa?
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular