
Sederet Sentimen Ini Bakal Bikin Investor Dag-Dig-Dug-Duaar
Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
16 June 2019 18:02

Dampak dari pengumuman suku bunga di AS juga akan menular ke Indonesia. Apalagi di hari yang sama, yaitu Kamis (20/6/2019), Bank Indonesia (BI) juga akan mengumumkan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) bulan Juni. Pengumuman tersebut akan berisi penetapan suku bunga dan proyeksi perekonomian Indonesia ke depan.
Sebagaimana yang telah diketahui, suku bunga The Fed akan sangat mempengaruhi arah kebijakan moneter sebagian besar negara di dunia, termasuk Indonesia. Bila FFR turun, maka suku bunga acuan BI, 7 Day Repo Rate juga punya ruang lebih besar untuk menyesuaikan.
Namun, masih ada pemberat bagi BI untuk menurunkan suku bunga. Salah satunya adalah neraca dagang yang masih tekor. Bahkan pada bulan April, neraca dagang RI tercatat sebesar US$ 2,5 miliar dan merupakan yang paling dalam sepanjang sejarah.
Di satu sisi, penurunan suku bunga dapat menjadi stimulus bagi pertumbuhan ekonomi. Namun dampaknya, impor akan semakin besar dan berpotensi membuat neraca dagang semakin terbebani. Ujungnya, defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD) akan semakin sulit diberantas.
Sebagai informasi, pengumuman neraca dagang Indonesia periode Mei diundur menjadi tanggal 24 Juni 2019 karena adanya libur lebaran.
Perang Dagang AS-China Masih Panas
Selagi dibuat grogi atas penantian kebijakan suku bunga, pelaku pasar juga kemungkinan masih akan dibuat dag-dig-dug oleh perkembangan perang dagang AS-China.
Hingga saat ini, masih belum pengumuman yang pasti tentang kapan Presiden AS, Donald Trump dan Presiden China, Xi Jinping akan bertemu. Trump telah berkali-kali mengatakan rencananya untuk bertemu Xi di sela-sela Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 pada 28-29 Juni 2019 mendatang di Osaka, Jepang.
Namun, pihak China masih belum mengonfirmasi pertemuatn tersebut. Tampaknya masih ada beberapa persoalan yang masih harus diselesaikan sebelum keduanya siap untuk bertemu.
Perkembangan kabar dari rencana tersebut diprediksi mampu membuat pelaku pasar menentukan langkah investasi. Bila sampai pertemuan tersebut benar-benar batal sama sekali, perang dagang dua raksasa ekonomi dunia semakin berisiko untuk tereskalasi.
Trump sudah berkali-kali mengancam akan mengenakan bea masuk sebesar 25% pada produk China lain senilai US$ 300 miliar. Sebelumnya produk-produk tersebut bukan merupakan objek perang dagang.
Sebagai latar belakang, pada bulan Mei, AS telah secara resmi menaikkan bea impor menjadi 25% (dari yang semula 10%) terhadap produk China senilai US$ 200 miliar. China juga membalas dengan mengenakan tambahan tarif 5%-25% pada produk AS senilai US$ 60 miliar.
Eskalasi perang dagang AS-China tentu akan membuat gairah ekonomi global akan semakin lesu dan tak bergairah. Risiko koreksi nilai aset makin membuncah dan membuat investor menahan diri untuk berinvestasi.
Berikut data-data ekonomi sejumlah negara yang akan dirilis pekan depan:
Senin, 17 Juni 2019
Selasa, 18 Juni 2019
Sebagaimana yang telah diketahui, suku bunga The Fed akan sangat mempengaruhi arah kebijakan moneter sebagian besar negara di dunia, termasuk Indonesia. Bila FFR turun, maka suku bunga acuan BI, 7 Day Repo Rate juga punya ruang lebih besar untuk menyesuaikan.
Namun, masih ada pemberat bagi BI untuk menurunkan suku bunga. Salah satunya adalah neraca dagang yang masih tekor. Bahkan pada bulan April, neraca dagang RI tercatat sebesar US$ 2,5 miliar dan merupakan yang paling dalam sepanjang sejarah.
Sebagai informasi, pengumuman neraca dagang Indonesia periode Mei diundur menjadi tanggal 24 Juni 2019 karena adanya libur lebaran.
Perang Dagang AS-China Masih Panas
Selagi dibuat grogi atas penantian kebijakan suku bunga, pelaku pasar juga kemungkinan masih akan dibuat dag-dig-dug oleh perkembangan perang dagang AS-China.
Hingga saat ini, masih belum pengumuman yang pasti tentang kapan Presiden AS, Donald Trump dan Presiden China, Xi Jinping akan bertemu. Trump telah berkali-kali mengatakan rencananya untuk bertemu Xi di sela-sela Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 pada 28-29 Juni 2019 mendatang di Osaka, Jepang.
Namun, pihak China masih belum mengonfirmasi pertemuatn tersebut. Tampaknya masih ada beberapa persoalan yang masih harus diselesaikan sebelum keduanya siap untuk bertemu.
Perkembangan kabar dari rencana tersebut diprediksi mampu membuat pelaku pasar menentukan langkah investasi. Bila sampai pertemuan tersebut benar-benar batal sama sekali, perang dagang dua raksasa ekonomi dunia semakin berisiko untuk tereskalasi.
Trump sudah berkali-kali mengancam akan mengenakan bea masuk sebesar 25% pada produk China lain senilai US$ 300 miliar. Sebelumnya produk-produk tersebut bukan merupakan objek perang dagang.
Sebagai latar belakang, pada bulan Mei, AS telah secara resmi menaikkan bea impor menjadi 25% (dari yang semula 10%) terhadap produk China senilai US$ 200 miliar. China juga membalas dengan mengenakan tambahan tarif 5%-25% pada produk AS senilai US$ 60 miliar.
Eskalasi perang dagang AS-China tentu akan membuat gairah ekonomi global akan semakin lesu dan tak bergairah. Risiko koreksi nilai aset makin membuncah dan membuat investor menahan diri untuk berinvestasi.
Berikut data-data ekonomi sejumlah negara yang akan dirilis pekan depan:
Senin, 17 Juni 2019
- Indeks Pasar Perumahan NAHB Amerika Serikat periode Juni (21:00 WIB)
Selasa, 18 Juni 2019
- Indeks Tankan Jepang periode Juni (06:00 WIB)
- Indeks Harga Rumah China periode Mei (08:30 WIB)
- Data pembangunan rumah baru AS periode Mei (19:30 WIB)
- Neraca perdagangan (ekspor-impor) Jepang periode Mei (06:50 WIB)
- Data transaksi berjalan Zona Euro periode April (15:00 WIB)
- Suku bunga acuan AS (01:00 WIB)
- Data transaksi berjalan AS kuartal I-2019 (19:30 WIB)
- Data klaim tunjangan pengangguran AS untuk minggu yang berakhir pada 15 Juni (19:30 WIB)
- Tingkat inflasi Jepang periode Mei (06:30 WIB)
- Data pembacaan awal Purchasing Manager's Index (PMI) manufaktur Jepang periode Juni versi Nikkei (07:30 WIB)
- Data pembacaan awal PMI manufaktur AS periode Juni (20:45 WIB)
- Data penjualan rumah bukan baru (existing) AS periode Mei (21:00 WIB)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular