
Sudah 4 Hari 'Nanjak', Nafas Rupiah Habis
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
13 June 2019 08:30

Dolar AS memang sedang terombang-ambing. Posisinya tidak jelas, punya potensi untuk menguat tetapi menanggung beban berat sehingga malah cenderung melemah.
Pada pukul 08:11 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) melemah 0,04%. Sebenarnya dolar AS punya ruang untuk menguat karena Dollar Index sudah berkurang 0,57% dalam sebulan terakhir. Sejak awal Juni, koreksi indeks ini mencapai 0,8%.
Ini menggambarkan dolar AS sebenarnya sudah murah. Semestinya situasi ini membuat investor memburu mata uang Negeri Paman Sam.
Namun langkah dolar AS terbeban oleh ekspektasi penurunan suku bunga acuan. Data terbaru di AS menunjukkan tanda-tanda perlambatan ekonomi kian terlihat sehingga butuh stimulus dari berbagai sisi, termasuk suku bunga.
Pada Mei, inflasi di Negeri Adidaya tercatat 0,1% month-on-month (MoM) dan 1,8% year-on-year (YoY). Melambat dibandingkan laju bulan sebelumnya yaitu 0,3% MoM dan 1,9% YoY.
Inflasi yang moderat menandakan aktivitas ekonomi kurang bergairah. Ini memberi ruang bagi The Fed untuk menurunkan suku bunga acuan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
Bagi dolar AS, penurunan suku bunga bukan kabar baik. Sebab penurunan suku bunga akan membuat berinvestasi di aset-aset berbasis mata uang ini (utamanya di instrumen berpendapatan tetap seperti obligasi) kurang menguntungkan.
Terjebak di antara dua sentimen ini, dolar AS seperti masuk alam limbo. Tidak diterima dunia, tetapi tidak boleh memasuki alam berikutnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Pada pukul 08:11 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) melemah 0,04%. Sebenarnya dolar AS punya ruang untuk menguat karena Dollar Index sudah berkurang 0,57% dalam sebulan terakhir. Sejak awal Juni, koreksi indeks ini mencapai 0,8%.
Ini menggambarkan dolar AS sebenarnya sudah murah. Semestinya situasi ini membuat investor memburu mata uang Negeri Paman Sam.
Pada Mei, inflasi di Negeri Adidaya tercatat 0,1% month-on-month (MoM) dan 1,8% year-on-year (YoY). Melambat dibandingkan laju bulan sebelumnya yaitu 0,3% MoM dan 1,9% YoY.
Inflasi yang moderat menandakan aktivitas ekonomi kurang bergairah. Ini memberi ruang bagi The Fed untuk menurunkan suku bunga acuan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
Bagi dolar AS, penurunan suku bunga bukan kabar baik. Sebab penurunan suku bunga akan membuat berinvestasi di aset-aset berbasis mata uang ini (utamanya di instrumen berpendapatan tetap seperti obligasi) kurang menguntungkan.
Terjebak di antara dua sentimen ini, dolar AS seperti masuk alam limbo. Tidak diterima dunia, tetapi tidak boleh memasuki alam berikutnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular