Kemarin Rupiah Terlemah Asia, Sekarang Sama Saja...

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
14 June 2019 12:13
Faktor Domestik Malah Membebani
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia)
Sedangkan dari dalam negeri, juga ada dua sentimen negatif bagi rupiah. Pertama, sepertinya aksi ambil untung (profit taking) masih mendera rupiah. Memang benar rupiah sudah melemah kemarin, bahkan menjadi mata uang terlemah di Asia. 

Namun itu belum cukup. Dalam sebulan terakhir, rupiah masih menguat 1,11%. Artinya masih ada keuntungan yang bisa dicairkan oleh investor kapan saja. Gerak rupiah akan selalu dibayangi oleh profit taking

Kedua, data ekonomi terbaru juga kurang menggembirakan. Bank Indonesia (BI) melaporkan penjualan ritel pada April tumbuh 6,7% year-on-year (YoY), jauh melambat dibandingkan pertumbuhan bulan sebelumnya yaitu 10,1%. Pertumbuhan penjualan ritel pada April menjadi yang terlemah sejak November 2018. 



Memang April belum menjadi puncak konsumsi masyarakat, karena Ramadan baru jatuh pada awal Mei. Namun data ini memberi gambaran bahwa masyarakat agak hati-hati dalam berbelanja, sebuah sinyal perlambatan konsumsi rumah tangga. 

Padahal konsumsi rumah tangga adalah komponen terbesar dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), dengan porsi nyaris 60%. Ketika komponen ini bermasalah, maka pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan akan ikut tertahan. 

Risiko pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah dari perkiraan membuat investor pikir-pikir untuk masuk ke pasar keuangan Indonesia. Tidak heran rupiah kekurangan 'darah' sehingga bergerak melemah.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular