
Khawatir Perang Dagang Tereskalasi, Bursa Saham Asia Melemah
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
13 June 2019 17:34

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas bursa saham utama kawasan Asia mengakhiri perdagangan hari ini di zona merah: indeks Nikkei turun 0,46%, indeks Hang Seng turun 0,05%, dan indeks Kospi turun 0,27%.
Kekhawatiran bahwa perang dagang AS-China akan tereskalasi menjadi faktor utama yang memantik aksi jual di bursa saham Benua Kuning. Sebelumnya, sempat terdapat optimisme bahwa Presiden AS Donald Trump akan melakukan dialog dengan Presiden China Xi Jinping ketika gelaran KTT G-20 berlangsung pada akhir bulan ini di Jepang.
Pelaku pasar menaruh harapan yang besar terhadap pertemuan Trump dan Xi tersebut jika nantinya benar terealisasi. Pasalnya, kali terakhir Trump bertemu dengan Xi di sela-sela KTT G-20 pada bulan Desember lalu di Argentina, keduanya berhasil menyepakati gencatan senjata selama tiga bulan.
Selama periode gencatan senjata tersebut, keduanya tak akan mengerek bea masuk untuk importasi produk dari masing-masing negara. Gencatan senjata ini kemudian diperpanjang oleh Trump seiring dengan perkembangan negosiasi dagang yang positif.
Sayang, pertemuan Trump dan Xi ternyata masih begitu samar. Dengan waktu kurang dari tiga minggu, sejauh ini persiapan ke arah sana masih sangat minim.
Sebagaimana dilaporkan Reuters, pejabat senior di lingkungan pemerintahan China menyatakan belum melakukan apapun terkait rencana pertemuan Trump-Xi. "Bagi China, yang penting adalah protokol dan bagaimana beliau dihormati. China tidak ingin Xi pergi ke sebuah pertemuan yang akan mempermalukan dirinya," tegas sang pejabat.
Sekedar mengingatkan, Trump sebelumnya sudah mengancam bahwa akan membebankan bea masuk tambahan bagi produk impor asal China jika Xi sampai tak menemuinya di sela-sela KTT G-20 nanti.
Selain itu, bursa saham Asia juga masih merespons negatif aksi demonstrasi besar-besaran di Hong Kong. Demonstrasi besar-besaran sejak akhir pekan lalu itu mencapai puncaknya kemarin (12/6/2019) kala aparat kepolisian menembakkan gas air mata ke arah ratusan ribu demonstran. Pada perdagangan kemarin, indeks Hang Seng anjlok hingga 1,73%.
Aksi ini dilandasi oleh kekecewaan mereka terkait dengan pembahasan rancangan undang-undang ekstradisi ke China. Bila disahkan, aturan itu dianggap sebagai penyerahan otonomi Hong Kong kepada China. Beberapa politisi dari partai oposisi juga mengungkapkan ketidakpercayaannya atas sistem hukum dan perlindungan hak asasi manusia di China.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/ank) Next Article Top! Awal Tahun Bursa Asia Hijau, Tanda akan Bangkitkah?
Kekhawatiran bahwa perang dagang AS-China akan tereskalasi menjadi faktor utama yang memantik aksi jual di bursa saham Benua Kuning. Sebelumnya, sempat terdapat optimisme bahwa Presiden AS Donald Trump akan melakukan dialog dengan Presiden China Xi Jinping ketika gelaran KTT G-20 berlangsung pada akhir bulan ini di Jepang.
Pelaku pasar menaruh harapan yang besar terhadap pertemuan Trump dan Xi tersebut jika nantinya benar terealisasi. Pasalnya, kali terakhir Trump bertemu dengan Xi di sela-sela KTT G-20 pada bulan Desember lalu di Argentina, keduanya berhasil menyepakati gencatan senjata selama tiga bulan.
Sayang, pertemuan Trump dan Xi ternyata masih begitu samar. Dengan waktu kurang dari tiga minggu, sejauh ini persiapan ke arah sana masih sangat minim.
Sebagaimana dilaporkan Reuters, pejabat senior di lingkungan pemerintahan China menyatakan belum melakukan apapun terkait rencana pertemuan Trump-Xi. "Bagi China, yang penting adalah protokol dan bagaimana beliau dihormati. China tidak ingin Xi pergi ke sebuah pertemuan yang akan mempermalukan dirinya," tegas sang pejabat.
Sekedar mengingatkan, Trump sebelumnya sudah mengancam bahwa akan membebankan bea masuk tambahan bagi produk impor asal China jika Xi sampai tak menemuinya di sela-sela KTT G-20 nanti.
Selain itu, bursa saham Asia juga masih merespons negatif aksi demonstrasi besar-besaran di Hong Kong. Demonstrasi besar-besaran sejak akhir pekan lalu itu mencapai puncaknya kemarin (12/6/2019) kala aparat kepolisian menembakkan gas air mata ke arah ratusan ribu demonstran. Pada perdagangan kemarin, indeks Hang Seng anjlok hingga 1,73%.
Aksi ini dilandasi oleh kekecewaan mereka terkait dengan pembahasan rancangan undang-undang ekstradisi ke China. Bila disahkan, aturan itu dianggap sebagai penyerahan otonomi Hong Kong kepada China. Beberapa politisi dari partai oposisi juga mengungkapkan ketidakpercayaannya atas sistem hukum dan perlindungan hak asasi manusia di China.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/ank) Next Article Top! Awal Tahun Bursa Asia Hijau, Tanda akan Bangkitkah?
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular