Seminggu Absen, Rupiah Langsung Jadi Macan Asia!

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
10 June 2019 08:25
Inflasi Tenang, Rupiah Terbang
Ilustrasi Rupiah (CNBC Indonesia/A Kristiantp)
Sedangkan dari dalam negeri, investor menantikan rilis data inflasi Mei yang akan dirilis pada pukul 11:00 WIB. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan inflasi bulanan (month-on-month) berada di 0,53%. Sementara inflasi year-on-year (YoY) diramal 3,165% dan inflasi inti YoY sebesar 3,08%. 


Inflasi bulanan yang sebesar 0,53% bisa dibilang minim, mengingat sejak awal Mei (tepatnya 5 Mei) Indonesia sudah memasuki Ramadan. Sudah menjadi rahasia umum bahwa periode Ramadan-Idul Fitri merupakan puncak konsumsi masyarakat yang otomatis menjadi puncak inflasi. 

Namun pada Ramadan kali ini, inflasi bulanan 'hanya' 0,53%. Pada 2018, inflasi Ramadan adalah 0,21% pada Mei dan 0,59% pada Juni. Kemudian pada 2017, inflasi Ramadan yang sebagian besar jatuh pada Juni adalah 0,69%. 

Secara tahunan, inflasi 3,165% juga relatif rendah. Tahun lalu, inflasi Ramadan yang jatuh pada Mei dan Juni masing-masing 3,23% dan 3,12%. Sedangkan pada 2017, inflasi Ramadan mencapai 4,37%. 

Apakah inflasi rendah merupakan pertanda permintaan lesu? Tampaknya tidak demikian.

Sebab inflasi inti pada Mei diperkirakan 3,08% YoY, terakselerasi dibandingkan April yang sebesar 3,05%. Artinya, konsumsi masih kuat yang tercermin dari peningkatan ekspektasi inflasi. 

Bagi negara berkembang seperti Indonesia, inflasi tinggi adalah sebuah default setting. Sebab permintaan terus tumbuh sementara industri domestik masih mencari bentuk permainan terbaik. Artinya pasokan yang tersedia niscaya belum mampu memenuhi permintaan yang terus naik. 

Jadi inflasi rendah adalah sebuah berkah, karena pertanda permintaan yang tumbuh mampu dipenuhi oleh sisi penawaran. Sisi pasokan Indonesia semakin baik, dunia usaha semakin mampu untuk menyesuaikan irama permintaan konsumen.



TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular