
Sisa Sentimen Positif Pekan Lalu Masih Angkat Harga Obligasi
Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
11 June 2019 20:15

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah masih menguat akibat sentimen positif dari probabilitas penurunan suku bunga acuan global karena ancaman perlambatan ekonomi dunia.
Pekan lalu, prediksi pertumbuhan ekonomi dunia oleh Bank Dunia dipangkas 0,3% menjadi 2,6% dari sebelumnya 2,9% sehingga memicu prediksi penurunan suku bunga acuan oleh negara ekonomi utama dunia. Sehingga, sentimen yang masih melanda kemarin masih tersisa hari ini.
Naiknya harga surat utang negara (SUN) itu tidak senada dengan koreksi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang yang lain. Data Refinitiv menunjukkan menguatnya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield).
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum. Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun.
Seri acuan yang paling menguat adalah FR0068 yang bertenor 15 tahun dengan penurunan yield 10,6 basis poin (bps) menjadi 8,07%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Sumber: Refinitiv
Sumber: IBPA
Apresiasi pasar obligasi pemerintah hari ini tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) masih menguat. Indeks tersebut naik 0,84 poin (0,34%) menjadi 248,95 dari posisi kemarin 248,09.
Apresiasi SBN hari ini juga membuat selisih (spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 554 bps, menyempit dari posisi kemarin 560 bps. Yield US Treasury 10 tahun naik lagi hingga 2,17% dari posisi kemarin 2,13%.
Terkait dengan pasar US Treasury, saat ini masih terjadi inversi pada tenor 3 bulan-10 tahun, yang lumrah terjadi sejak perang dagang China-AS memanas pada Agustus tahun lalu.
Saat ini pelaku pasar global lebih menantikan inversi yang terjadi pada tenor 3 bulan-10 tahun yang mulai terjadi pada awal tahun tetapi timbul dan tenggelam, sebagai indikator yang lebih menegaskan kembali bahwa potensi resesi AS semakin dekat dibanding inversi tenor lain.
Inversi adalah kondisi lebih tingginya yield seri lebih pendek dibanding yield seri lebih panjang. Inversi tersebut membentuk kurva yield terbalik (inverted yield curve), yang menjadi cerminan investor yang lebih meminati US Treasury seri panjang dibanding yang pendek karena menilai akan terjadi kontraksi jangka pendek, sekaligus indikator adanya potensi tekanan ekonomi bahkan hingga krisis.
Sumber: Refinitiv
Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 949,56 triliun SBN, atau 37,88% dari total beredar Rp 2.506 triliun berdasarkan data per 31 Mei.
Angka kepemilikannya masih positif Rp 56,31 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama.
Meskipun demikian, porsi asing sepanjang Mei tercatat berkurang Rp 13,01 triliun dan untuk periode sepekan yang berakhir 31 Mei sudah turun Rp 1,44 triliun. Penguatan di pasar surat utang hari ini juga terjadi di pasar ekuitas dan pasar uang, yang masing-masingnya naik 0,26% dan 0,07%.
Dari pasar surat utang negara berkembang, koreksi terjadi secara luas dengan penguatan hanya terjadi di pasar Rusia dan Afsel. Di negara maju, penguatan hanya terjadi di pasar OAT Perancis.
Sumber: Refinitiv
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/irv) Next Article SUN Cetak Rekor, Pengamat: SUN RI Masih Menarik Bagi Investor
Pekan lalu, prediksi pertumbuhan ekonomi dunia oleh Bank Dunia dipangkas 0,3% menjadi 2,6% dari sebelumnya 2,9% sehingga memicu prediksi penurunan suku bunga acuan oleh negara ekonomi utama dunia. Sehingga, sentimen yang masih melanda kemarin masih tersisa hari ini.
Naiknya harga surat utang negara (SUN) itu tidak senada dengan koreksi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang yang lain. Data Refinitiv menunjukkan menguatnya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield).
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum. Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun.
Seri acuan yang paling menguat adalah FR0068 yang bertenor 15 tahun dengan penurunan yield 10,6 basis poin (bps) menjadi 8,07%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Yield Obligasi Negara Acuan 11 Jun'19 | |||||
Seri | Jatuh tempo | Yield 10 Jun'19 (%) | Yield 11 Jun'19 (%) | Selisih (basis poin) | Yield wajar IBPA 11 Jun'19 |
FR0077 | 5 tahun | 7.366 | 7.308 | -5.80 | 7.253 |
FR0078 | 10 tahun | 7.742 | 7.718 | -2.40 | 7.6818 |
FR0068 | 15 tahun | 8.18 | 8.074 | -10.60 | 8.0505 |
FR0079 | 20 tahun | 8.25 | 8.212 | -3.80 | 8.1759 |
Avg movement | -5.65 |
Yield Wajar Obligasi Negara Acuan 11 Jun'19 | ||||
Seri | Jatuh tempo | Yield 10 Jun'19 (%) | Yield 11 Jun'19 (%) | Selisih (basis poin) |
FR0077 | 5 tahun | 7.3014 | 7.253 | -4.84 |
FR0078 | 10 tahun | 7.7283 | 7.6818 | -4.65 |
FR0068 | 15 tahun | 8.12 | 8.0505 | -6.95 |
FR0079 | 20 tahun | 8.2263 | 8.1759 | -5.04 |
Avg movement | -5.37 |
Apresiasi pasar obligasi pemerintah hari ini tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) masih menguat. Indeks tersebut naik 0,84 poin (0,34%) menjadi 248,95 dari posisi kemarin 248,09.
Apresiasi SBN hari ini juga membuat selisih (spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 554 bps, menyempit dari posisi kemarin 560 bps. Yield US Treasury 10 tahun naik lagi hingga 2,17% dari posisi kemarin 2,13%.
Terkait dengan pasar US Treasury, saat ini masih terjadi inversi pada tenor 3 bulan-10 tahun, yang lumrah terjadi sejak perang dagang China-AS memanas pada Agustus tahun lalu.
Saat ini pelaku pasar global lebih menantikan inversi yang terjadi pada tenor 3 bulan-10 tahun yang mulai terjadi pada awal tahun tetapi timbul dan tenggelam, sebagai indikator yang lebih menegaskan kembali bahwa potensi resesi AS semakin dekat dibanding inversi tenor lain.
Inversi adalah kondisi lebih tingginya yield seri lebih pendek dibanding yield seri lebih panjang. Inversi tersebut membentuk kurva yield terbalik (inverted yield curve), yang menjadi cerminan investor yang lebih meminati US Treasury seri panjang dibanding yang pendek karena menilai akan terjadi kontraksi jangka pendek, sekaligus indikator adanya potensi tekanan ekonomi bahkan hingga krisis.
Yield US Treasury Acuan 11 Jun'2019 | |||||
Seri | Benchmark | Yield 10 Jun'19 (%) | Yield 11 Jun'19 (%) | Selisih (Inversi) | Satuan Inversi |
UST BILL 2019 | 3 Bulan | 2.279 | 2.279 | 3 bulan-5 tahun | 34.5 |
UST 2020 | 2 Tahun | 1.9 | 1.926 | 2 tahun-5 tahun | -0.8 |
UST 2021 | 3 Tahun | 1.871 | 1.896 | 3 tahun-5 tahun | -3.8 |
UST 2023 | 5 Tahun | 1.911 | 1.934 | 3 bulan-10 tahun | 10.8 |
UST 2028 | 10 Tahun | 2.141 | 2.171 | 2 tahun-10 tahun | -24.5 |
Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 949,56 triliun SBN, atau 37,88% dari total beredar Rp 2.506 triliun berdasarkan data per 31 Mei.
Angka kepemilikannya masih positif Rp 56,31 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama.
Meskipun demikian, porsi asing sepanjang Mei tercatat berkurang Rp 13,01 triliun dan untuk periode sepekan yang berakhir 31 Mei sudah turun Rp 1,44 triliun. Penguatan di pasar surat utang hari ini juga terjadi di pasar ekuitas dan pasar uang, yang masing-masingnya naik 0,26% dan 0,07%.
Dari pasar surat utang negara berkembang, koreksi terjadi secara luas dengan penguatan hanya terjadi di pasar Rusia dan Afsel. Di negara maju, penguatan hanya terjadi di pasar OAT Perancis.
Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang | |||
Negara | Yield 10 Jun'19 (%) | Yield 11 Jun'19 (%) | Selisih (basis poin) |
Brasil | 8.15 | 8.19 | 4.00 |
China | 3.273 | 3.286 | 1.30 |
Jerman | -0.255 | -0.223 | 3.20 |
Perancis | 0.135 | 0.118 | -1.70 |
Inggris | 0.84 | 0.866 | 2.60 |
India | 6.974 | 7.037 | 6.30 |
Jepang | -0.121 | -0.108 | 1.30 |
Malaysia | 3.707 | 3.724 | 1.70 |
Filipina | 5.05 | 5.189 | 13.90 |
Rusia | 7.74 | 7.69 | -5.00 |
Singapura | 2.051 | 2.056 | 0.50 |
Thailand | 2.185 | 2.26 | 7.50 |
Amerika Serikat | 2.141 | 2.171 | 3.00 |
Afrika Selatan | 8.475 | 8.355 | -12.00 |
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/irv) Next Article SUN Cetak Rekor, Pengamat: SUN RI Masih Menarik Bagi Investor
Most Popular