
Penjualan Ritel Melesat, Tapi Sayang Tak Bisa Selamatkan IHSG
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
14 June 2019 12:30

Dari dalam negeri, sejatinya ada sentimen positif bagi bursa saham tanah air yakni rilis angka pertumbuhan penjualan barang-barang ritel. Melalui Survei Penjualan Eceran (SPE) periode April 2019, Bank Indonesia (BI) mencatat bahwa penjualan barang-barang ritel di tanah air tumbuh hingga 6,7% secara tahunan (year-on-year/YoY) pada bulan April, jauh mengalahkan capaian periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar 4,1%.
Lantas, sepanjang 4 bulan pertama tahun ini pertumbuhan penjualan barang-barang ritel selalu berhasil mengalahkan capaian periode yang sama tahun sebelumnya. Untuk periode Januari 2019, penjualan barang-barang ritel tumbuh sebesar 7,2%, lebih baik dari capaian Januari 2018 yakni kontraksi sebesar 1,8%.
Untuk periode Februari 2019, penjualan barang-barang ritel tumbuh sebesar 9,1%, lebih baik dari capaian Februari 2018 yakni pertumbuhan sebesar 1,5%. Beralih ke periode Maret 2019, penjualan barang-barang ritel tumbuh sebesar 10,1%, lebih baik dari capaian Maret 2018 yakni pertumbuhan sebesar 2,5%.
Memasuki bulan Ramadan, pertumbuhan penjualan ritel bisa dijaga di level yang relatif tinggi. Penyebabnya apa lagi kalau bukan distribusi Tunjangan Hari Raya (THR). Angka sementara yang dipublikasikan BI menunjukkan bahwa penjualan barang-barang ritel tumbuh sebesar 9% pada bulan Mei, mengalahkan pertumbuhan pada Mei 2018 yang sebesar 8,3%.
Sejatinya, rilis data ini bisa mendorong pelaku pasar untuk mengoleksi saham-saham sektor barang konsumsi lantaran konsumsi masyarakat Indonesia terbukti sedang kuat. Namun, panasnya bara perang dagang AS-China membuat sentimen positif ini tak dimanfaatkan oleh pelaku pasar. Per akhir sesi 1, indeks sektor barang konsumsi justru jatuh hingga 0,82%, menjadikannya sektor dengan kontribusi terbesar bagi koreksi IHSG.
Saham-saham barang konsumsi yang dilego pelaku pasar di antaranya: PT Unilever Indonesia Tbk/UNVR (-1,11%), PT Gudang Garam Tbk/GGRM (-1,23%), PT Kalbe Farma Tbk/KLBF (-0,35%), PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk/SIDO (-1,45%), dan PT HM Sampoerna Tbk/HMSP (-1,18%).
TIM RISET CNBC INDONESIA (ank/hps)
Lantas, sepanjang 4 bulan pertama tahun ini pertumbuhan penjualan barang-barang ritel selalu berhasil mengalahkan capaian periode yang sama tahun sebelumnya. Untuk periode Januari 2019, penjualan barang-barang ritel tumbuh sebesar 7,2%, lebih baik dari capaian Januari 2018 yakni kontraksi sebesar 1,8%.
Untuk periode Februari 2019, penjualan barang-barang ritel tumbuh sebesar 9,1%, lebih baik dari capaian Februari 2018 yakni pertumbuhan sebesar 1,5%. Beralih ke periode Maret 2019, penjualan barang-barang ritel tumbuh sebesar 10,1%, lebih baik dari capaian Maret 2018 yakni pertumbuhan sebesar 2,5%.
Sejatinya, rilis data ini bisa mendorong pelaku pasar untuk mengoleksi saham-saham sektor barang konsumsi lantaran konsumsi masyarakat Indonesia terbukti sedang kuat. Namun, panasnya bara perang dagang AS-China membuat sentimen positif ini tak dimanfaatkan oleh pelaku pasar. Per akhir sesi 1, indeks sektor barang konsumsi justru jatuh hingga 0,82%, menjadikannya sektor dengan kontribusi terbesar bagi koreksi IHSG.
Saham-saham barang konsumsi yang dilego pelaku pasar di antaranya: PT Unilever Indonesia Tbk/UNVR (-1,11%), PT Gudang Garam Tbk/GGRM (-1,23%), PT Kalbe Farma Tbk/KLBF (-0,35%), PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk/SIDO (-1,45%), dan PT HM Sampoerna Tbk/HMSP (-1,18%).
TIM RISET CNBC INDONESIA (ank/hps)
Pages
Most Popular