
Sempat Terseok-Seok, Akhir Sesi I IHSG Keluar dari Zona Merah
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
11 June 2019 12:56

Aksi beli yang dilakukan investor asing ikut membantu IHSG merangsek ke zona hijau. Hingga akhir sesi 1, investor asing membukukan beli bersih senilai Rp 10,9 miliar di pasar saham tanah air (pasar reguler). Tak besar memang, tapi sudah cukup untuk membuat IHSG naik tipis hingga siang hari.
Sejatinya, kinerja rupiah sedang tak mendukung bagi investor asing untuk melakukan aksi beli. Hingga siang hari, rupiah melemah 0,09% di pasar spot ke level Rp 14.258/dolar AS. Kala rupiah melemah, investor asing berpotensi menanggung yang namanya kerugian kurs sehingga aksi jual di pasar saham menjadi opsi yang sangat mungkin diambil.
Kondusifnya sentimen eksternal membuat investor asing tetap mengincar saham-saham di tanah air. Dari dalam negeri, ada juga sentimen positif yang menyelimuti yakni dinaikannya peringkat surat utang jangka panjang Indonesia oleh lembaga pemeringkat kenamaan dunia yakni Standard and Poor's (S&P) menjelang libur panjang hari raya Idul Fitri.
"S&P menaikkan peringkat pemerintah Indonesia ke BBB dengan alasan prospek pertumbuhan yang kuat dan kebijakan fiskal yang prudent," tulis S&P dalam keterangan resminya yang dirilis pada hari Jumat (31/5/2019).
Pada 31 Mei 2018 lalu, S&P sempat mengafirmasi peringkat surat utang jangka panjang Indonesia di level di BBB-. Sebagai informasi, level BBB- merupakan level terendah bagi surat utang yang masuk dalam kategori layak investasi (investment-grade).
Dalam laporannya, S&P menuliskan bahwa perekonomian Indonesia berhasil tumbuh lebih tinggi dibandingkan rekan-rekannya di tingkat pendapatan yang sama.
Pertumbuhan riil Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita Indonesia mencapai 4,1% (rata-rata tertimbang 10 tahun), sedangkan negara-negara lain dengan tingkat pendapatan yang sama rata-rata hanya tumbuh 2,2%. Menurut lembaga yang bermarkas di New York, Amerika Serikat (AS) tersebut, hal itu merupakan sebuah prestasi yang mengesankan.
TIM RISET CNBC INDONESIA (ank/hps)
Sejatinya, kinerja rupiah sedang tak mendukung bagi investor asing untuk melakukan aksi beli. Hingga siang hari, rupiah melemah 0,09% di pasar spot ke level Rp 14.258/dolar AS. Kala rupiah melemah, investor asing berpotensi menanggung yang namanya kerugian kurs sehingga aksi jual di pasar saham menjadi opsi yang sangat mungkin diambil.
Kondusifnya sentimen eksternal membuat investor asing tetap mengincar saham-saham di tanah air. Dari dalam negeri, ada juga sentimen positif yang menyelimuti yakni dinaikannya peringkat surat utang jangka panjang Indonesia oleh lembaga pemeringkat kenamaan dunia yakni Standard and Poor's (S&P) menjelang libur panjang hari raya Idul Fitri.
Pada 31 Mei 2018 lalu, S&P sempat mengafirmasi peringkat surat utang jangka panjang Indonesia di level di BBB-. Sebagai informasi, level BBB- merupakan level terendah bagi surat utang yang masuk dalam kategori layak investasi (investment-grade).
Dalam laporannya, S&P menuliskan bahwa perekonomian Indonesia berhasil tumbuh lebih tinggi dibandingkan rekan-rekannya di tingkat pendapatan yang sama.
Pertumbuhan riil Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita Indonesia mencapai 4,1% (rata-rata tertimbang 10 tahun), sedangkan negara-negara lain dengan tingkat pendapatan yang sama rata-rata hanya tumbuh 2,2%. Menurut lembaga yang bermarkas di New York, Amerika Serikat (AS) tersebut, hal itu merupakan sebuah prestasi yang mengesankan.
TIM RISET CNBC INDONESIA (ank/hps)
Pages
Most Popular