Penjualan Ritel Melesat, Tapi Sayang Tak Bisa Selamatkan IHSG

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
14 June 2019 12:30
Penjualan Ritel Melesat, Tapi Sayang Tak Bisa Selamatkan IHSG
Foto: Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia - Pasca terkoreksi dalam 2 hari perdagangan terakhir, pada hari ini bursa saham Indonesia kembali terkulai. Walaupun menguat 0,08% pada pembukaan perdagangan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengakhiri perdagangan sesi 1 dengan koreksi sebesar 0,36% ke level 6.250,78.

Kinerja IHSG berbanding terbalik dengan mayoritas bursa saham utama kawasan Asia yang sedang ditransaksikan melemah: indeks Shanghai turun 0,26%, indeks Hang Seng turun 0,52%, dan indeks Kospi turun 0,37%.

Potensi eskalasi perang dagang AS-China menjadi faktor yang menekan kinerja bursa saham Benua Kuning. Sebelumnya, sempat terdapat optimisme bahwa Presiden AS Donald Trump akan melakukan dialog dengan Presiden China Xi Jinping ketika gelaran KTT G-20 berlangsung pada akhir bulan ini di Jepang.

Namun, semakin mendekati akhir bulan Juni, pertemuan Trump dengan Xi masih abu-abu, belum ada kepastian, walau memang Washington masih ingin kedua pemimpin negara bertemu guna membuka jalan menuju damai dagang.

"Namun belum ada proses formalisasi," ujar Lawrence Kudlow, Penasihat Ekonomi Gedung Putih, mengutip Reuters.

Sebelumnya, pejabat senior di lingkungan pemerintahan China mengungkapkan bahwa Beijing bahkan belum melakukan apapun terkait rencana pertemuan Trump-Xi.

"Bagi China, yang penting adalah protokol dan bagaimana beliau dihormati. China tidak ingin Xi pergi ke sebuah pertemuan yang akan mempermalukan dirinya," tegas sang pejabat, dikutip dari Reuters.

Sekedar mengingatkan, Trump sebelumnya sudah mengancam bahwa dirinya akan akan membebankan bea masuk tambahan bagi produk impor asal China jika Xi sampai tak menemuinya di sela-sela KTT G-20 nanti.

Belum tereskalasi lagi saja, perekonomian China sudah begitu tertekan. Belum lama ini, penjualan mobil periode Mei 2019 diumumkan anjok hingga 16,4% secara tahunan, menandai penurunan selama 11 bulan beruntun. Kontraksi pada bulan Mei juga lebih buruk ketimbang kontraksi pada bulan April yang sebesar 14,6%.

Mengingat posisi China sebagai negara dengan nilai perekonomian terbesar kedua di dunia, tekanan terhadap perekonomian China pastilah memberi dampak negatif yang relatif signifikan bagi negara-negara lain.
Dari dalam negeri, sejatinya ada sentimen positif bagi bursa saham tanah air yakni rilis angka pertumbuhan penjualan barang-barang ritel. Melalui Survei Penjualan Eceran (SPE) periode April 2019, Bank Indonesia (BI) mencatat bahwa penjualan barang-barang ritel di tanah air tumbuh hingga 6,7% secara tahunan (year-on-year/YoY) pada bulan April, jauh mengalahkan capaian periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar 4,1%.

Lantas, sepanjang 4 bulan pertama tahun ini pertumbuhan penjualan barang-barang ritel selalu berhasil mengalahkan capaian periode yang sama tahun sebelumnya. Untuk periode Januari 2019, penjualan barang-barang ritel tumbuh sebesar 7,2%, lebih baik dari capaian Januari 2018 yakni kontraksi sebesar 1,8%.

Untuk periode Februari 2019, penjualan barang-barang ritel tumbuh sebesar 9,1%, lebih baik dari capaian Februari 2018 yakni pertumbuhan sebesar 1,5%. Beralih ke periode Maret 2019, penjualan barang-barang ritel tumbuh sebesar 10,1%, lebih baik dari capaian Maret 2018 yakni pertumbuhan sebesar 2,5%.

Memasuki bulan Ramadan, pertumbuhan penjualan ritel bisa dijaga di level yang relatif tinggi. Penyebabnya apa lagi kalau bukan distribusi Tunjangan Hari Raya (THR). Angka sementara yang dipublikasikan BI menunjukkan bahwa penjualan barang-barang ritel tumbuh sebesar 9% pada bulan Mei, mengalahkan pertumbuhan pada Mei 2018 yang sebesar 8,3%.

Sejatinya, rilis data ini bisa mendorong pelaku pasar untuk mengoleksi saham-saham sektor barang konsumsi lantaran konsumsi masyarakat Indonesia terbukti sedang kuat. Namun, panasnya bara perang dagang AS-China membuat sentimen positif ini tak dimanfaatkan oleh pelaku pasar. Per akhir sesi 1, indeks sektor barang konsumsi justru jatuh hingga 0,82%, menjadikannya sektor dengan kontribusi terbesar bagi koreksi IHSG.

Saham-saham barang konsumsi yang dilego pelaku pasar di antaranya: PT Unilever Indonesia Tbk/UNVR (-1,11%), PT Gudang Garam Tbk/GGRM (-1,23%), PT Kalbe Farma Tbk/KLBF (-0,35%), PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk/SIDO (-1,45%), dan PT HM Sampoerna Tbk/HMSP (-1,18%).

TIM RISET CNBC INDONESIA
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular