Rupiah Masih Kuat di Kurs Tengah BI, Tapi Terpeleset di Spot

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
12 June 2019 10:27
Rupiah Masih Kuat di Kurs Tengah BI, Tapi Terpeleset di Spot
Ilustrasi Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih menguat di kurs tengah Bank Indonesia (BI). Namun di pasar spot, rupiah terpeleset. 

Pada Rabu (12/6/2019), kurs tengah BI atau kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.234. Rupiah menguat 0,17% dibandingkan posisi hari sebelumnya. 

Namun di pasar spot, rupiah yang awalnya menguat malah tergelincir. Kala pembukaan pasar, rupiah menguat 0,11%. Tidak sekadar menguat, rupiah bahkan menjadi yang terbaik di Asia. 


Namun kemudian mata uang Tanah Air limbung. Pada pukul 10:10 WIB, US$ 1 dibanderol Rp 14.235, sama persis dengan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya alias stagnan. 

Tidak cuma rupiah, beberapa mata uang utama Asia yang awalnya perkasa pun kini berbalik menyerah di hadapan dolar AS. Yuan China, rupee India, won Korea Selatan, ringgit Malaysia, peso Filipina, dolar Singapura, sampai dolar Taiwan seluruhnya melemah. 

Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning pada pukul 10:11 WIB: 

 


(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Setelah tertekan cukup lama, dolar AS mulai bisa melawan balik. Pada pukul 10:13 WIB, Dollar Index (yang menggambarkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) menguat 0,02%. 

Mata uang Negeri Paman Sam memang menyimpan energi untuk rebound. Dalam sepekan terakhir, Dollar Index sudah terkoreksi 0,63%. Bahkan sejak awal Juni, koreksinya mencapai 1,08%. 

Ini membuat dolar AS menjadi relatif murah dan menarik minat investor. Aksi beli sepertinya mulai terjadi sehingga nilai tukar dolar AS menguat. 



Namun sepertinya penguatan dolar AS ini hanya gertakan sesaat. Sebab dalam jangka yang lebih panjang, mata uang ini berpotensi melemah karena ekspektasi penurunan suku bunga acuan. 

Mengutip CME Fedwatch, The Federal Reserve/The Fed diperkirakan sudah memulai siklus penurunan suku bunga acuan pada bulan depan. Peluang pemotongan Federal Funds Rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 2-2,25% pada Juli mencapai 67,2%. 

Bagi dolar AS, penurunan suku bunga bukan kabar baik. Sebab penurunan suku bunga akan membuat berinvestasi di aset-aset berbasis mata uang ini (utamanya di instrumen berpendapatan tetap seperti obligasi) kurang menguntungkan. 



TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular