
Bali United Bidik Pendapatan Rp 159 M, dari Mana Sumbernya?
Monica Wareza, CNBC Indonesia
17 June 2019 13:16

Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten sepak bola pertama di Bursa Efek Indonesia, Bali United atau PT Bali Bintang Sejahtera Tbk dengan kode saham BOLA mematok target pendapatan senilai Rp 159 miliar sepanjang tahun ini.
Mayoritas pendapatan ini masih akan disumbangkan dari pendapatan sponsorship yang nilainya mencapai Rp 96 miliar.
Chief Financial Officer Bali Yohanes Ade Moniaga mengatakan tahun ini perusahaan mengantongi pertumbuhan yang cukup signifikan dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Peningkatan ini didorong oleh anak usahanya yang baru beroperasi di tahun lalu.
"Pendapatan tahun ini targetnya Rp 159 miliar, sumbangan dari sponsorship senilai Rp 96 miliar," kata Yohanes di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI) di Jkaarta, usai pencatatan saham perdana Bali United, Senin (17/6).
Target pendapatan tahun ini meningkat 38% dibandingkan dengan perolehan perusahaan di tahun sebelumnya yang senilai Rp 115 miliar. Kontribusi dari sponsorship juga naik 37% dari tahun sebelumnya yang hanya senilai Rp 70 miliar.
Beroperasinya anak usaha baru perusahaan ini juga berpotensi mendongkrak kinerja laba kotor dan laba operasi perusahaan dibandingkan 2 tahun terakhir.
Tahun lalu, laba operasi induk usaha klub sepak bola Bali United ini tercatat sebesar Rp 9,24 miliar, naik dari 2017 senilai Rp 2,70 miliar. Laba operasi tersebut terus membaik dari kerugian yang ditanggung perusahaan sepanjang 2016 yakni mencapai Rp 9,61 miliar.
Untuk tahun ini, perusahaan membidik target laba operasi senilai Rp 10 miliar.
Laba sebelum pajak tahun ini juga akan membaik hingga mencapai Rp 19,4 miliar. Jumlah ini meningkat lebih dari dua kali lipat dibanding perolehan di tahun lalu yang senilai Rp 8,04 miliar.
Sementara di 2017 dan 2016 perusahaan masih mengantongi kerugian sebelum pajak yang masing-masing nilainya Rp 1,57 miliar dan Rp 8,13 miliar.
Setelah saham Bali United tercatat di BEI, perseroan memperoleh dana segar senilai Rp 350 miliar. Dana tersebut akan dimanfaatkan untuk belanja modal dengan porsi 19,1%, memperkuat permodalan anak usaha sebesar 20,4% dan modal kerja perusahaan 60,5%.
Tahun ini, perusahaan milik taipan Pieter Tanuri ini menganggarkan belanja modal (capital expenditure/capex) senilai Rp 28 miliar secara konsolidasi. Paling besar akan digunakan untuk memperbaharui Stadion Kapten I Wayan Dipta, kandang Bali United di Gianyar, Bali, yang dialokasikan mencapai Rp 4 miliar.
Penggunaan lainnya adalah untuk memperbaharui fasilitas latihan dengan anggaran senilai Rp 2,7 miliar dan peningkatan peralatan latihan dan studio sebesar Rp 3,8 miliar.
Penggunaan lainnya adalah untuk keperluan pembelian bis senilai Rp 2 miliar, memperbaharui playland dan store senilai Rp 2,5 miliar dan investasi teknologi sebesar Rp 2 miliar. Lainnya adalah anggaran untuk sewa stadion senilai Rp 550 juta, sementara sisanya akan dipakai untuk modal kerja anak usaha.
(tas) Next Article Mohon Maaf! Bali United Puasa Bagi Dividen Tahun Ini
Mayoritas pendapatan ini masih akan disumbangkan dari pendapatan sponsorship yang nilainya mencapai Rp 96 miliar.
Chief Financial Officer Bali Yohanes Ade Moniaga mengatakan tahun ini perusahaan mengantongi pertumbuhan yang cukup signifikan dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Peningkatan ini didorong oleh anak usahanya yang baru beroperasi di tahun lalu.
"Pendapatan tahun ini targetnya Rp 159 miliar, sumbangan dari sponsorship senilai Rp 96 miliar," kata Yohanes di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI) di Jkaarta, usai pencatatan saham perdana Bali United, Senin (17/6).
Target pendapatan tahun ini meningkat 38% dibandingkan dengan perolehan perusahaan di tahun sebelumnya yang senilai Rp 115 miliar. Kontribusi dari sponsorship juga naik 37% dari tahun sebelumnya yang hanya senilai Rp 70 miliar.
Beroperasinya anak usaha baru perusahaan ini juga berpotensi mendongkrak kinerja laba kotor dan laba operasi perusahaan dibandingkan 2 tahun terakhir.
Tahun lalu, laba operasi induk usaha klub sepak bola Bali United ini tercatat sebesar Rp 9,24 miliar, naik dari 2017 senilai Rp 2,70 miliar. Laba operasi tersebut terus membaik dari kerugian yang ditanggung perusahaan sepanjang 2016 yakni mencapai Rp 9,61 miliar.
Untuk tahun ini, perusahaan membidik target laba operasi senilai Rp 10 miliar.
Laba sebelum pajak tahun ini juga akan membaik hingga mencapai Rp 19,4 miliar. Jumlah ini meningkat lebih dari dua kali lipat dibanding perolehan di tahun lalu yang senilai Rp 8,04 miliar.
Sementara di 2017 dan 2016 perusahaan masih mengantongi kerugian sebelum pajak yang masing-masing nilainya Rp 1,57 miliar dan Rp 8,13 miliar.
Setelah saham Bali United tercatat di BEI, perseroan memperoleh dana segar senilai Rp 350 miliar. Dana tersebut akan dimanfaatkan untuk belanja modal dengan porsi 19,1%, memperkuat permodalan anak usaha sebesar 20,4% dan modal kerja perusahaan 60,5%.
Tahun ini, perusahaan milik taipan Pieter Tanuri ini menganggarkan belanja modal (capital expenditure/capex) senilai Rp 28 miliar secara konsolidasi. Paling besar akan digunakan untuk memperbaharui Stadion Kapten I Wayan Dipta, kandang Bali United di Gianyar, Bali, yang dialokasikan mencapai Rp 4 miliar.
Penggunaan lainnya adalah untuk memperbaharui fasilitas latihan dengan anggaran senilai Rp 2,7 miliar dan peningkatan peralatan latihan dan studio sebesar Rp 3,8 miliar.
Penggunaan lainnya adalah untuk keperluan pembelian bis senilai Rp 2 miliar, memperbaharui playland dan store senilai Rp 2,5 miliar dan investasi teknologi sebesar Rp 2 miliar. Lainnya adalah anggaran untuk sewa stadion senilai Rp 550 juta, sementara sisanya akan dipakai untuk modal kerja anak usaha.
![]() |
(tas) Next Article Mohon Maaf! Bali United Puasa Bagi Dividen Tahun Ini
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular