
Berjaya di Awal, Ini Nasib Rupiah vs Mata Uang Utama Sepekan
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
14 June 2019 20:40

Jakarta, CNBC Indonesia - Selepas libur Idul Fitri selama sepekan, rupiah langsung menunjukkan performa meyakinkan dengan menaklukkan mata uang utama dunia pada Senin (10/6/19).
Mata Uang Garuda masih merasakan euforia dari kenaikan rating kredit Indonesia oleh S&P menjadi BBB dari sebelumnya BBB-, serta Bank Dunia yang tetap memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,2%, lebih tinggi dati rata-rata negara berkembang lainnya sebesar 4,0%.
Rupiah akan terus menguat mengingat mata uang utama lainnya tidak dalam kondisi bagus, tetapi kenyataannya berbeda. Rilis data ekonomi Indonesia dua hari terakhir berdampak negatif bagi rupiah.
Bank Indonesia (BI) Kamis kemarin melaporkan cadangan devisa pada Mei sebesar US$ 120,3 miliar, turun US$ 4 miliar dari bulan sebelumnya. Sedangkan hari ini, BI merilis data penjualan ritel bulan April yang tumbuh 6,7% year-on-year (YoY), jauh melambat dibandingkan pertumbuhan Maret yang mencapai 10,1%.
Berikut akhir perjalan rupiah di pekan ini menghadapi mata uang dunia, berdasarkan data dari Refinitiv.
Dolar AS
Mata uang Paman Sam ini dibuat melemah 0,18% pada hari Senin, bahkan membukukan penurunan 3 hari berturut-turut hingga Rabu (12/6/19). Selain rupiah yang sedang perkasa, dolar AS juga sedang terbebani spekulasi pemangkasan suku bunga Federal Reserve (The Fed) sebanyak tiga kali di tahun ini.
Namun arah angin berbalik dalam dua hari terakhir, rupiah masing-masing melemah 0,32%. Total rupiah menjadi melemah 0,35% melawan dolar AS sepanjang pekan ini.
Euro
Menghadapi rupiah, mata uang 19 negara ini jeblok 0,34% di hari Senin. Penguatan rupiah bahkan terjadi saat euro mendapat momentum penguatan dari European Central Bank (ECB) yang mengindikasikan tidak akan memangkas suku bunga di tahun ini.
Presiden AS Donald Trump yang mengkritik proyek kerja sama Rusia - Jerman membuat euro jeblok, rupiah pun mendapat keuntungan. Sepanjang pekan ini rupiah berhasil membukukan penguatan 0,29%, meski masih bisa lebih bagus lagi seandainya tidak melemah dalam dua hari terakhir.
NEXT
Poundsterling Inggris
Mata uang Inggris ini menjadi yang paling menderita menghadapi rupiah pekan ini, di hari Senin saja sudah dibuat melemah 0,44%. Kinerja pound memang sedang buruk di pekan ini akibat isu politik di Inggris.
Boris Johnson menjadi kandidat kuat perdana menteri Inggris yang baru, ia merupakan tokoh euroskeptik dan risiko terjadinya Hard Brexit semakin besar. Sepanjang pekan ini rupiah berhasil menguat 0,4% melawan poundsterling, sekali lagi penguatan bisa lebih besar seandainya dua hari terakhir rupiah bisa bertahan.
Yen Jepang
Menyandang status safe haven maka wajar jika yen mampu menaklukkan rupiah di pekan ini. Tetapi yen sempat dibuat melemah tiga hari berturut-turut di awal pekan.
Memanasnya situasi di Timur Tengah setelah adanya ledakan dua kapal tanker, dan AS menuduh Iran yang menyerang kapal-kapal tersebut. Yen pun kembali berjaya, belum lagi data-data ekonomi dari Indonesia yang mengecewakan, membuat rupiah melemah 0,33%.
Franc Swiss
Meski menyandang status safe haven seperti yen, namun franc harus bertekuk lutut di hadapan rupiah di pekan ini setelah dibuat melemah selama Senin – Rabu. Pengumuman kebijakan moneter Bank Sentral Swiss pada hari Kamis (13/6/19) belum banyak membantu franc membalikkan keadaan. Sepanjang pekan ini rupiah berhasil menguat 0,39%.
Yuan China
Pada hari Senin, rupiah sempat menekan turun yuan sebesar 0,75% hingga ke level terendah sejak 8 Januari 2019. Namun setelahnya Mata Uang Tiongkok ini perlahan mulai bangkit, bahkan mencatat masing-masing 0,28% dalam dua hari terakhir.
(pap/pap) Next Article Jaga Kestabilan Rupiah, BI-7 D RRR Diprediksi Sulit
Mata Uang Garuda masih merasakan euforia dari kenaikan rating kredit Indonesia oleh S&P menjadi BBB dari sebelumnya BBB-, serta Bank Dunia yang tetap memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,2%, lebih tinggi dati rata-rata negara berkembang lainnya sebesar 4,0%.
Rupiah akan terus menguat mengingat mata uang utama lainnya tidak dalam kondisi bagus, tetapi kenyataannya berbeda. Rilis data ekonomi Indonesia dua hari terakhir berdampak negatif bagi rupiah.
Berikut akhir perjalan rupiah di pekan ini menghadapi mata uang dunia, berdasarkan data dari Refinitiv.
Dolar AS
Mata uang Paman Sam ini dibuat melemah 0,18% pada hari Senin, bahkan membukukan penurunan 3 hari berturut-turut hingga Rabu (12/6/19). Selain rupiah yang sedang perkasa, dolar AS juga sedang terbebani spekulasi pemangkasan suku bunga Federal Reserve (The Fed) sebanyak tiga kali di tahun ini.
Namun arah angin berbalik dalam dua hari terakhir, rupiah masing-masing melemah 0,32%. Total rupiah menjadi melemah 0,35% melawan dolar AS sepanjang pekan ini.
Euro
Menghadapi rupiah, mata uang 19 negara ini jeblok 0,34% di hari Senin. Penguatan rupiah bahkan terjadi saat euro mendapat momentum penguatan dari European Central Bank (ECB) yang mengindikasikan tidak akan memangkas suku bunga di tahun ini.
Presiden AS Donald Trump yang mengkritik proyek kerja sama Rusia - Jerman membuat euro jeblok, rupiah pun mendapat keuntungan. Sepanjang pekan ini rupiah berhasil membukukan penguatan 0,29%, meski masih bisa lebih bagus lagi seandainya tidak melemah dalam dua hari terakhir.
NEXT
Poundsterling Inggris
Mata uang Inggris ini menjadi yang paling menderita menghadapi rupiah pekan ini, di hari Senin saja sudah dibuat melemah 0,44%. Kinerja pound memang sedang buruk di pekan ini akibat isu politik di Inggris.
Boris Johnson menjadi kandidat kuat perdana menteri Inggris yang baru, ia merupakan tokoh euroskeptik dan risiko terjadinya Hard Brexit semakin besar. Sepanjang pekan ini rupiah berhasil menguat 0,4% melawan poundsterling, sekali lagi penguatan bisa lebih besar seandainya dua hari terakhir rupiah bisa bertahan.
Yen Jepang
Menyandang status safe haven maka wajar jika yen mampu menaklukkan rupiah di pekan ini. Tetapi yen sempat dibuat melemah tiga hari berturut-turut di awal pekan.
Memanasnya situasi di Timur Tengah setelah adanya ledakan dua kapal tanker, dan AS menuduh Iran yang menyerang kapal-kapal tersebut. Yen pun kembali berjaya, belum lagi data-data ekonomi dari Indonesia yang mengecewakan, membuat rupiah melemah 0,33%.
Franc Swiss
Meski menyandang status safe haven seperti yen, namun franc harus bertekuk lutut di hadapan rupiah di pekan ini setelah dibuat melemah selama Senin – Rabu. Pengumuman kebijakan moneter Bank Sentral Swiss pada hari Kamis (13/6/19) belum banyak membantu franc membalikkan keadaan. Sepanjang pekan ini rupiah berhasil menguat 0,39%.
Yuan China
Pada hari Senin, rupiah sempat menekan turun yuan sebesar 0,75% hingga ke level terendah sejak 8 Januari 2019. Namun setelahnya Mata Uang Tiongkok ini perlahan mulai bangkit, bahkan mencatat masing-masing 0,28% dalam dua hari terakhir.
Dalam sepekan ini, rupiah yang awalnya berjaya melawan yuan harus berakhir di zona merah, melemah sebesar 0,19%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Jaga Kestabilan Rupiah, BI-7 D RRR Diprediksi Sulit
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular