
Wah, Sri Mulyani Sebut 2020 Rupiah Bisa ke Rp 15.000/US$
Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
13 June 2019 19:36

Jakarta, CNBC Indonesia - Ketidakpastian masih menyelimuti perekonomian global. Hal ini tentunya memberikan dampak negatif terhadap dalam negeri.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan ketidakpastian yang cukup besar ini membuat proyeksi ekonomi global tumbuh terbatas.
"2020 itu komoditas agak flat. Perang dagang yang belum terlihat perkembangan positifnya juga berpengaruh," jelasnya di Komisi XI DPR, Kamis (13/6/2019).
Sri Mulyani memberikan range asumsi 2020 yang menjadi acuan penyusunan RAPBN 2020. Berikut range asumsi makro untuk 2020 :
"Kita memiliki defisit neraca berjalan yang menimbulkan konsekuensi nilai tukar rupiah berpengaruh. Faktor yang mendorong positif dampak ke nilai tukar adalah arah kebijakan moneter Fed yang akan melakukan penurunan suku bunga pada separuh tahun terakhir," tuturnya.
"Dan capital inflow karena perbaikan sentimen ekonomi Indonesia dengan rating meningkat dan daya tarik pertumbuhan Indonesia lebih tinggi dibanding negara emerging lain," tutup Sri Mulyani.
(dru/dru) Next Article Dolar AS Tembus Rp15.200, Sri Mulyani: Lebih Lemah dari APBN
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan ketidakpastian yang cukup besar ini membuat proyeksi ekonomi global tumbuh terbatas.
"2020 itu komoditas agak flat. Perang dagang yang belum terlihat perkembangan positifnya juga berpengaruh," jelasnya di Komisi XI DPR, Kamis (13/6/2019).
- Pertumbuhan Ekonomi 5,3-5,6%
- Investasi 7-7,4%
- Inflasi 2-4%
- Suku bunga SPN 3 Bulan 5-5,6%
- ICP US$ 60-70 barel per hari
- Lifting Minyak 695-840 ribu barel per hari
- Lifting Gas 1.091-1.300 ribu per hari
"Kita memiliki defisit neraca berjalan yang menimbulkan konsekuensi nilai tukar rupiah berpengaruh. Faktor yang mendorong positif dampak ke nilai tukar adalah arah kebijakan moneter Fed yang akan melakukan penurunan suku bunga pada separuh tahun terakhir," tuturnya.
"Dan capital inflow karena perbaikan sentimen ekonomi Indonesia dengan rating meningkat dan daya tarik pertumbuhan Indonesia lebih tinggi dibanding negara emerging lain," tutup Sri Mulyani.
(dru/dru) Next Article Dolar AS Tembus Rp15.200, Sri Mulyani: Lebih Lemah dari APBN
Most Popular