Dampak Perang Dagang, Ekspor Tanah Jarang China Anjlok

Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
10 June 2019 17:11
Ekspor mineral tanah jarang China turun sekitar 15% di tengah mencuatnya perang dagang dengan AS.
Foto: Tambang Tanah Jarang (Rare Earth) di China. (Foto: CNBC)
Jakarta, CNBC Indonesia- Kinerja ekspor tanah jarang (rare earths) China turun pada Mei 2019 di tengah mencuatnya ancaman Beijing untuk berhenti memasok tanah jarang ke Amerika Serikat (AS). Mineral tanah jarang umumnya digunakan untuk membuat berbagai barang elektronika.

Data yang dirilis hari Senin (10/6/2019) oleh otoritas bea cukai, China hanya mengekspor 3.639,5 metrik ton tanah jarang pada Mei, turun dari 4.329 metrik ton pada April atau turun sekitar 15%.

Kondisi ini terjadi ketika total ekspor China pada Mei secara tak terduga naik 1,1%, sementara impor turun secara tak diduga sebesar 8,5%. Ini menjadikan surplus perdagangan keseluruhan China secara signifikan lebih tinggi menjadi US$ 41,65 miliar.



Perang dagang antara China dan AS, dua ekonomi terbesar di dunia, meningkat bulan lalu setelah Presiden Donald Trump menaikkan tarif impor barang-barang dari China senilai US$ 200 miliar.

AS menempatkan produk China, Huawei dalam daftar hitam karena masalah keamanan nasional, yang membatasi kemampuan perusahaan-perusahaan Amerika untuk melakukan bisnis dengan raksasa teknologi China.



Sebagai balasan, Beijing menaikkan tarif impor atas barang-barang Amerika senilai US$ 60 miliar dan mengancam akan menghentikan ekspor tanah jarang ke AS.

China adalah produsen tanah jarang terkemuka di dunia. Tanah jarang atau merupakan kelompok mineral yang terdiri dari 17 mineral yang diproduksi dalam jumlah yang cukup langka. Mineral ini digunakan untuk mesin mobil dan elektronika hingga penyulingan minyak dan diesel bersih, juga banyak sistem senjata utama yang diandalkan AS untuk keamanan nasional, termasuk laser dan radar.

Negeri Tirai Bambu ini menghasilkan 120.000 metrik ton atau 70% dari total tanah jarang 2018, menurut Survei Geologi Amerika Serikat. Sebagai perbandingan, AS menambang hanya 15.000 metrik ton tanah jarang pada 2018.



Para ahli memperdebatkan tentang apakah ancaman tanah jarang di Beijing bisa menjadi pengubah permainan dalam perang dagang yang sedang berlangsung.

Beberapa di antaranya berpendapat bahwa AS lebih bergantung pada pasokan China daripada yang ditunjukan dalam data perdagangan saat ini, sehingga jika China membatasi ekspor tanah jarang maka dapat merusak berbagai industri Amerika, seperti pertahanan dan otomotif. Namun, yang lain mengatakan sektor manufaktur Amerika bukanlah konsumen besar tanah jarang, sehingga kemampuan Beijing untuk menggunakan mineral-mineral itu sebagai ancaman sangat terbatas.
(hoi) Next Article Investor AS & China Rebutan Tanah Jarang RI

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular