
Perbesar Porsi Ritel, Aturan E-Bookbuilding Berlaku Oktober
Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
12 June 2019 12:14

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Efek Indonesia (BEI) menegaskan akan menerapkan sistem penjatahan elektronik (electronic bookbuilding) saat penawaran umum saham perdana atau initial public offering (IPO) pada Oktober mendatang, meleset dari target semula pada semester pertama 2019.
(tas) Next Article Ini Jurus Ampuh BEI Jegal IPO Saham Gorengan
Implementasi kebijakan ini guna menghindari distribusi saham yang tidak merata antara investor ritel dan institusi.
Direktur Penilaian BEI, I Gede Nyoman Yetna Setia mengatakan saat ini BEI bersama dengan Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI), dan Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) dalam proses untuk melakukan uji coba terhadap sistem yang akan diterapkan tersebut.
"Uji coba untuk sistem [electronic bookbuilding] kan masih dalam proses menunggu sistemnya bisa rampung dulu," ujar Nyoman, kepada awak media di Gedung BEI, Selasa (12/6/2019).
Ia menyebut, sebelum diterapkan, akan ada pilot project atau pengujian mengenai aturan baru tersebut. "[Launching] enggak molor, sesuai dengan schedule, nanti akan ada seperti pilot project dulu untuk penerapan electronic bookbuilding," ujar Nyoman.
Dengan adanya electronic bookbuilding tersebut diharapkan bisa menjangkau investor yang lebih luas dan memberikan persebaran yang lebih baik bagi investor ritel dalam memasukkan penawaran awal (bookbuilding) saham-saham perusahaan yang melangsungkan IPO.
Selain itu, penjatahan kepada investor ritel juga diklaim bisa lebih transparan.
Dalam kesempatan sebelumnya, Kepala Eksekutif Pasar Modal Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Hoesen mengatakan batasan minimum alokasi tersebut akan dibuat secara bertahap mulai dari 10% hingga 40%.
Penyesuaian batas minimum penjatahan untuk investor ritel tersebut disesuaikan dengan masukan dari pelaku pasar.
"Nantinya penjatahan saham saat IPO semua melalui e-bookbuilding jadi semuanya diketahui OJK. Untuk ritel kami usulkan penjatahannya bisa sampai 40%, tapi akan diterapkan secara bertahap dulu mulai dari 10%," kata Hoesen, di Bandung, Sabtu (6/04/2019).
Hoesen menambahkan pasar modal Indonesia akan berkembang besar jika jumlah investor ritelnya besar. "Kebijakan saya cenderung pro ritel, karena masa depan kita [industri pasar modal] ada di investor ritel," tandas Hoesen.
Direktur Penilaian BEI, I Gede Nyoman Yetna Setia mengatakan saat ini BEI bersama dengan Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI), dan Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) dalam proses untuk melakukan uji coba terhadap sistem yang akan diterapkan tersebut.
Ia menyebut, sebelum diterapkan, akan ada pilot project atau pengujian mengenai aturan baru tersebut. "[Launching] enggak molor, sesuai dengan schedule, nanti akan ada seperti pilot project dulu untuk penerapan electronic bookbuilding," ujar Nyoman.
Dengan adanya electronic bookbuilding tersebut diharapkan bisa menjangkau investor yang lebih luas dan memberikan persebaran yang lebih baik bagi investor ritel dalam memasukkan penawaran awal (bookbuilding) saham-saham perusahaan yang melangsungkan IPO.
Dalam kesempatan sebelumnya, Kepala Eksekutif Pasar Modal Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Hoesen mengatakan batasan minimum alokasi tersebut akan dibuat secara bertahap mulai dari 10% hingga 40%.
Penyesuaian batas minimum penjatahan untuk investor ritel tersebut disesuaikan dengan masukan dari pelaku pasar.
"Nantinya penjatahan saham saat IPO semua melalui e-bookbuilding jadi semuanya diketahui OJK. Untuk ritel kami usulkan penjatahannya bisa sampai 40%, tapi akan diterapkan secara bertahap dulu mulai dari 10%," kata Hoesen, di Bandung, Sabtu (6/04/2019).
Hoesen menambahkan pasar modal Indonesia akan berkembang besar jika jumlah investor ritelnya besar. "Kebijakan saya cenderung pro ritel, karena masa depan kita [industri pasar modal] ada di investor ritel," tandas Hoesen.
(tas) Next Article Ini Jurus Ampuh BEI Jegal IPO Saham Gorengan
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular