Indeks Dolar Kembali Menguat Setelah Trump Kritik Draghi

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
18 June 2019 21:35
Indeks dolar kembali menguat pada Selasa, tetapi performa Greenback sebenarnya kurang bagus jelang pengumuman kebijakan The Fed.
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks dolar kembali menguat pada perdagangan Selasa (18/6/19). Namun, performa the greenback sebenarnya kurang bagus jelang pengumuman kebijakan moneter Federal Reserve (The Fed) di pekan ini. 

Penguatan indeks dolar pada hari ini lebih disebabkan oleh jebloknya kurs euro. Mata uang 19 negara ini merupakan kontributor terbesar dalam membentuk indeks dolar, yakni 57,6%. Sisanya dibentuk oleh poundsterling, yen, dolar Kanada, franc Swiss, dan krona Swedia.

Pada pukul 21:00 WIB, indeks dolar berada di level 97,62 atau menguat 0,07%, bahkan sebelumnya sempat naik ke level 97,74, mengutip data dari Refinitiv.



The Fed di bawah pimpinan Jerome Powell diramal masih akan mempertahankan suku bunga 2,25-2,5% pada Kamis (20/6/19) dini hari waktu Indonesia. Tetap saja, para pelaku pasar akan menanti pengumuman tersebut untuk melihat apakah FFR akan dipangkas atau tidak dalam waktu dekat.

Sebelum pengumuman tersebut, pelaku pasar sepertinya akan berhati-hati berinvestasi di instrumen dolar, yang membuat mata uang AS ini kurang bertenaga. Namun, Presiden European Central Bank (ECB) yang melontarkan wacana pemangkasan suku bunga membuat performa buruk euro membuat indeks dolar melesat naik.


Berbicara dalam acara Forum ECB di Sintra - Portugal, Draghi mengatakan pemangkasan suku bunga merupakan salah satu amunisi bank sentral. Selain itu ia juga menegaskan akan menggelontorkan stimulus moneter jika kondisi perekonomian zona euro tidak membaik, dan secara spesifik menyebut inflasi yang lemah secara berkelanjutan.

Foto: Twitt Presiden Trump
Sumber: CNBC International

Presiden Amerika Serikat (AS) Doland Trump dibuat kesal oleh pernyataan Draghi tersebut. Trump selama ini memang selalu mengritik bank sentral yang mata uangnya terus mengalami pelemahan terhadap dolar AS. Pelemahan nilai tukar tentunya akan memberikan daya saing produk yang dihasilkan suatu negara di dunia perdagangan internasional.

Trump menyerang Draghi melalui akun Twitternya dengan menyebut pengumuman stimulusnya membuat zona euro lebih mudah bersaing dengan AS, dan menyebut hal tersebut tidak adil.

Sejak mencapai level tertinggi 11 pekan pada 7 Juni lalu, kurs euro belakangan ini memang kembali melemah dan terus mendekati level terendah dua tahun yang sempat disentuh pada akhir Mei lalu.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(pap/pap) Next Article The Fed Tidak Terlalu Dovish, Dolar Kok Masih Loyo?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular