Jakarta, CNBC Indonesia - Bisnis batu bara booming di era pertengahan 2000 dan sudah mencetak beberapa orang jadi crazy rich Indonesia. Batu bara atau yang biasa disebut emas hitam memang bisa menjadi sumber kekayaan seseorang.
Nah siapa saja orang-orang yang jadi tajir melintir karena bisnis batu bara? Setidaknya ada lima pengusaha yang dicatat CNBC Indonesia memiliki sumber kekayaan dari batu bara.
Mereka adalah:
Bersambung ke Halaman Berikutnya >>>
Nama pendiri Bayan Resources, Low Tuck Kwong masuk dalam jajaran taipan batu bara, dengan jumlah kekayaan US$2,4 miliar atau Rp33,6 triliun (asumsi kurs US$1=Rp14.000).
Keberhasilan pria kelahiran Singapura ini terpicu harga saham tambang miliknya, PT Bayan Resources Tbk (BYAN) yang naik tiga kali lipat sejak mencatatkan saham di Bursa Efek Indonesia tahun 2008. Perusahaan yang mencatatkan keuntungan US$270 juta itu baru-baru ini berniat mengakuisisi perusahaan tambang Australia.
Pria yang saat ini berusia 71 tahun, tercatat pertama masuk bisnis tambang batu bara pada 1997, lima tahun setelah ia resmi menjadi warga Indonesia. Pencinta hewan ini juga diketahui memiliki saham di Manhattan Resources Singapura yang terdaftar di Singapura HealthPartners.
Berdasarkan informasi situs resmi PT Bayan Resources Tbk (BYAN), Dato' Dr. Low Tuck Kwong kini menjadi pemegang saham pengendali dengan persentase 51,59%. Ia diangkat menjadi Direktur Utama di sebagian besar anak perusahaan Bayan Group tanggal 10 Januari 2018.
Low Tuck pernah menjabat sebagai Direktur Utama PT Bayan Resources Tbk (2004-2008), Komisaris Utama PT Bayan Resources Tbk (2008-2018) dan anggota Komite Remunerasi dan Nominasi (2016-2018). Tercatat masuk dalam daftar orang terkaya di Indonesia dan dunia, dengan kekayaan dari binis tambang mencapai US$ 1,7 miliar.
Garibaldi Thohir adalah CEO dan pemegang saham utama Adaro Energy, salah satu eksportir batu bara top dunia. Dia pertama kali mengakuisisi saham di Allied Indocoal dalam usaha patungan dengan perusahaan Australia, kemudian, dengan mitra, membeli Adaro pada 2005.
Pada 1997, ia membentuk perusahaan pembiayaan sepeda motor Wahana Ottomitra Multiartha (WOM Finance). Dia masih mendistribusikan sepeda motor Honda.
Tidak hanya itu, Boy, sapaan Garibaldi, juga memiliki saham di Hutchison 3 Indonesia, yang menyediakan layanan telekomunikasi di Indonesia. Keluarganya juga mengoperasikan restoran dan ikut memiliki hotel. Saat ini tercatat memiliki kekayaan sebesar US$ 660 juta. Kekayaannya bersumber dari batu bara. Ia berjaya melalui PT Adaro Energy Tbk. Ia memiliki saham di perusahaan tambang tersebut melalui perusahaan investasi Saratoga Investama Sedaya.
Saat ini, beliau menjabat sebagai Komisaris Utama PT Adaro Energy Tbk berdasarkan Akta No. 62 tanggal 18 April 2008, dan diangkat kembali berdasarkan Akta No. 95 tanggal 19 April 2013. Melalui batu bara, Theodore Rachmat tercatat memiliki kekayaan mencapai US$ 1,7 miliar. Sepupu miliarder Edwin Soeryadjaya yang dikenal dengan nama Teddy ini mendirikan Triputra Group pada 1998, dan sekarang memiliki empat lini bisnis, termasuk agribisnis, manufaktur, dan pertambangan.
Teddy memiliki saham minoritas di perusahaan batu bara PT Adaro Energy Tbk, dia sekaligus menjabat sebagi Wakil Presiden Komisaris pada perusahaan tersebut.
Putranya, Christian Ariano Rachmat kini adalah Wakil Presiden Direktur dan Wakil CEO Adaro Energy. Sementara Arif, yang bekerja untuk GE selama 7 tahun, adalah pendiri dan CEO TAP Group, salah satu perusahaan kelapa sawit terbesar di Indonesia.
Tercatat pernah memiliki kekayaan dari hasil tambang batu bara mencapai US$ 2 miliar. Orang kawakan di industri batu bara ini membuat debut, berkat penawaran saham umum PT Harum Energy Tbk pada Oktober 2010 silam.
Adapun, keluarga Barki, melalui PT Karunia Bara Perkasa memperbesar kepemilikan saham di emiten pertambangan PT Harum Energy Tbk (HRUM) dengan membeli 16.268.600 saham pada periode 6 Mei sampai dengan 17 Mei 2019.
Pembelian saham itu dilakukan pada harga Rp 1.235/saham dan Rp 1.340/saham sehingga dana yang digelontorkan Karunia Bara mencapai sekitar Rp 21,79 miliar untuk tujuan investasi.
Dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia, Dasa Sutantio, Direktur Karunia Bara Perkasa mengatakan setelah transaksi tersebut, pemilikan Karunia Bara Perkasa atas HRUM meningkat menjadi 2.018.363.300 (74,65%) dari sebelumnya 2.002.094.700 (74,05%) saham.
Berdasarkan laporan keuangan per Maret 2019, pemegang saham Harum Energy adalah Karunia Bara Perkasa sebesar 74,05%, PT Bara Sejahtera Abadi 0,09%, Ray Antonio Gunara 0,01%, dan investor publik sebesar 25,85%.