
Polling CNBC Indonesia
Inflasi Ramadan 2019 'Landai', Daya Beli Lesu?
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
05 June 2019 14:59

Jakarta, CNBC Indonesia - Inflasi domestik pada Mei diperkirakan masih relatif terkendali, meski didominasi periode Ramadan yang biasanya ditandai dengan kenaikan harga-harga. Bahkan, inflasi Ramadan tahun ini boleh dibilang menjadi yang paling rendah dalam beberapa tahun terakhir.
Badan Pusat Statistik (BPS) dijadwalkan mengumumkan data inflasi Mei pada 10 Juni, setelah libur Idul Fitri. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan inflasi bulanan (month-on-month) berada di 0,53%. Sementara inflasi year-on-year (YoY) diramal 3,165% dan inflasi inti YoY sebesar 3,08%.
Inflasi bulanan yang sebesar 0,53% bisa dibilang minim, mengingat sejak awal Mei (tepatnya 5 Mei) Indonesia sudah memasuki Ramadan. Sudah menjadi rahasia umum bahwa periode Ramadan-Idul Fitri merupakan puncak konsumsi masyarakat yang otomatis menjadi puncak inflasi.
Namun pada Ramadan kali ini, inflasi bulanan 'hanya' 0,53%. Pada 2018, inflasi Ramadan adalah 0,21% pada Mei dan 0,59% pada Juni. Kemudian pada 2017, inflasi Ramadan yang sebagian besar jatuh pada Juni adalah 0,69%.
Lalu pada 2016, di mana Ramadan mayoritas terjadi pada Juni, inflasi bulanan adalah 0,66%. Sedangkan pada 2015, inflasi Ramadan yang sebagian jatuh pada Juli mencapai 0,93%. Pada 2014, inflasi Ramadan yang terjadi pada Juli juga sebesar 0,93%.
Secara tahunan, inflasi 3,165% juga relatif rendah. Tahun lalu, inflasi Ramadan yang jatuh pada Mei dan Juni masing-masing 3,23% dan 3,12%. Sedangkan pada 2017, inflasi Ramadan mencapai 4,37%.
Pada 2016, inflasi Ramadan yang sebagian besar terjadi pada Juni adalah 3,45%. Lalu pada 2015, inflasi Ramadan yang jatuh pada Juli mencapai 7,26%. Pada 2014, inflasi Ramadan yang mayoritas terjadi pada Juli adalah 4,53%.
Apakah inflasi rendah merupakan pertanda permintaan lesu? Tampaknya tidak demikian. Sebab inflasi inti pada Mei diperkirakan 3,08% YoY, terakselerasi dibandingkan April yang sebesar 3,05%. Artinya, konsumsi masih kuat yang tercermin dari peningkatan ekspektasi inflasi.
Bagi negara berkembang seperti Indonesia, inflasi tinggi adalah sebuah default setting. Sebab permintaan terus tumbuh sementara industri domestik masih mencari bentuk permainan terbaik. Artinya pasokan yang tersedia niscaya belum mampu memenuhi permintaan yang terus naik.
Jadi inflasi rendah adalah sebuah berkah, karena pertanda permintaan yang tumbuh mampu dipenuhi oleh sisi penawaran. Sisi pasokan Indonesia semakin baik, dunia usaha semakin mampu untuk menyesuaikan irama permintaan konsumen.
"Pemerintah memutuskan untuk menstabilkan harga pangan saat Ramadan dengan menaikkan pasokan, baik dari dalam negeri maupun impor. Ini membuat harga bahan pangan relatif stabil pada Ramadan tahun ini," sebut Juniman, Kepala Riset Maybank Indonesia.
Harga bahan pangan yang terpantau turun, lanjut Juniman, adalah beras, tomat sayur, bawang bombai. Namun memang masih ada yang yang naik seperti daging sapi, daging ayam ras, bawang putih, cabai merah, ikan segar, dan jeruk.
Di luar bahan makanan, tambah Juniman, sumbangan inflasi datang dari harga rokok, gaji asisten rumah tangga, biaya sewa rumah, biaya kontrak rumah, transportasi antar kota, dan tiket kereta api. Sementara tiket pesawat terbang yang menjadi sorotan beberapa waktu terakhir mulai turun pada Mei.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Badan Pusat Statistik (BPS) dijadwalkan mengumumkan data inflasi Mei pada 10 Juni, setelah libur Idul Fitri. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan inflasi bulanan (month-on-month) berada di 0,53%. Sementara inflasi year-on-year (YoY) diramal 3,165% dan inflasi inti YoY sebesar 3,08%.
Institusi | Inflasi MoM (%) | Inflasi YoY (%) | Inflasi Inti YoY (%) |
Mirae Asset | 0.53 | 3.16 | - |
CIMB Niaga | 0.53 | 3.17 | - |
BCA | 0.48 | 3.11 | 3.06 |
Maybank Indonesia | 0.52 | 3.15 | 3.16 |
Danareksa Research Institute | 0.64 | 3.27 | - |
ING | - | 3.1 | - |
Bank Danamon | 0.56 | 3.19 | 3.09 |
Bank Permata | 0.54 | 3.17 | 3.07 |
Standard Chartered | 0.51 | 3.14 | 3.31 |
ANZ | 0.55 | 3.18 | 3.06 |
MEDIAN | 0.53 | 3.165 | 3.08 |
Inflasi bulanan yang sebesar 0,53% bisa dibilang minim, mengingat sejak awal Mei (tepatnya 5 Mei) Indonesia sudah memasuki Ramadan. Sudah menjadi rahasia umum bahwa periode Ramadan-Idul Fitri merupakan puncak konsumsi masyarakat yang otomatis menjadi puncak inflasi.
Namun pada Ramadan kali ini, inflasi bulanan 'hanya' 0,53%. Pada 2018, inflasi Ramadan adalah 0,21% pada Mei dan 0,59% pada Juni. Kemudian pada 2017, inflasi Ramadan yang sebagian besar jatuh pada Juni adalah 0,69%.
Lalu pada 2016, di mana Ramadan mayoritas terjadi pada Juni, inflasi bulanan adalah 0,66%. Sedangkan pada 2015, inflasi Ramadan yang sebagian jatuh pada Juli mencapai 0,93%. Pada 2014, inflasi Ramadan yang terjadi pada Juli juga sebesar 0,93%.
Secara tahunan, inflasi 3,165% juga relatif rendah. Tahun lalu, inflasi Ramadan yang jatuh pada Mei dan Juni masing-masing 3,23% dan 3,12%. Sedangkan pada 2017, inflasi Ramadan mencapai 4,37%.
Pada 2016, inflasi Ramadan yang sebagian besar terjadi pada Juni adalah 3,45%. Lalu pada 2015, inflasi Ramadan yang jatuh pada Juli mencapai 7,26%. Pada 2014, inflasi Ramadan yang mayoritas terjadi pada Juli adalah 4,53%.
Apakah inflasi rendah merupakan pertanda permintaan lesu? Tampaknya tidak demikian. Sebab inflasi inti pada Mei diperkirakan 3,08% YoY, terakselerasi dibandingkan April yang sebesar 3,05%. Artinya, konsumsi masih kuat yang tercermin dari peningkatan ekspektasi inflasi.
Bagi negara berkembang seperti Indonesia, inflasi tinggi adalah sebuah default setting. Sebab permintaan terus tumbuh sementara industri domestik masih mencari bentuk permainan terbaik. Artinya pasokan yang tersedia niscaya belum mampu memenuhi permintaan yang terus naik.
Jadi inflasi rendah adalah sebuah berkah, karena pertanda permintaan yang tumbuh mampu dipenuhi oleh sisi penawaran. Sisi pasokan Indonesia semakin baik, dunia usaha semakin mampu untuk menyesuaikan irama permintaan konsumen.
"Pemerintah memutuskan untuk menstabilkan harga pangan saat Ramadan dengan menaikkan pasokan, baik dari dalam negeri maupun impor. Ini membuat harga bahan pangan relatif stabil pada Ramadan tahun ini," sebut Juniman, Kepala Riset Maybank Indonesia.
Harga bahan pangan yang terpantau turun, lanjut Juniman, adalah beras, tomat sayur, bawang bombai. Namun memang masih ada yang yang naik seperti daging sapi, daging ayam ras, bawang putih, cabai merah, ikan segar, dan jeruk.
Di luar bahan makanan, tambah Juniman, sumbangan inflasi datang dari harga rokok, gaji asisten rumah tangga, biaya sewa rumah, biaya kontrak rumah, transportasi antar kota, dan tiket kereta api. Sementara tiket pesawat terbang yang menjadi sorotan beberapa waktu terakhir mulai turun pada Mei.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)